25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Stress Pun Hilang…

Heru Sutikno, Sejak SD Suka Pelihara Burung

Kicauan burung bersuara merdu membuat siapa pun pasti terhibur. Seakan berada dan menyatu dengan alam bebas. Inilah yang membuat Heru Sutikno (44), pegawai di Polda Sumut, hobi memelihara burung di rumahnya.
Kecintaan Heru akan burung sudah tertanam sejak dia masih duduk di kelas 5 Sekolah Dasar (SD). Sangkin cintanya akan burung kala itu, dia merelakan uang tabungannya sebesar Rp6 ribu untuk membeli burung gelatik.

“Ya, waktu itu saya masih SD. Saya sudah sering beli burung dari uang tabungan saya sendiri. Kalau saya beli burung, ibu saya sering marah. Karena, uang Rp6 ribu waktu saya SD sudah sangat besar sekali nilainya,” kenang ayah tiga anak ini saat ditemui wartawan Sumut Pos di rumahnya, komplek perumahan Bromo Bintang Regency Blok F07, Jalan Bromo Gang Masjid Alhidayah, Medan Denai, Sabtu (14/5).

Bukan hanya itu, suami dari Sulastri Sriani (43) ini, semasa kecil juga sering berburu burung ke ladang warga bersama teman-temannya. “Kalau sudah berburu burung, selalu lupa waktu. Kadang maghrib baru pulang. Ujung-ujungnya, kena marah lagi sama orangtua,” bebernya lagi.

Menurut pria kelahiran Mojokerto (Jawa Timur), 26 November 1967 ini, kecintaannya akan burung merupakan keturunan dari kakeknya. “Mungkin juga hobi memelihara burung ini dari kakek. Karena kakek saya dulu suka memelihara burung. Jadi, saya sering ikut memberi makan burung-burung peliharaan kakek saya itu, sehingga terbawa sampai sekarang,” ungkapnya lagi.

Saat ini, Heru memelihara tiga jenis burung berkicau di rumahnya yakni Murai Batu, Kacer dan Jalak. “Burung yang pertama saya beli, Burung Jalak. Waktu itu saya beli masih umur dua minggu. Harganya pun masih Rp50 ribu. Jadi, Burung Jalak ini saya pelihara sejak ia masih kecil,” ungkapnya.

Saat ini, kata Heru, Burung Jalak tersebut sudah dapat menirukan berbagai macam suara dan menirukan kata-kata yang diucapkannya. “Bahklan, dia sudah bisa memanggil nama anak saya,” ungkapnya.

Sedangkan burung kacer, dia dapat dari temannya di Padang Sidimpuan dan Asahan. Kedua Burung Kacer ini pun dipeliharanya di rumahnya, dengan kandang seadanya. Selanjutnya, pada 2010 lalu, dia juga mendapat kiriman dari temannya Burung Murai Batu seharga Rp1,8 juta. Dari situ, koleksi burungnya terus bertambah.
“Ada kepuasan tersendiri jika memelihara burung ini. Setelah seharian bekerja, saya selalu menyempatkan diri bercengkrama dengan burung-burung ini sambil memberinya makan. Stres pun jadi hilang kalau sudah bermain dengan burung-burung ini,” bebernya.

Dia juga mengungkapkan, burung-burung yang dipeliharanya tidak untuk kontes, melainkan hanya untuk melepaskan hobinya. “Bukan saya tidak mau ikut kontes, tapi karena waktu saya terkadang tidak ada untuk mengikuti kontes itu. Karena, aktivitas saya di Polda Sumut sudah terlalu padat, jadi sulit untuk mengatur waktunya. Makanya, saya pelihara burung hanya untuk melepas hobi saja,” pungkasnya. (omi)

Peliharaan Paling Populer

Hobi memelihara burung merupakan suatu fenomena menakjubkan. Survei menunjuk­kan, burung adalah hewan peliharaan paling populer di Indonesia. Satu dari lima rumah tangga dapat dipastikan memelihara burung di dalam sangkar. Jenis burung yang paling banyak dipelihara adalah merpati, burung kicauan, dan burung impor.
Jenis yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah murai batu, cucak rawa, dan anis merah. Pasalnya, sebagian besar burung-burung ini berasal dari tangkapan di alam. Jenis-jenis burung ini merupakan jenis yang umum ditemukan di arena perlombaan burung kicauan yang sangat marak di Indonesia.

Melihat kondisi ini, hobi memelihara burung perlu dipahami lebih. Dengan asumsi awal, hobi memelihara burung memiliki akar yang kuat dan didasarkan pada apresiasi yang mendalam terhadap keindahan burung, maka larangan memelihara burung bukanlah cara yang efektif. Alternatif solusi yang dapat men­jembatani hobi dengan pelestarian burung di alam perlu dicari. Salah satunya, dengan mencoba memengaruhi pemelihara burung untuk hanya membeli burung hasil penangkaran.

Kegemaran memelihara burung memang fenomena menarik di kalangan masyarakat perkotaan. Serangkaian survei menunjukkan fakta yang lebih mencengangkan. Dalam 10 tahun terakhir, satu dari tiga rumah tangga di enam kota besar di Indonesia memelihara burung. Dari survei tersebut, juga diperoleh data, jumlah burung kicauan yang berada dalam sangkar mendekati  2 juta ekor.(net/jpnn)

Heru Sutikno, Sejak SD Suka Pelihara Burung

Kicauan burung bersuara merdu membuat siapa pun pasti terhibur. Seakan berada dan menyatu dengan alam bebas. Inilah yang membuat Heru Sutikno (44), pegawai di Polda Sumut, hobi memelihara burung di rumahnya.
Kecintaan Heru akan burung sudah tertanam sejak dia masih duduk di kelas 5 Sekolah Dasar (SD). Sangkin cintanya akan burung kala itu, dia merelakan uang tabungannya sebesar Rp6 ribu untuk membeli burung gelatik.

“Ya, waktu itu saya masih SD. Saya sudah sering beli burung dari uang tabungan saya sendiri. Kalau saya beli burung, ibu saya sering marah. Karena, uang Rp6 ribu waktu saya SD sudah sangat besar sekali nilainya,” kenang ayah tiga anak ini saat ditemui wartawan Sumut Pos di rumahnya, komplek perumahan Bromo Bintang Regency Blok F07, Jalan Bromo Gang Masjid Alhidayah, Medan Denai, Sabtu (14/5).

Bukan hanya itu, suami dari Sulastri Sriani (43) ini, semasa kecil juga sering berburu burung ke ladang warga bersama teman-temannya. “Kalau sudah berburu burung, selalu lupa waktu. Kadang maghrib baru pulang. Ujung-ujungnya, kena marah lagi sama orangtua,” bebernya lagi.

Menurut pria kelahiran Mojokerto (Jawa Timur), 26 November 1967 ini, kecintaannya akan burung merupakan keturunan dari kakeknya. “Mungkin juga hobi memelihara burung ini dari kakek. Karena kakek saya dulu suka memelihara burung. Jadi, saya sering ikut memberi makan burung-burung peliharaan kakek saya itu, sehingga terbawa sampai sekarang,” ungkapnya lagi.

Saat ini, Heru memelihara tiga jenis burung berkicau di rumahnya yakni Murai Batu, Kacer dan Jalak. “Burung yang pertama saya beli, Burung Jalak. Waktu itu saya beli masih umur dua minggu. Harganya pun masih Rp50 ribu. Jadi, Burung Jalak ini saya pelihara sejak ia masih kecil,” ungkapnya.

Saat ini, kata Heru, Burung Jalak tersebut sudah dapat menirukan berbagai macam suara dan menirukan kata-kata yang diucapkannya. “Bahklan, dia sudah bisa memanggil nama anak saya,” ungkapnya.

Sedangkan burung kacer, dia dapat dari temannya di Padang Sidimpuan dan Asahan. Kedua Burung Kacer ini pun dipeliharanya di rumahnya, dengan kandang seadanya. Selanjutnya, pada 2010 lalu, dia juga mendapat kiriman dari temannya Burung Murai Batu seharga Rp1,8 juta. Dari situ, koleksi burungnya terus bertambah.
“Ada kepuasan tersendiri jika memelihara burung ini. Setelah seharian bekerja, saya selalu menyempatkan diri bercengkrama dengan burung-burung ini sambil memberinya makan. Stres pun jadi hilang kalau sudah bermain dengan burung-burung ini,” bebernya.

Dia juga mengungkapkan, burung-burung yang dipeliharanya tidak untuk kontes, melainkan hanya untuk melepaskan hobinya. “Bukan saya tidak mau ikut kontes, tapi karena waktu saya terkadang tidak ada untuk mengikuti kontes itu. Karena, aktivitas saya di Polda Sumut sudah terlalu padat, jadi sulit untuk mengatur waktunya. Makanya, saya pelihara burung hanya untuk melepas hobi saja,” pungkasnya. (omi)

Peliharaan Paling Populer

Hobi memelihara burung merupakan suatu fenomena menakjubkan. Survei menunjuk­kan, burung adalah hewan peliharaan paling populer di Indonesia. Satu dari lima rumah tangga dapat dipastikan memelihara burung di dalam sangkar. Jenis burung yang paling banyak dipelihara adalah merpati, burung kicauan, dan burung impor.
Jenis yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah murai batu, cucak rawa, dan anis merah. Pasalnya, sebagian besar burung-burung ini berasal dari tangkapan di alam. Jenis-jenis burung ini merupakan jenis yang umum ditemukan di arena perlombaan burung kicauan yang sangat marak di Indonesia.

Melihat kondisi ini, hobi memelihara burung perlu dipahami lebih. Dengan asumsi awal, hobi memelihara burung memiliki akar yang kuat dan didasarkan pada apresiasi yang mendalam terhadap keindahan burung, maka larangan memelihara burung bukanlah cara yang efektif. Alternatif solusi yang dapat men­jembatani hobi dengan pelestarian burung di alam perlu dicari. Salah satunya, dengan mencoba memengaruhi pemelihara burung untuk hanya membeli burung hasil penangkaran.

Kegemaran memelihara burung memang fenomena menarik di kalangan masyarakat perkotaan. Serangkaian survei menunjukkan fakta yang lebih mencengangkan. Dalam 10 tahun terakhir, satu dari tiga rumah tangga di enam kota besar di Indonesia memelihara burung. Dari survei tersebut, juga diperoleh data, jumlah burung kicauan yang berada dalam sangkar mendekati  2 juta ekor.(net/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/