
BAKAR: Petugas Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) membakar produk ilegal ketika berlangsungnya pemusnahan sejumlah produk ilegal di Kantor BBPOM beberapa waktu lalu. Kemarin BBPOM berhasil mengamankan 27 sarana distribusi produk ilegal.
MEDAN, SUMUTPOS.CO- Dalam kegiatan pengawasan rutin menyambut Hari Raya Idul Fitri, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan berhasil menemukan obat, obat tradisional, kosmetik dan pangan tanpa izin edar atau ilegal di 27 sarana yang tersebar di Sumatera Utara (Sumut).
Dari jumlah tersebut, 5 sarana menjual 19 item obat palsu dengan jumlah kemasan 1423 dan nilainya mencapai Rp67.161.000. Sementara itu, 9 sarana menjual 69 item obat tradisional dengan 30.127 kemasan dan nilai jualnya 307.451.000. Selanjutnya 9 sarana menjual kosmetik ilegal dengan 172 item, 2.072 kemasan dan nilai 35.390.000, dan 4 sarana menjual pangan tanda izin edar dengan 8 item, 2.949 kemaan dan nilai mencapai 30.824.000.
“Jadi semuanya mencapai 27 sarana atau 27 pelaku dengan jumlah item mencapai 268 dan 36.571 kemasan, nilai rupiahnya mencapai Rp440.826.000,” ujar Kepala BBPOM Medan, Drs M Ali Bata Harahap Apt MKes kepada wartawan di kantonya, Selasa (14/7).
Dikatakannya, 27 sarana yang diperiksa tersebut, 2 sarana dilakukan proses hukum, 1 sarana dilakukan pencabutan izin apotik karena telah mendistribusikan obat narkotika dan psikotropika dari sumber tidak resmi, 2 sarana dilakukann PSK karena menjual obat tanpa izin edar dan obat palsu dan terhadap 22 sarana dilakukan peringatan keras dan membuat surat pernyataan tidak mendistribusikan lagi produk ilegal.
“Sumber perolehan temuan obat palsu atau tanpa izin edar berasal dari Padang Lawas, Nias Selatan, Gunung Sitoli. Sementara untuk obat tradisinal dari Kota Medan dan Labuhan Batu, kosmetik dan pangan juga dari Medan,” kata Ali Bata.
Katanya, selain langsung terjun ke lapangan, pihaknya juga melakukan pengawasan pada sejumlah belanja online yang diduga menjual produk tanpa izin edar atau ilegal. Sebagian produk ilegal dari belanja online itu sekitar ada 20. “Cara yang kami lakukan dengan berpura-pura membeli. Ada ratusan situs yang telah kami telusuri dan ada 20 diduga menjual barang tanpa izin edar,” katanya.
Untuk mengetahui barang tersebut ilegal, pihaknya melakukan uji, verifikasi dan evaluasi terlebih dahulu. “Kita uji, kemudian verifikasi mulai dari labelnya, kandungannya. Kami juga akan cocokkan dengan data yang sudah dimiliki oleh BBPOM sendiri,” katanya sembari mengatakan sanksi atau ancaman yang diberikan kepada pengedar obat palsu, pidana 15 tahun, dan denda Rp1,5 miliar. Sementara untuk pangan, ancaman pidana 2 tahun.
Sedangkan obat, kosmetik dan pangan yang disita, di antaranya obat Laoscorbine, obat Ponstan, Erpha Methor, Diazepam, Anti tetanus Serum, Gali-Gali, Temulawak, Minyak Makan dari via online, colagen vit C, dan lainnya.
Selama Ramadan, pihaknya juga memeriksan 271 sample makanan ringan berbuka puasa di pusat jajanan berbuka di Medan, Asahan, Langkat, Tanah Karo, Samosir, dan Rantau Parapat.”Dari 271 sample yang kami uji, 263 memenuhi syarat, dan 8 tidak memenuhi syarat. Ada 7 pedagang yang menggunakan pewarna testil dan ini kami temukan di Langkat. Sementara itu, 1 ada di Medan, yakni cincau dengan menggunakan borak ada di Jalan Amaliun,” ujarnya.
Temuan ini, lanjutnya adalah orang-orang baru. “Yang kita temukan ini orang-orang baru, makanya kami berikan pembinaan. Kami juga rekomendasikan ke pengelolahnya untuk dibina dan diawasi,” katanya. (put/ila)