SUMUTPOS.CO – Setelah mendirikan organisasi yang khusus untuk melindungi gajah, Let Elephants Be Elephants (LEBE) bersama aktivis gajah, Dr Tammie Matson. Nadya Hutagalung tidak lagi menekuni bisnis jual beli berlian. Outlet yang didirikanya pun ditutupnya. ”Benar, saya pernah punya usaha perhiasan. Tapi pada 2007 saya menutup usaha itu,” ujarnya di Kawasan Pondok Indah Mall (PIM), Jakarta Selatan, Sabtu (25/4) malam.
Kesibukannya mengurus organisasi menjadi alasan utamanya. Organisasai ini fokus pada melindungi gajah dari perburu gadingnya. ”Karena sibuk dengan aktivitas Let Elephants Be Elephants,” ujarnya.
Lewat organisasi tersebut beragam kegiatan dilakukan perempuan yang memiliki nama asli Nadya Yuti Hutagalung ini. Tidak hanya melakukan kegiatan seminar, model dan pemandu acara TV berdarah campuran Australia dan Batak ini melakukan kunjungan ke bebarapa lokasi yang memang rentan pada pemburuan gajah.
”Saya sudah mengunjungi beberapa negara di Asia dan Australia untuk mengkampanyekan program ini (perlindungan gajah, Red). Jadi saya sangat happy,” terangnya.
”Dan sudah hampir dua tahun ini saya aktif di dalam kegiatan Let Elephants Be Elephants,” jelasnya.
Hanya saja, karena masih banyak yang memesan, Nadya pun mencoba untuk tetap menjalani. Namun hanya paro waktu. ”Tapi masih ada orang yang memesan kepada saya. Jadi saya masih suka menyediakan barangnya,” terang dia.
Istri Desmond Koh tersebut mengatakan, gajah maupun orang utan memiliki keindahan yang mengagumkan. Bagai batu berlian yang indah, dua satwa tersebut juga merupakan perhiasan dunia yang tidak ternilai. ”Menurutku ada persamaan gajah dengan perhiasan. Keduanya indah dan mengagumkan,” ucap dia.
Karenanya saat didapuk menjadi Duta Frank & Co, salah satu distributor berlian, Nadya tersanjung. Ia pun mencoba kembali menjadikan berlian sebagai media untuk mengkampanyekan kegiatannya.
”Pertama kali menjadi duta waktu itu pada 1998 dan saya sekarang kembali diajak untuk menjadi Duta Frank & Co. Saya sangat tersanjung, senang,” tandasnya.
Lewat kegiatan tersebut, Nadya pun mulai sadar diri. Tidak semua berlian didapat dari daerah konflik. ”Kebanyakan berlian didapat dari negara-negara konflik. Tapi saya terkejut ternyata berlian yang ada di Frank & Co jauh dari itu semua,” terangnya.
Nadya pun ikut mendesain sejumlah model perhiasan. Salah satunya liontin gajah. Nadya akan mendesain perhiasan yang nantinya akan berhubungan dengan sebuah organisasi lingkungan yang dikelolanya, LEBE. ”Ternyata ketertarikanku terhadap dua hal (satwa dan perhiasan, Red) bisa dikawinkan. Ini sungguh berarti buatku,” tuturnya.
Ya, mendesain perhiasan memang bukan kali pertama buat Nadya. Sebelumnya ia juga pernah mendesain perhiasan untuk perusahaan miliknya sendiri, OSEL. Namun pembuatan perhiasan kali ini lebih bermakna dari biasa. “It’s incredibly meaningful. Saya happy kalau bisa kerjakan sesuatu yang berhubungan dengan passion dan kerjaan saya,” ujarnya.
Saat ditanya perhiasan yang paling berharga” Ia menjawab gelang dari suami. ”Sampai saat ini masih saya pakai, ada juga anting. Dan satu antingnya hilang ketika saya berenang. Saya sudah cari di dasar kolam. Tidak ketemu,” pungkasnya. (ash)