26 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Pemimpin Doa Tiba-tiba Meninggal

Kamis 26 Desember 2013 tepat 9 tahun tsunami melanda Aceh dan menelan ratusan ribu korban jiwa. Di Banda Aceh, detik – detik peringatan 9 tahun tsunami dilaksanakan di lapangan utama Komplek Taman Ratu Safiatuddin.

Ribuan masyarakat dan pelajar larut dalam zikir dan doa bersama yang dimulai sejak pukul 08.00 WIB pagi tersebutn
Acara renungan 9 tahun tsunami Aceh ini diwali dengan sambutan Wakil Walikota Banda Aceh Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal, setelah itu giliran Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Adi Koesoemo memberikan sambutan. Tidak berapa lama giliran wakil gubernur Aceh dan Menpan Azwar Abubakar secara bergantian memberikan komentar.

Wakil Walikota Banda Aceh Hj Illiza Sa’aduddin Djamal yang mengawali sambutan menyampaikan bahwa hari ini (kemarin-red) tepat 9 tahun musibah gempa bumi yang disusul tsunami melanda pesisir Aceh, termasuk Kota Banda Aceh. Musibah dashat 26 Desember 2004 silam tersebut, menelan 126 ribu korban jiwa. Bencana yang datang tidak terduga tersebut menyebabkan seluruh sendi kehidupan lumpuh total dan kota Banda Aceh saat itu ibarat kota mati. Namun dengan simpati dan bantuan masyarakat, negara dan lembaga donor, baik dalam dan luar negeri, membuat daerah ini cepat bangkit kembali menata kembali kehidupan dan infrastruktur yang porak – poranda.

Senada dengan itu, Wakil Gubernur Aceh juga menyampaikan bahwa Aceh tidak akan mampu pulih dari musibah gempa berkekuatan 9,3 skala richter yang diikuti tsunami, tanpa adanya dukungan dari semua pihak, baik dalam maupun luar negeri.

Berkaca dari musibah tersebut, tentu masyarakat Aceh sekarang lebih sigap dalam menghadapi bencana, apalagi Aceh daerah yang sangat rawan akan bencana. Semua pihak pun diminta dapat mengantisipasi setiap bencana yang akan terjadi diwaktu mendatang.

Dalam kesempatan tersebut, Wagub juga menghimbau masyarakat Aceh untuk mengantisipasi bencana nyata yang terjadi setiap saat di depan mata, yakni bencana narkoba.

Para guru dan orang tua diminta dapat mengawasi anak didik dan anak mereka, agar terhindar dari bahaya narkoba.”Aceh saat ini menjadi salah satu pintu masuk perdagangan narkoba internasional, ini tidak boleh terus dibiarkan dan membutuhkan kerja keras semua pihak,”tegas wagub.

Kalau generasi muda Aceh sudah terkena narkoba, maka tentunya akan menjadi mayat berjalan dan sampah masyarakat.”Narkoba adalah tsunami nyata yang harus kita antisipasi bersama,”ketusnya.

Sementara itu, Azwar Abubakar juga turut menceritakan kisahnya saat musibah melanda Aceh 9 tahun silam, dimana saat itu dirinya menjabat sebagai Pj Gubernur Aceh.

Saat musibah melanda Aceh 9 tahun lalu, kata Azwar semua masyarakat hampir berputus asa, namun dengan adanya keyakinan bahwa musibah pasti ada hikmah, membuat pendirian masyarakat menjadi teguh dan berkat dukungan seluruh masyarakat Indonesia dan dunia internasional Aceh kembali bangkit.

Simpati masyarakat internasional pun berdatangan dan seingatnya, pada hari keempat tsunami perwakilan dari negara Jepang, Amerika, Eropa, dan bahkan Yunani menemui dirinya untuk menyatakan komitmen untuk membantu Aceh.

Pemimpin Doa Tiba-tiba Meninggal

Ada yang mengagetkan seluruh tamu yang hadir. Ini terjadi ketika H Muhammad Yakub (70), tokoh ulama Kecamatan Pulau Banyak, Aceh Singkil, tiba-tiba meninggal ketika memimpin doa peringatan tsunami di Masjid Baitul Muhtadin Pulau Banyak, Kamis (26/12). “Beliau meninggal ketika sedang memimpin doa, tiba-tiba jatuh tersungkur ke lantai,” kata Lukman pengurus BKM Baitul Muhtadin.

Melihat kejadian itu, kata Lukman, ratusan jemaah yang sedang khusu’ mengikuti doa, berusaha membangunkan, namun ternyata sudah meninggal dunia. “Kami sangat kehilangan, karena beliau merupakan ulama yang paling sepuh di Pulau Banyak,” ujar Lukman.

Seorang Siswa Kesurupan

Sementara salah seorang siswi SMAN 12 Banda Aceh kesurupan saat menghadiri peringatan 9 tahun tsunami di Komplek Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh. Siswi bernama Yunita ini awalnya jatuh pingsan dan tidak berapa lama kemudian dia meronta-ronta sambil menangis. Tidak berapa lama kemudian, siswi kelas 3 SMA ini langsung mendapatkan penanganan dari petugas medis yang langsung bergerak ke lokasi kejadian itu. Korban kemudian dievakuasi menggunakan ambulance. “Korban memang sering kesurupan di sekolah. Pada saat PKA lalu disini dia juga pernah kesurupan,” ujar Ningsih, salah seorang teman korban.

Kejadian ini tidak sampai mengganggu acara peringatan 9 tahun tsunami, karena siswi tersebut langsung dievakuasi petugas dari lokasi pelaksanaan kegiatan. Namun begitu, insiden ini cukup mengagetkan para tamu undangan yang hadir.

Doa Dikumandang dengan Haru

Seribuan masyarakat Aceh Barat, Kamis (26/12), sekira pukul 11.00 Wib, di Masjid Desa Beureugang, Kecamatan Kaway XVI, memanjatkan doa ampunan bagi para syuhada meninggal akibat bencana dahsyat 26 Desember 2004 lalu.

Selain elemen masyarakat, panjatan doa tersebut juga diikuti oleh Muspida plus Kabupaten Aceh Barat, yakni Bupati Aceh Barat HT Alaidinsyah (Haji Tito), Danrem 012/TU Kolonel Inf. Bambang Ismawan, kapolres Aceh Barat AKBP Faisal Rivai, Dandim Aceh Barat Letkol Arm. Deni Azhar Rizaldi, Kepala dinas dan badan pemerintahan setempat, tokoh agama, tokoh masyarakat dan lain-lainnya.

Tausiah dan panjatan doa bagi para korban bencana gempa dan tsunami 26 Desember 2004 lalu, langsung dipimpin oleh Ketua MPU Aceh Barat, Tgk H. Abdul Rani Adian. Saat hafalan doa dimulai, tidak sedikit peserta yang terlihat haru dan meneteskan air matanya dalam kenangan masa lalu saat bersama dengan pihak keluarga yang telah hilang terseret arus gelombang raksasa tsunami.

Danrem 012/TU Kolonel Inf. Bambang Ismawan, pada lokasi kegiatan menyampaikan, bencana gempa dan tsunami 26 Desember 2004 lalu, diharapkan dapat menjadi renungan bagi semua umat supaya melakukan renungan dan intropeksi diri.

Melihat sudut pandang religi, Bambang mengajak masyarakat peisir Pantai Barat Aceh untuk kembali melakukan kajian apa saja yang kurang dalam pelaksanaan iengirimkan bencana mahadasyat demikian menimpa area pesisir Aceh.”Aceh daerah syariat. Apa pelaksanaannya yang kurang, sehingga Allah mengirimkan peringatannya agar kita kembali bertakwa kepadanya,” jelasnya.

Dari perspektif psikologis, diharapkan kepada para korban bencana yang selamat, dapat kembali bangkit untuk menjalankan masadepannya. Jangan pengalaman bencana itu menjadi halangan bagi kita untuk maju, tapi pandanglah masa depan sebagai hari esok yang harus digapai dengan usaha dan doa.

Dengan moment peringatan bencana gempa dan tsunami ini, Bambang mengajak seluruh komponen masyarakat di wilayah pesisir Aceh untuk melakukan doa bagi para korban bencana dan terus meningkatkan amal ibadah kepada Alllah SWT.(*)

Kamis 26 Desember 2013 tepat 9 tahun tsunami melanda Aceh dan menelan ratusan ribu korban jiwa. Di Banda Aceh, detik – detik peringatan 9 tahun tsunami dilaksanakan di lapangan utama Komplek Taman Ratu Safiatuddin.

Ribuan masyarakat dan pelajar larut dalam zikir dan doa bersama yang dimulai sejak pukul 08.00 WIB pagi tersebutn
Acara renungan 9 tahun tsunami Aceh ini diwali dengan sambutan Wakil Walikota Banda Aceh Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal, setelah itu giliran Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Adi Koesoemo memberikan sambutan. Tidak berapa lama giliran wakil gubernur Aceh dan Menpan Azwar Abubakar secara bergantian memberikan komentar.

Wakil Walikota Banda Aceh Hj Illiza Sa’aduddin Djamal yang mengawali sambutan menyampaikan bahwa hari ini (kemarin-red) tepat 9 tahun musibah gempa bumi yang disusul tsunami melanda pesisir Aceh, termasuk Kota Banda Aceh. Musibah dashat 26 Desember 2004 silam tersebut, menelan 126 ribu korban jiwa. Bencana yang datang tidak terduga tersebut menyebabkan seluruh sendi kehidupan lumpuh total dan kota Banda Aceh saat itu ibarat kota mati. Namun dengan simpati dan bantuan masyarakat, negara dan lembaga donor, baik dalam dan luar negeri, membuat daerah ini cepat bangkit kembali menata kembali kehidupan dan infrastruktur yang porak – poranda.

Senada dengan itu, Wakil Gubernur Aceh juga menyampaikan bahwa Aceh tidak akan mampu pulih dari musibah gempa berkekuatan 9,3 skala richter yang diikuti tsunami, tanpa adanya dukungan dari semua pihak, baik dalam maupun luar negeri.

Berkaca dari musibah tersebut, tentu masyarakat Aceh sekarang lebih sigap dalam menghadapi bencana, apalagi Aceh daerah yang sangat rawan akan bencana. Semua pihak pun diminta dapat mengantisipasi setiap bencana yang akan terjadi diwaktu mendatang.

Dalam kesempatan tersebut, Wagub juga menghimbau masyarakat Aceh untuk mengantisipasi bencana nyata yang terjadi setiap saat di depan mata, yakni bencana narkoba.

Para guru dan orang tua diminta dapat mengawasi anak didik dan anak mereka, agar terhindar dari bahaya narkoba.”Aceh saat ini menjadi salah satu pintu masuk perdagangan narkoba internasional, ini tidak boleh terus dibiarkan dan membutuhkan kerja keras semua pihak,”tegas wagub.

Kalau generasi muda Aceh sudah terkena narkoba, maka tentunya akan menjadi mayat berjalan dan sampah masyarakat.”Narkoba adalah tsunami nyata yang harus kita antisipasi bersama,”ketusnya.

Sementara itu, Azwar Abubakar juga turut menceritakan kisahnya saat musibah melanda Aceh 9 tahun silam, dimana saat itu dirinya menjabat sebagai Pj Gubernur Aceh.

Saat musibah melanda Aceh 9 tahun lalu, kata Azwar semua masyarakat hampir berputus asa, namun dengan adanya keyakinan bahwa musibah pasti ada hikmah, membuat pendirian masyarakat menjadi teguh dan berkat dukungan seluruh masyarakat Indonesia dan dunia internasional Aceh kembali bangkit.

Simpati masyarakat internasional pun berdatangan dan seingatnya, pada hari keempat tsunami perwakilan dari negara Jepang, Amerika, Eropa, dan bahkan Yunani menemui dirinya untuk menyatakan komitmen untuk membantu Aceh.

Pemimpin Doa Tiba-tiba Meninggal

Ada yang mengagetkan seluruh tamu yang hadir. Ini terjadi ketika H Muhammad Yakub (70), tokoh ulama Kecamatan Pulau Banyak, Aceh Singkil, tiba-tiba meninggal ketika memimpin doa peringatan tsunami di Masjid Baitul Muhtadin Pulau Banyak, Kamis (26/12). “Beliau meninggal ketika sedang memimpin doa, tiba-tiba jatuh tersungkur ke lantai,” kata Lukman pengurus BKM Baitul Muhtadin.

Melihat kejadian itu, kata Lukman, ratusan jemaah yang sedang khusu’ mengikuti doa, berusaha membangunkan, namun ternyata sudah meninggal dunia. “Kami sangat kehilangan, karena beliau merupakan ulama yang paling sepuh di Pulau Banyak,” ujar Lukman.

Seorang Siswa Kesurupan

Sementara salah seorang siswi SMAN 12 Banda Aceh kesurupan saat menghadiri peringatan 9 tahun tsunami di Komplek Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh. Siswi bernama Yunita ini awalnya jatuh pingsan dan tidak berapa lama kemudian dia meronta-ronta sambil menangis. Tidak berapa lama kemudian, siswi kelas 3 SMA ini langsung mendapatkan penanganan dari petugas medis yang langsung bergerak ke lokasi kejadian itu. Korban kemudian dievakuasi menggunakan ambulance. “Korban memang sering kesurupan di sekolah. Pada saat PKA lalu disini dia juga pernah kesurupan,” ujar Ningsih, salah seorang teman korban.

Kejadian ini tidak sampai mengganggu acara peringatan 9 tahun tsunami, karena siswi tersebut langsung dievakuasi petugas dari lokasi pelaksanaan kegiatan. Namun begitu, insiden ini cukup mengagetkan para tamu undangan yang hadir.

Doa Dikumandang dengan Haru

Seribuan masyarakat Aceh Barat, Kamis (26/12), sekira pukul 11.00 Wib, di Masjid Desa Beureugang, Kecamatan Kaway XVI, memanjatkan doa ampunan bagi para syuhada meninggal akibat bencana dahsyat 26 Desember 2004 lalu.

Selain elemen masyarakat, panjatan doa tersebut juga diikuti oleh Muspida plus Kabupaten Aceh Barat, yakni Bupati Aceh Barat HT Alaidinsyah (Haji Tito), Danrem 012/TU Kolonel Inf. Bambang Ismawan, kapolres Aceh Barat AKBP Faisal Rivai, Dandim Aceh Barat Letkol Arm. Deni Azhar Rizaldi, Kepala dinas dan badan pemerintahan setempat, tokoh agama, tokoh masyarakat dan lain-lainnya.

Tausiah dan panjatan doa bagi para korban bencana gempa dan tsunami 26 Desember 2004 lalu, langsung dipimpin oleh Ketua MPU Aceh Barat, Tgk H. Abdul Rani Adian. Saat hafalan doa dimulai, tidak sedikit peserta yang terlihat haru dan meneteskan air matanya dalam kenangan masa lalu saat bersama dengan pihak keluarga yang telah hilang terseret arus gelombang raksasa tsunami.

Danrem 012/TU Kolonel Inf. Bambang Ismawan, pada lokasi kegiatan menyampaikan, bencana gempa dan tsunami 26 Desember 2004 lalu, diharapkan dapat menjadi renungan bagi semua umat supaya melakukan renungan dan intropeksi diri.

Melihat sudut pandang religi, Bambang mengajak masyarakat peisir Pantai Barat Aceh untuk kembali melakukan kajian apa saja yang kurang dalam pelaksanaan iengirimkan bencana mahadasyat demikian menimpa area pesisir Aceh.”Aceh daerah syariat. Apa pelaksanaannya yang kurang, sehingga Allah mengirimkan peringatannya agar kita kembali bertakwa kepadanya,” jelasnya.

Dari perspektif psikologis, diharapkan kepada para korban bencana yang selamat, dapat kembali bangkit untuk menjalankan masadepannya. Jangan pengalaman bencana itu menjadi halangan bagi kita untuk maju, tapi pandanglah masa depan sebagai hari esok yang harus digapai dengan usaha dan doa.

Dengan moment peringatan bencana gempa dan tsunami ini, Bambang mengajak seluruh komponen masyarakat di wilayah pesisir Aceh untuk melakukan doa bagi para korban bencana dan terus meningkatkan amal ibadah kepada Alllah SWT.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/