26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Sinabung Terus Erupsi, Pengungsi Diberi Rp6 Miliar

Foto: Sutanta Aditya/afp Debu vulkanik yang dimuntahkan Gunung Sinabung memenuhi langit di atas gereja yang ditinggalkan warga sejak lama, Jumat (19/6/2015).
Foto: Sutanta Aditya/afp
Debu vulkanik yang dimuntahkan Gunung Sinabung memenuhi langit di atas gereja yang ditinggalkan warga sejak lama, Jumat (19/6/2015).

KARO, SUMUTPOS.CO- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho memaparkan aktivitas erupsi Gunung Sinabung masih tinggi. Hampir sepanjang hari Selasa (23/6) hujan debu tipis mengguyur sisi Selatan-Tenggara dari puncak Gunung Sinabung. Jumlah pengungsi 10.184 jiwa (3.030 KK) tersebar di 10 pos pengungsian.

Dia menyebutkan, jumlah pengungsi ini dinamis karena sebagian pengungsi, khususnya laki-laki dewasa, sering kembali ke rumahnya untuk memelihara kebun atau tanaman pertanian. Sebagian juga menginap di sanak saudara atau warga yang berada di dekat pos pengungsian. “Rasa gotong royong dan solidaritas masyarakat Karo cukup tinggi membantu para pengungsi,” sebutnya.

Sutopo menambahkan, untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi pengungsi, maka Presiden RI telah menyerahkan bantuan kemanusiaan bagi korban erupsi Gunung Sinabung senilai Rp6 miliar. Bantuan ini diserahkan Kepala BNPB, Syamsul Maarif, kepada Bupati Karo untuk selanjutnya digunakan memenuhi kebutuhan dasar pengungsi di Kabanjahe, Selasa (23/6).

Syamsul Maarif menyatakan, pemerintah tidak tinggal diam dengan kondisi masyarakat di sekitar Sinabung. “Kita tidak tahu sampai kapan erupsi Gunung Sinabung berakhir. Tapi pemerintah akan terus membantu. Sejak erupsi September 2013 hingga sekarang, BNPB telah memberikan bantuan Rp141,2 miliar kepada Pemkab Karo dan masyarakat Sinabung,” katanya.

Dia menegaskan, tidak perlu erupsi Gunung Sinabung dijadikan bencana nasional sebab Pemda Kabupaten Karo dan Pemerintah Provinsi Sumut masih beraktivitas normal. Kecuali jika seperti tsunami Aceh 2004 yang kondisi pemda dan masyarakat sudah lumpuh total.

“Jika pemda terbatas APBD-nya untuk Sinabung, tidak masalah, pemerintah pusat akan tetap membantu. Tapi tunjukkan kepemimpinan bupati, gubernur dan seluruh perangkatnya untuk menangani masyarakat yang terdampak erupsi Gunung Sinabung,” tegasnya.

Sebelumnya Syamsul Maarif di Rumah Dinas Gubernur Sumut Jalan Sudirman No 41 Medan mengatakan, pemerintah tengah mencari solusi hunian sementara bagi pengsungi baru korban erupsi Sinabung, di mana lokasinya tidak jauh dari tempat bercocok tanam. “Saya dan Pak Gubernur sedang memikirkan kemungkinan adanya hunian sementara bagi pengungsi. Di mana hal ini adalah upaya komprehensif penanganan Gunung Sinabung yang kita tidak tahu sampai kapan berhenti,” ujar Syamsul Maarif.

Syamsul menjelaskan, erupsi Sinabung yang kembali terjadi menyebabkan penambahan jumlah pengungsi sampai 10 ribu lebih jiwa. Menurutnya arah erupsi sudah mencapai arah Selatan, Tenggara dan Timur sehingga sebagian warga di sana harus diungsikan. Namun lokasi pengungsian yang ada jauh dari tempat bercocok tanam. “Misalnya di Desa Kutagugung kan jaraknya terlalu jauh dari tempat pengungsian ke ladang,” katanya.

Untuk itu dirinya dan Gubsu Gatot Pujo Nugroho tengah memikirkan kemungkinan ada hunian sementara, yang diupayakan tidak jauh dari tempat bercocok tanam. Karena sebagaian dari perladangan masyarakat masih bisa dimanfaatkan hasilnya. Maarif juga menyebutkan ada dua hal pokok yang dihadapi terkait penanganan erupsi Sinabung. Pertama persoalan karena gunung tersebut meletus, lalu kedua sisa pekerjaan akibat erupsi pada 2013, 2014 sampai 2015, yang mengakibatkan tiga desa direlokasi. Berkenaan letusan Sinabung, jumlah pengungsi berdasarkan data mereka sangat fluktuatif. Di mana saat ini mencapai 10 ribu lebih pengungsi yang tersebar pada 10 titik pengungsian. Secara kuantitas dan kualitas, di mana jumlah pengungsi lebih sedikit ketimbang 2013 dan 2014, dengan menanyakan hal tersebut kepada pengungsi, segala kebutuhan saat ini cukup memadai.

Selama ini, ungkap Maarif, persepsi masyarakat tiap kali bencana bicara tentang kuantitas. Seperti berapa jumlah personel yang diturunkan, serta berapa banyak kucuran dana yang diberikan. Namun pada kenyataannya, kata dia, masyarakat Karo justru memiliki soliditas tinggi. Hal itu ia lihat dari tinjauan di lapangan pada Senin (22/6) kemarin, di mana para tetangga pengungsi ikut membantu personil dalam hal penanggulangan bencana. “Jadi jangan hanya kekurangannya saja yang diekspos, tetapi sebenarnya Indonesia memiliki rasa gotong royong tinggi terhadap sesama,” ujarnya.

Rapat Koordinasi Percepatan Penanganan Bencana Erupsi Gunung Sinabung dilakukan sekaligus acara berbuka puasa yang dihadiri Bupati Karo Terkelin Brahmana, Dandim 0205/TK Letkol Inf Asep Sukarna, Kapolres Karo juga Komandan Korem 023/ Kawal Samudera Kol. Inf. Fachri SE, MM. Sementara dari Pemerintah Provinsi Sumut hadir Kepala Pelaksana BPBD Sumut Saleh Idoan Siregar, Kepala Dinas Kehutanan Sumut Halen Purba dan sejumlah Kepala SKPD Pemprovsu. Koordinasi tersebut juga dikemas dengan acara buka puasa bersama.

“Untuk percepatan pembangunan rumah relokasi saya meminta kepada kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara secara proaktif memback-up pemerintah Karo terkait koordinasi proses perizinan,” harap Maarif. (des/prn/rbb)

Foto: Sutanta Aditya/afp Debu vulkanik yang dimuntahkan Gunung Sinabung memenuhi langit di atas gereja yang ditinggalkan warga sejak lama, Jumat (19/6/2015).
Foto: Sutanta Aditya/afp
Debu vulkanik yang dimuntahkan Gunung Sinabung memenuhi langit di atas gereja yang ditinggalkan warga sejak lama, Jumat (19/6/2015).

KARO, SUMUTPOS.CO- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho memaparkan aktivitas erupsi Gunung Sinabung masih tinggi. Hampir sepanjang hari Selasa (23/6) hujan debu tipis mengguyur sisi Selatan-Tenggara dari puncak Gunung Sinabung. Jumlah pengungsi 10.184 jiwa (3.030 KK) tersebar di 10 pos pengungsian.

Dia menyebutkan, jumlah pengungsi ini dinamis karena sebagian pengungsi, khususnya laki-laki dewasa, sering kembali ke rumahnya untuk memelihara kebun atau tanaman pertanian. Sebagian juga menginap di sanak saudara atau warga yang berada di dekat pos pengungsian. “Rasa gotong royong dan solidaritas masyarakat Karo cukup tinggi membantu para pengungsi,” sebutnya.

Sutopo menambahkan, untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi pengungsi, maka Presiden RI telah menyerahkan bantuan kemanusiaan bagi korban erupsi Gunung Sinabung senilai Rp6 miliar. Bantuan ini diserahkan Kepala BNPB, Syamsul Maarif, kepada Bupati Karo untuk selanjutnya digunakan memenuhi kebutuhan dasar pengungsi di Kabanjahe, Selasa (23/6).

Syamsul Maarif menyatakan, pemerintah tidak tinggal diam dengan kondisi masyarakat di sekitar Sinabung. “Kita tidak tahu sampai kapan erupsi Gunung Sinabung berakhir. Tapi pemerintah akan terus membantu. Sejak erupsi September 2013 hingga sekarang, BNPB telah memberikan bantuan Rp141,2 miliar kepada Pemkab Karo dan masyarakat Sinabung,” katanya.

Dia menegaskan, tidak perlu erupsi Gunung Sinabung dijadikan bencana nasional sebab Pemda Kabupaten Karo dan Pemerintah Provinsi Sumut masih beraktivitas normal. Kecuali jika seperti tsunami Aceh 2004 yang kondisi pemda dan masyarakat sudah lumpuh total.

“Jika pemda terbatas APBD-nya untuk Sinabung, tidak masalah, pemerintah pusat akan tetap membantu. Tapi tunjukkan kepemimpinan bupati, gubernur dan seluruh perangkatnya untuk menangani masyarakat yang terdampak erupsi Gunung Sinabung,” tegasnya.

Sebelumnya Syamsul Maarif di Rumah Dinas Gubernur Sumut Jalan Sudirman No 41 Medan mengatakan, pemerintah tengah mencari solusi hunian sementara bagi pengsungi baru korban erupsi Sinabung, di mana lokasinya tidak jauh dari tempat bercocok tanam. “Saya dan Pak Gubernur sedang memikirkan kemungkinan adanya hunian sementara bagi pengungsi. Di mana hal ini adalah upaya komprehensif penanganan Gunung Sinabung yang kita tidak tahu sampai kapan berhenti,” ujar Syamsul Maarif.

Syamsul menjelaskan, erupsi Sinabung yang kembali terjadi menyebabkan penambahan jumlah pengungsi sampai 10 ribu lebih jiwa. Menurutnya arah erupsi sudah mencapai arah Selatan, Tenggara dan Timur sehingga sebagian warga di sana harus diungsikan. Namun lokasi pengungsian yang ada jauh dari tempat bercocok tanam. “Misalnya di Desa Kutagugung kan jaraknya terlalu jauh dari tempat pengungsian ke ladang,” katanya.

Untuk itu dirinya dan Gubsu Gatot Pujo Nugroho tengah memikirkan kemungkinan ada hunian sementara, yang diupayakan tidak jauh dari tempat bercocok tanam. Karena sebagaian dari perladangan masyarakat masih bisa dimanfaatkan hasilnya. Maarif juga menyebutkan ada dua hal pokok yang dihadapi terkait penanganan erupsi Sinabung. Pertama persoalan karena gunung tersebut meletus, lalu kedua sisa pekerjaan akibat erupsi pada 2013, 2014 sampai 2015, yang mengakibatkan tiga desa direlokasi. Berkenaan letusan Sinabung, jumlah pengungsi berdasarkan data mereka sangat fluktuatif. Di mana saat ini mencapai 10 ribu lebih pengungsi yang tersebar pada 10 titik pengungsian. Secara kuantitas dan kualitas, di mana jumlah pengungsi lebih sedikit ketimbang 2013 dan 2014, dengan menanyakan hal tersebut kepada pengungsi, segala kebutuhan saat ini cukup memadai.

Selama ini, ungkap Maarif, persepsi masyarakat tiap kali bencana bicara tentang kuantitas. Seperti berapa jumlah personel yang diturunkan, serta berapa banyak kucuran dana yang diberikan. Namun pada kenyataannya, kata dia, masyarakat Karo justru memiliki soliditas tinggi. Hal itu ia lihat dari tinjauan di lapangan pada Senin (22/6) kemarin, di mana para tetangga pengungsi ikut membantu personil dalam hal penanggulangan bencana. “Jadi jangan hanya kekurangannya saja yang diekspos, tetapi sebenarnya Indonesia memiliki rasa gotong royong tinggi terhadap sesama,” ujarnya.

Rapat Koordinasi Percepatan Penanganan Bencana Erupsi Gunung Sinabung dilakukan sekaligus acara berbuka puasa yang dihadiri Bupati Karo Terkelin Brahmana, Dandim 0205/TK Letkol Inf Asep Sukarna, Kapolres Karo juga Komandan Korem 023/ Kawal Samudera Kol. Inf. Fachri SE, MM. Sementara dari Pemerintah Provinsi Sumut hadir Kepala Pelaksana BPBD Sumut Saleh Idoan Siregar, Kepala Dinas Kehutanan Sumut Halen Purba dan sejumlah Kepala SKPD Pemprovsu. Koordinasi tersebut juga dikemas dengan acara buka puasa bersama.

“Untuk percepatan pembangunan rumah relokasi saya meminta kepada kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara secara proaktif memback-up pemerintah Karo terkait koordinasi proses perizinan,” harap Maarif. (des/prn/rbb)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/