25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

PendetaDibacoki Orang Suruhan

Salah seorang warga mengalami luka bacok di kepala koyak akibat perseteruan pemilihan kepala desa, Jumat (20/9/2013)
Salah seorang warga mengalami luka bacok di kepala koyak akibat perseteruan pemilihan kepala desa, Jumat (20/9/2013)

DAIRI-

Pelaksanaan pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Majanggut 2, Kecamatan Kerajaan, Phakpak Barat, Sumatera Utara berujung ricuh. Rombongan pendeta yang menghadiri acara tersebut, diserang ‘orang suruhan’ menggunakan kelewang dan tombak.

Insiden yang terjadi pada Jumat (20/9) sekira jam 10 WIB itu mengakibatkan Bishop Gereja Kristen Protestan Phakpak Dairi (GKPPD) Pendeta Elias J Solin STh MTh kritis dan dilarikan ke rumah sakit. Kepalanya mengalami luka bacok, jari tengah tangan kanannya putus. Bukan cuma dibacok, tubuh korban juga diinjak-injak. Selain pendeta, 7 warga ikut terluka parah.

Ditemui di RS Elisabeth Medan, tempat pendeta berusia 62 tahun itu dirawat, putra sulung korban Saritua Solin (36) menuturkan, kedatangan orang tuanya bersama rombongan warga desa ke lokasi pilkades di Desa Majanggut 2 adalah untuk menyaksikan jalanannya pesta demokrasi yang digelar di tempat tersebut dan merupakan tanah kelahiran pendeta yang beralamat di Komplek Centrum, Jl. Air Bersih Sidikalang. Bahkan warga yang datang bersamanya, merupakan para pemilik tanah ulayat Desa Majanggut 2. Lanjut Saritua, sejumlah warga yang ikut bersama rombongan ayahnya sempat adu mulut dengan panitia Pilkades. Mereka merasa Pilkades dilaksanakan tanpa adanya pemberitahuan dan dilakukan secara mendadak serta tertutup. Sehingga ada dari mereka yang tak tercatat sebagai pemilih.

Belum sempat pertanyaan terjawab, tiba-tiba terdengar perintah serang dari orang yang ada di lokasi Pilkades kepada rombongan pendeta. Sejurus kemudian, belasan orang bersenjata klewang dan tombak di tempat itu bergerak cepat melakukan pembacokan terhadap pendeta bersama rombongannya secara membabi buta. Pendeta terluka parah. Karena diserang mendadak, rombongan pendeta sontak kocar kacir menyelamatkan diri. 7 diantara mereka terluka kena sabetan klewang dan tombak. Para korban luka bacok dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Karena kondisi pendeta Elias cukup parah, hari itu juga ia dilarika keluarganyan ke RS Elisabeth di Medan. “Di kepala bapak terdapat 3 luka bacok. Sekujur tubuhnya lembam, karena diinjak-injak. Jari tengah kanannya putus diklewang,”jelas Saritua, sulung dari 4 bersaudara didampingi kerabatnya, Julia Astro Lingga (36) kepada wartawan, Minggu (22/9). Informasi diperoleh menyebutkan, para perusuh disebut-disebut merupakan ‘orang bayaran’ asal luar daerah yang ditempatkan di lokasi pelaksanaan Pilkades. Saat keributan terjadi, sejumlah petugas keamanan yang ada di lokasi terkesan membiarkan ‘aksi pembantaian’ terhadap pendeta bersama rombongannya.

Situasi baru mereda, setelah sejumlah aparat Kepolisian tiba di lokasi kejadian. Camat Kerajaan, R Br Padang SP, istri Ketua DPRD Phakpak Barat yang datang usai kejadian, disebut-sebut sempat tertawa saat melihat korban luka. Bahkan polisi pun menuding Pendeta Elias sebagai pelaku penyerangan. Tuduhan itu kontan menuai reaksi keras dari keluarga pendeta. Sebagai juru bicara keluarga, Saritua Solin menyayangkan statemen Kapolres yang menyebut orang tuanya sebagai pelaku penyerangan. “Orangtua saya ke sana untuk berkunjung dan tidak ada maksud lain. Karena memang di sana kampung halamannya. Kebetulan ada pelaksanaan Pilkades, apa salahnya orangtua saya singgah di tempat itu. Kenapa pulak akhirnya orang tua saya dituduh sebagai pelaku penyerangan. Kami merupakan korban kebrutalan orang-orang tidak bertanggungjawab. Kami yang diserang, kenapa pulak kami jadi tersangka,”ujar Saritua, ayah 2 anak menepis tudingan miring Kapolres Phakpak Barat terhadap orangtuanya.

Sambung pria berkaca mata yang tinggal di Jakarta itu, kabarnya pelaku penyerangan merupakan ‘orang suruhan’ asal luar daerah. Mereka para pelaku telah disiapkan, berikut senjata tajam yang digunakannya. “Karena begitu ada perintah penyerangan, para pelaku bersenjata tajam itu langsung bergerak. Seakan semuanya telah dipersiapkan dengan matang,”imbuh suami Boru Nainggolan tersebut. Saritua berharap, kepolisian segera menangkap pelaku pembacokan termasuk dalang penyerangan yang menyebabkan orangtuanya terluka parah. Tersiar kabar, perintah penyerangan terhadap Pendeta Elias bersama rombongannya keluar dari mulut orangtua kades incumbent, J Solin berinisial LMS.

“Polisi jangan hanya menangkap pelaku pembacokan saja. Tapi harus bisa mengungkap keterlibatan dalang atau sutradara pembacokan,”harap Saritua dibenarkan Julia Astro Lingga seraya berjanji kasus yang menimpa orangtuanya akan juga dilaporkan ke Polda Sumut dan Mabes Polri di Jakarta. “Sehingga semuanya akan terungkap,”bilang pria berkulit putih berpenampilan tenang tersebut. Disebutkan warga di sana, Desa Majanggut 2 sebetulnya tidak pantas disebut sebuah desa. Selain keberadaannya dikelilingi hutan lindung, juga hanya dihuni oleh beberapa kepala keluarga yang tinggal di 10 rumah.

Sementara pada Pilkades disebutkan, jumlah pemilih mencapai 117 orang. Kades terpilih, ucap warga, nantinya bakalan jadi ‘boneka’ oknum tertentu yang mempunyai kepentingan terhadap desa mereka. Sebagai desa ‘boneka’ cukup banyak kucuran dana dari pemerintah daerah maupun pusat yang saban tahun digelontorkan ke desa tersebut. Namun pembangunan di desa tak pernah nampak dan dirasakan warga di sana.  Disebutkan warga, Kades Incumbent, Jamsen Solin maju pada pilkades dan bersaing dengan satu calon yang disebut-sebut hanya bikinan oknum agar dikatakan demokrasi.

 

Mantan Kades Menang Mutlak

Sementara itu, meski puluhan warga luka, tapi penghitungan suara tetap dilanjutkan. Jabatan itu mutlak dimenangkan mantan kepala desa sebelumnya yakni, Jansen Solin. Calon nomor urut 1 itu memproleh  84 suara, atau 85 % dari jumlah suara yang masuk di TPS. Sedangkan nomor kandidat 2, Darwin Solin hanya memperoleh  6 suara, sedangkan 2 suara lainnya dinyatakan batal. Dimana sebelumnya sesuai data yang di proleh P2KD Desa Mejanggut II DPT 117 suara, namun yang hadir hanya 92 orang.

Marihot Solin, Ketua panitia P2KD dan BPD mengatakan, keributan yang terjadi karena ada campur tangan pihak lain yang ingin merusak ketentraman kampung. “Masalah ini akan diusut pihak keamanan. Insiden tadi tidak mengganggu hasil keputusan panitia Pilkades,”tegasnya. Sehingga pelaksanaan Pilkades resmi dilanjut dengan keputusan bersama antara masyarakat dengan penyelenggara dan Muspika Kec. Kerajaan. Penghitungan hasil suara Pilkades berakhir pukul 14.00 WIB.  (pjs/mar/deo)

Salah seorang warga mengalami luka bacok di kepala koyak akibat perseteruan pemilihan kepala desa, Jumat (20/9/2013)
Salah seorang warga mengalami luka bacok di kepala koyak akibat perseteruan pemilihan kepala desa, Jumat (20/9/2013)

DAIRI-

Pelaksanaan pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Majanggut 2, Kecamatan Kerajaan, Phakpak Barat, Sumatera Utara berujung ricuh. Rombongan pendeta yang menghadiri acara tersebut, diserang ‘orang suruhan’ menggunakan kelewang dan tombak.

Insiden yang terjadi pada Jumat (20/9) sekira jam 10 WIB itu mengakibatkan Bishop Gereja Kristen Protestan Phakpak Dairi (GKPPD) Pendeta Elias J Solin STh MTh kritis dan dilarikan ke rumah sakit. Kepalanya mengalami luka bacok, jari tengah tangan kanannya putus. Bukan cuma dibacok, tubuh korban juga diinjak-injak. Selain pendeta, 7 warga ikut terluka parah.

Ditemui di RS Elisabeth Medan, tempat pendeta berusia 62 tahun itu dirawat, putra sulung korban Saritua Solin (36) menuturkan, kedatangan orang tuanya bersama rombongan warga desa ke lokasi pilkades di Desa Majanggut 2 adalah untuk menyaksikan jalanannya pesta demokrasi yang digelar di tempat tersebut dan merupakan tanah kelahiran pendeta yang beralamat di Komplek Centrum, Jl. Air Bersih Sidikalang. Bahkan warga yang datang bersamanya, merupakan para pemilik tanah ulayat Desa Majanggut 2. Lanjut Saritua, sejumlah warga yang ikut bersama rombongan ayahnya sempat adu mulut dengan panitia Pilkades. Mereka merasa Pilkades dilaksanakan tanpa adanya pemberitahuan dan dilakukan secara mendadak serta tertutup. Sehingga ada dari mereka yang tak tercatat sebagai pemilih.

Belum sempat pertanyaan terjawab, tiba-tiba terdengar perintah serang dari orang yang ada di lokasi Pilkades kepada rombongan pendeta. Sejurus kemudian, belasan orang bersenjata klewang dan tombak di tempat itu bergerak cepat melakukan pembacokan terhadap pendeta bersama rombongannya secara membabi buta. Pendeta terluka parah. Karena diserang mendadak, rombongan pendeta sontak kocar kacir menyelamatkan diri. 7 diantara mereka terluka kena sabetan klewang dan tombak. Para korban luka bacok dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Karena kondisi pendeta Elias cukup parah, hari itu juga ia dilarika keluarganyan ke RS Elisabeth di Medan. “Di kepala bapak terdapat 3 luka bacok. Sekujur tubuhnya lembam, karena diinjak-injak. Jari tengah kanannya putus diklewang,”jelas Saritua, sulung dari 4 bersaudara didampingi kerabatnya, Julia Astro Lingga (36) kepada wartawan, Minggu (22/9). Informasi diperoleh menyebutkan, para perusuh disebut-disebut merupakan ‘orang bayaran’ asal luar daerah yang ditempatkan di lokasi pelaksanaan Pilkades. Saat keributan terjadi, sejumlah petugas keamanan yang ada di lokasi terkesan membiarkan ‘aksi pembantaian’ terhadap pendeta bersama rombongannya.

Situasi baru mereda, setelah sejumlah aparat Kepolisian tiba di lokasi kejadian. Camat Kerajaan, R Br Padang SP, istri Ketua DPRD Phakpak Barat yang datang usai kejadian, disebut-sebut sempat tertawa saat melihat korban luka. Bahkan polisi pun menuding Pendeta Elias sebagai pelaku penyerangan. Tuduhan itu kontan menuai reaksi keras dari keluarga pendeta. Sebagai juru bicara keluarga, Saritua Solin menyayangkan statemen Kapolres yang menyebut orang tuanya sebagai pelaku penyerangan. “Orangtua saya ke sana untuk berkunjung dan tidak ada maksud lain. Karena memang di sana kampung halamannya. Kebetulan ada pelaksanaan Pilkades, apa salahnya orangtua saya singgah di tempat itu. Kenapa pulak akhirnya orang tua saya dituduh sebagai pelaku penyerangan. Kami merupakan korban kebrutalan orang-orang tidak bertanggungjawab. Kami yang diserang, kenapa pulak kami jadi tersangka,”ujar Saritua, ayah 2 anak menepis tudingan miring Kapolres Phakpak Barat terhadap orangtuanya.

Sambung pria berkaca mata yang tinggal di Jakarta itu, kabarnya pelaku penyerangan merupakan ‘orang suruhan’ asal luar daerah. Mereka para pelaku telah disiapkan, berikut senjata tajam yang digunakannya. “Karena begitu ada perintah penyerangan, para pelaku bersenjata tajam itu langsung bergerak. Seakan semuanya telah dipersiapkan dengan matang,”imbuh suami Boru Nainggolan tersebut. Saritua berharap, kepolisian segera menangkap pelaku pembacokan termasuk dalang penyerangan yang menyebabkan orangtuanya terluka parah. Tersiar kabar, perintah penyerangan terhadap Pendeta Elias bersama rombongannya keluar dari mulut orangtua kades incumbent, J Solin berinisial LMS.

“Polisi jangan hanya menangkap pelaku pembacokan saja. Tapi harus bisa mengungkap keterlibatan dalang atau sutradara pembacokan,”harap Saritua dibenarkan Julia Astro Lingga seraya berjanji kasus yang menimpa orangtuanya akan juga dilaporkan ke Polda Sumut dan Mabes Polri di Jakarta. “Sehingga semuanya akan terungkap,”bilang pria berkulit putih berpenampilan tenang tersebut. Disebutkan warga di sana, Desa Majanggut 2 sebetulnya tidak pantas disebut sebuah desa. Selain keberadaannya dikelilingi hutan lindung, juga hanya dihuni oleh beberapa kepala keluarga yang tinggal di 10 rumah.

Sementara pada Pilkades disebutkan, jumlah pemilih mencapai 117 orang. Kades terpilih, ucap warga, nantinya bakalan jadi ‘boneka’ oknum tertentu yang mempunyai kepentingan terhadap desa mereka. Sebagai desa ‘boneka’ cukup banyak kucuran dana dari pemerintah daerah maupun pusat yang saban tahun digelontorkan ke desa tersebut. Namun pembangunan di desa tak pernah nampak dan dirasakan warga di sana.  Disebutkan warga, Kades Incumbent, Jamsen Solin maju pada pilkades dan bersaing dengan satu calon yang disebut-sebut hanya bikinan oknum agar dikatakan demokrasi.

 

Mantan Kades Menang Mutlak

Sementara itu, meski puluhan warga luka, tapi penghitungan suara tetap dilanjutkan. Jabatan itu mutlak dimenangkan mantan kepala desa sebelumnya yakni, Jansen Solin. Calon nomor urut 1 itu memproleh  84 suara, atau 85 % dari jumlah suara yang masuk di TPS. Sedangkan nomor kandidat 2, Darwin Solin hanya memperoleh  6 suara, sedangkan 2 suara lainnya dinyatakan batal. Dimana sebelumnya sesuai data yang di proleh P2KD Desa Mejanggut II DPT 117 suara, namun yang hadir hanya 92 orang.

Marihot Solin, Ketua panitia P2KD dan BPD mengatakan, keributan yang terjadi karena ada campur tangan pihak lain yang ingin merusak ketentraman kampung. “Masalah ini akan diusut pihak keamanan. Insiden tadi tidak mengganggu hasil keputusan panitia Pilkades,”tegasnya. Sehingga pelaksanaan Pilkades resmi dilanjut dengan keputusan bersama antara masyarakat dengan penyelenggara dan Muspika Kec. Kerajaan. Penghitungan hasil suara Pilkades berakhir pukul 14.00 WIB.  (pjs/mar/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/