Memang sangat sulit menghindari kerusakan bangunan akibat gempa, namun paling tidak kerusakan berat dan jumlah korban dapat diminimalkan, sehingga kerugian akibat gempa dapat ditekan sesedikit mungkin. Berikut ini beberapa hal yang dimungkinkan agar suatu rumah/bangunan mampu bertahan dari goncangan gempa.
Perhatikan fondasi bangunan. Pada dasarnya fondasi yang baik adalah seimbang atau simetris. Baik konstruksi maupun kekuatan pendukungnya. Lebih baik membuat rata bagian dasar peletak fondasi sebelum membuat fondasi itu sendiri. Begitu pula dengan pembuatan tulangan kolom harus diteruskan sampai ke fondasi bangunan. Gunakan angkur untuk menguatkan ikatan kolom dengan dinding, jarak vertikal antar angkur adalah 30 cm.
Bahan pembuat dinding menggunakan bahan yang ringan dan kaku. Begitu pula dengan bahan atap, sebaiknya dari bahan yang ringan. Ikatan struktur dan kuda-kuda atap harus kuat. Gunakan bantalan karet alam di antara pondasi dan bangunan. Penggunaan Bantalan karet alam untuk melindungi bangunan terhadap gempa bumi, yang dikenal sebagai base isolation tampaknya akan semakin luas dan berkembang di masa mendatang. Indonesia sebagai salah satu negara yang rawan gempa perlu teknologi pembuatan bantalan tahan gempa.
Balai Penelitian Teknologi karet Bogor sebagai Balai Penelitian mempunyai teknologi pembuatan bantalan tahan gempa yang digunakan untuk rumah tinggal maupun maupun gedung bertingkat.
Bantalan yang digunakan untuk melindungi gempa bumi dibuat dari kombinasi lempengan karet lam dan lempeng baja. Bantalan tersebut dipasang di setiap kolom yaitu di antara pondasi dan bangunan. Karet alam berfungsi untuk mengurangi getaran akibat gempa bumi sedangkan lempeng baja digunakan untuk menambah kekakuan bantalan karet sehingga penurunan bangunan saat bertumpu diatas bantalan karet tidak besar.
Atau struktur dan pondasi bangunan meniru konstruksi bangunan di Kampung Naga yang didesain dengan filosofi adat Sunda, yang hanya terbuat dari bambu dan kayu beratap ijuk. Rumah bernuansa kearifan lokal ini lebih bersahabat dengan alam, ini terbukti saat terjadi gempa di Tasikmalaya beberapa waktu lalu tidak mengalami kerusakan yang berarti.
Ya, rumah Kampung Naga yang seluruh rumahnya dibuat dengan filosofi adat Sunda yang terbuat dari kayu dan bambu beratap Ijuk (Injuk : Bahasa Sunda) tersebut, tidak mengalami kerusakan sedikit pun padahal posisinya berada di Lembah perbukitan Garut Tasikmalaya, yang lebih rentan dan berbahaya dibanding tempat lain jika terjadi Gempa Tektonik. (net)