28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Rupanya, Mahasiswa asal Natuna Sudah Biasa Naik Hercules, Ini Alasannya

Pesawat Hercules. Foto: dok.Jawa Pos
Pesawat Hercules. Foto: dok.Jawa Pos

PEKANBARU, SUMUTPOS.CO–Riau dan Kepulauan Riau, dua provinsi yang sebagian wilayahnya berbasis kepulauan. Namun sarana transportasi udara dari dan menuju dua daerah ini, sangat minim sekali.

Padahal aktivitas masyarakat antar dua provinsi ini cukup tinggi. Selain karena pernah menjadi satu provinsi yang sama, sebagian besar masyarakat yang tinggal di pulau-pulau terluar di Kepri, memilih hijrah, berbisnis hingga menuntut ilmu ke Ibukota Provinsi Riau, Pekanbaru.

Ironisnya, meski dua provinsi ini merupakan daerah kaya di nusantara, fasilitas transportasi udara yang menghubungkan keduanya, bisa dihitung jari.

Hanya ada Susi Air yang melayani rute Pekanbaru ke pulau-pulau terluar di Kepri. Tapi penerbangan ini hanya untuk rute Pekanbaru-Tanjung Pinang dan Pekanbaru-Dabok Singkep.

Sementara untuk Pekanbaru-Ranai (Ibu kota Pulau Natuna), hanya ada satu penerbangan komersil Citi Link. Namun jam terbangnya terbatas.

”Paling hanya sekali seminggu. Itupun sangat mahal sekali, tembus jutaan rupiah sekali terbang,” kata Iwan (35), salah seorang warga Natuna pada Pekanbaru Pos (Grup JPNN), kemarin.

Penerbangan rutin dengan maskapai nasional yang menghubungkan dua Provinsi ini, setiap hari tersedia hanya untuk tujuan Pekanbaru ke Batam, Kepri, saja.

”Jadi kalau tak pakai Hercules, terbangnya ke Batam dulu. Baru nanti naik kapal ke pulau-pulau tujuan. Sangat memakan waktu dan biaya,” kata Iwan.

Ia mengatakan, sudah sejak lama, masyarakat yang tinggal di pulau-pulau di Kepri, menggunakan jasa penerbangan Hercules. Baik untuk mengunjungi sanak keluarga mereka, bisnis ataupun keperluan lainnya.

”Mahasiswa Natuna yang sekolah di Pekanbaru, sebagian besar sudah biasa naik Hercules. Karena kalau menggunakan kapal Pelni, dibutuhkan waktu sehari semalam,” katanya.

Sedangkan kalau naik Hercules, hanya menghabiskan waktu 12 jam saja. Selain itu ongkos menumpang di pesawat militer ini, juga relatif lebih murah.”Paling hanya ratusan ribu saja,” katanya.

Saat peristiwa naas kemarin, diperkirakan ada puluhan orang warga Natuna yang menumpang di Hercules 130. Selain anggota TNI AU, juga ada pelajar dan mahasiswa.

Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Kolonel (Pnb) Khairil Lubis membenarkan, bila ada warga sipil yang turut menumpang di pesawat Hercules naas itu. Beberapa diantaranya adalah pelajar dan mahasiswa. ”Namun jumlah dan nama-namanya, belum bisa dipastikan,” katanya.

Keikutsertaan warga sipil dalam penerbangan milik militer itu kata Khairil, tidak semuanya karena keluarga anggota TNI AU.

”Ada juga yang naik dengan surat rekomendasi paguyuban daerah tertentu,” katanya. (c/Kho/yus)

Pesawat Hercules. Foto: dok.Jawa Pos
Pesawat Hercules. Foto: dok.Jawa Pos

PEKANBARU, SUMUTPOS.CO–Riau dan Kepulauan Riau, dua provinsi yang sebagian wilayahnya berbasis kepulauan. Namun sarana transportasi udara dari dan menuju dua daerah ini, sangat minim sekali.

Padahal aktivitas masyarakat antar dua provinsi ini cukup tinggi. Selain karena pernah menjadi satu provinsi yang sama, sebagian besar masyarakat yang tinggal di pulau-pulau terluar di Kepri, memilih hijrah, berbisnis hingga menuntut ilmu ke Ibukota Provinsi Riau, Pekanbaru.

Ironisnya, meski dua provinsi ini merupakan daerah kaya di nusantara, fasilitas transportasi udara yang menghubungkan keduanya, bisa dihitung jari.

Hanya ada Susi Air yang melayani rute Pekanbaru ke pulau-pulau terluar di Kepri. Tapi penerbangan ini hanya untuk rute Pekanbaru-Tanjung Pinang dan Pekanbaru-Dabok Singkep.

Sementara untuk Pekanbaru-Ranai (Ibu kota Pulau Natuna), hanya ada satu penerbangan komersil Citi Link. Namun jam terbangnya terbatas.

”Paling hanya sekali seminggu. Itupun sangat mahal sekali, tembus jutaan rupiah sekali terbang,” kata Iwan (35), salah seorang warga Natuna pada Pekanbaru Pos (Grup JPNN), kemarin.

Penerbangan rutin dengan maskapai nasional yang menghubungkan dua Provinsi ini, setiap hari tersedia hanya untuk tujuan Pekanbaru ke Batam, Kepri, saja.

”Jadi kalau tak pakai Hercules, terbangnya ke Batam dulu. Baru nanti naik kapal ke pulau-pulau tujuan. Sangat memakan waktu dan biaya,” kata Iwan.

Ia mengatakan, sudah sejak lama, masyarakat yang tinggal di pulau-pulau di Kepri, menggunakan jasa penerbangan Hercules. Baik untuk mengunjungi sanak keluarga mereka, bisnis ataupun keperluan lainnya.

”Mahasiswa Natuna yang sekolah di Pekanbaru, sebagian besar sudah biasa naik Hercules. Karena kalau menggunakan kapal Pelni, dibutuhkan waktu sehari semalam,” katanya.

Sedangkan kalau naik Hercules, hanya menghabiskan waktu 12 jam saja. Selain itu ongkos menumpang di pesawat militer ini, juga relatif lebih murah.”Paling hanya ratusan ribu saja,” katanya.

Saat peristiwa naas kemarin, diperkirakan ada puluhan orang warga Natuna yang menumpang di Hercules 130. Selain anggota TNI AU, juga ada pelajar dan mahasiswa.

Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Kolonel (Pnb) Khairil Lubis membenarkan, bila ada warga sipil yang turut menumpang di pesawat Hercules naas itu. Beberapa diantaranya adalah pelajar dan mahasiswa. ”Namun jumlah dan nama-namanya, belum bisa dipastikan,” katanya.

Keikutsertaan warga sipil dalam penerbangan milik militer itu kata Khairil, tidak semuanya karena keluarga anggota TNI AU.

”Ada juga yang naik dengan surat rekomendasi paguyuban daerah tertentu,” katanya. (c/Kho/yus)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/