30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Banyak Modifikasi dan Make Over

Karena usianya yang tua, maka perawatan sepeda ontel harus benar-benar ekstra.  Tidak semua bengkel bisa dijadikan tempat perawatan sepeda ontel. Kalau hanya pembersihan saja, sebaiknya dilakukan oleh pemiliknya sendiri.

“Apalagi sparepart-nya sangat sulit dicari. Kalau sepeda rusak, harus betul-betul diperbaiki. Perawatan khusus, paling sepedanya dikasi oli, biar nggak mudah berkarat. Biasanya kita sharing dengan sesama pemilik sepeda ontel. Beruntung ada anggota Mesac yang khusus menyediakan sparepart ontel,” kata Lisnar anggota Komunitas Medan Sepeda Antik Club (Mesac).

Sama seperti sepedanya yang kuno, maka semua aksesoris yang melekat juga tak kalah antik.  Untuk mendapatkan aksesoris original kendaraan usang ini, para pemilik ontel harus hunting ke beberapa kota bahkan tak jarang hingga keluar negeri seperti Belanda, Jerman dan Inggris tempat asal-muasal sepeda ontel.

Namun, kebanyakan sepeda ontel sudah tidak original lagi karena banyaknya modifikasi dan make over yang dilakukan pemiliknya. Maklum saja, karena sparepart aslinya tadi yang sangat sulit dicari. “Biasanya para pencinta ontel saling tukar aksesoris sepeda mereka. Begitupun, untuk membedakan mana sparepart yang asli tidak gampang. Harus betul-betul memahami yang bisa membedakannya,” ucapnya.

Merek sepeda kuno ini juga sangat bervariasi. “Seperti Simplex, Fongers, Gruno, Juncker,  Gazelle, Philips, Rally dan masih banyak lagi,”bebernya.

Lisnar sendiri, memiliki 2 sepeda ontel yang didapatnya dari sesama anggota Mesac. “Awalnya saya punya satu, mereknya philips, modelnya lebih tinggi. Lalu saya beli Rally yang ukurannya lebih rendah, tapi agak berat. Jadi sekarang kemana pergi saya sering naik ontel, apalagi ketempat kerja,” terang anak kedua dari empat bersaudara ini.

Fenny Hedrian,  anggota Mesac lainnya juga mengatakan, mendapatkan sepeda ontel ini agak susah karena barangnya  langka. Harganya juga relatif mahal, rata-rata diatas Rp.2 juta.  Wanita yang beralamat di Jalan Letda Sutjono ini menambahkan, sepeda ontel miliknya bermerek Sunbeam dengan model yang lebih sport dan ukurannya lebih kecil dan ringan. ‘’Beruntung saya dapat harganya nggak begitu mahal,’’ ujar wanita kelahiran 21 April 1992 tersebut. (mag- 11)

Karena usianya yang tua, maka perawatan sepeda ontel harus benar-benar ekstra.  Tidak semua bengkel bisa dijadikan tempat perawatan sepeda ontel. Kalau hanya pembersihan saja, sebaiknya dilakukan oleh pemiliknya sendiri.

“Apalagi sparepart-nya sangat sulit dicari. Kalau sepeda rusak, harus betul-betul diperbaiki. Perawatan khusus, paling sepedanya dikasi oli, biar nggak mudah berkarat. Biasanya kita sharing dengan sesama pemilik sepeda ontel. Beruntung ada anggota Mesac yang khusus menyediakan sparepart ontel,” kata Lisnar anggota Komunitas Medan Sepeda Antik Club (Mesac).

Sama seperti sepedanya yang kuno, maka semua aksesoris yang melekat juga tak kalah antik.  Untuk mendapatkan aksesoris original kendaraan usang ini, para pemilik ontel harus hunting ke beberapa kota bahkan tak jarang hingga keluar negeri seperti Belanda, Jerman dan Inggris tempat asal-muasal sepeda ontel.

Namun, kebanyakan sepeda ontel sudah tidak original lagi karena banyaknya modifikasi dan make over yang dilakukan pemiliknya. Maklum saja, karena sparepart aslinya tadi yang sangat sulit dicari. “Biasanya para pencinta ontel saling tukar aksesoris sepeda mereka. Begitupun, untuk membedakan mana sparepart yang asli tidak gampang. Harus betul-betul memahami yang bisa membedakannya,” ucapnya.

Merek sepeda kuno ini juga sangat bervariasi. “Seperti Simplex, Fongers, Gruno, Juncker,  Gazelle, Philips, Rally dan masih banyak lagi,”bebernya.

Lisnar sendiri, memiliki 2 sepeda ontel yang didapatnya dari sesama anggota Mesac. “Awalnya saya punya satu, mereknya philips, modelnya lebih tinggi. Lalu saya beli Rally yang ukurannya lebih rendah, tapi agak berat. Jadi sekarang kemana pergi saya sering naik ontel, apalagi ketempat kerja,” terang anak kedua dari empat bersaudara ini.

Fenny Hedrian,  anggota Mesac lainnya juga mengatakan, mendapatkan sepeda ontel ini agak susah karena barangnya  langka. Harganya juga relatif mahal, rata-rata diatas Rp.2 juta.  Wanita yang beralamat di Jalan Letda Sutjono ini menambahkan, sepeda ontel miliknya bermerek Sunbeam dengan model yang lebih sport dan ukurannya lebih kecil dan ringan. ‘’Beruntung saya dapat harganya nggak begitu mahal,’’ ujar wanita kelahiran 21 April 1992 tersebut. (mag- 11)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/