24 C
Medan
Tuesday, November 5, 2024
spot_img

Nazaruddin Ikut Atur Proyek di USU

Lambat Tangani Alkes, Jamwas Tegur Kajatisu

MEDAN-Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan (Jamwas) Marwan Effendi mengungkapkan rasa keprihatinan atas lambannya penanganan kasus-kasus korupsi di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu). Dalam kunjungan ke Kejatisu Jalan AH Nasution Medan kemarin (13/7), Marwan Effendi menyindir Kepala Kejati, AK Basuni Masyarif, AK Basuni Masyarif.

“Saya akan tanya Pak Kajati (Basuni) kenapa penanganan perkara korupsi begitu lama. Apa sebenarnya kendala yang terjadi, sehingga penanganan korupsi begitu lambat,” ucap Jamwas di hadapan Kajatisu.

Marwan Effendi menegaskan agar AK Basuni tidak menutupi kasus-kasus yang ditangani, terutama yang ditinggalkan pejabat Kejatisu pendahulunya.
“Saya juga minta Pak Kajatisu transparan mengusut kasus korupsi. Kalau ditemukan dugaan korupsi, lanjutkan hingga tuntas. Kalau memang kasus itu tidak terbuktiKejatisu harus transparan dan umumkan ke publik,” tegur Marwan Effendi.

Ketika disinggung penanganan kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan (alkes) di FK USU yang diduga mengendap di Kejatisu, mantan Jampidsus ini minta dengan tegas agar Kejatisu transparan. “Saya minta Kajatisu tegas mengusut kasus korupsi itu (Alkes USU, Red). Karena ini menyangkut kepastian hukum dan nasib seseorang, jangan gantung-gantung nasib orang hingga berlama-lama,” tegas Marwan Effendi.

Marwan Effendi juga minta Kajatisu tidak mau diintervensi orang-orang tertentu. Jamwas berjanji merevisi semua penanganan kasus yang ditinggalkan pejabat lama terhadap pejabat yang baru.
Sebelumnya Kajatisu AK Basuni Masyarif pada wartawan berjanji melanjutkan kasus-kasus korupsi yang ditinggalkan Kajatisu sebelumnya, Sution Usman Adji.

Berdasarkan informasi yang dihimpun di Kejatisu, kasus dugaan korupsi alkes FK USU tahun 2009 senilai Rp38 miliar sudah dihentikan ketika Sution Usman Adji masih berdinas di Kejatisu dan Erbindo Saragih masih sebagai Aspidsus Kejatisu. Diduga atas dasar itulah AK Basuni Masyarif enggan melanjutkan penyelidikan perkaranya hingga tuntas.

Bila kasus pengadaan alkes di FK USU masih jalan di tempat, proyek pembangunan Rumah Sakit Pendidikan USU memasuki babak baru. Media nasional di Jakarta ramai memberitakan percakapan Muhammad Nazaruddin dan Mindo Rosalina Manulang melalui BlackBerry Messenger (BBM) dalam percakapan mengenai proyek rumah sakit di USU.

Nazar yang meminta bawahannya di PT Anak Negeri itu untuk menanyakan proyek di USU. “USU masak kosong, ngomong sama Artis dong,” kata Nazaruddin. “Saya sudah minta ke Bu Artis dan Pak Bali. The North Sumatera University Hospital of Sumatera Utara University Project 116, 689, 796, 996,” ucap Rosa.
Artis, kata sandi untuk Angelina Sondakh sedangkan Bali adalah sandi untuk Wayan Koster, rekan Nazaruddin di DPR RI.

Selain kode Artis dan Bali, nama mantan rektor USU Prof Chairuddin P Lubis juga ikut disebut. Terkait hal itu Prof Chairuddin memberikan bantahan, menaku tidak kenal Nazaruddin, dan tidak pernah berkomunikasi dengannya. Ditegaskannya, tak mungkin Nazaruddin mengatur proyek pembangunan Rumah Sakit Pendidikan USU karena prosesnya sudah dimulai lama.

Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan USU digagas sejak 2003. Pada 2007 diperoleh persetujuan dukungan dana dari Islamic Development Bank (IDB). Terkait dengan adanya komunikasi antara Muhammad Nazaruddin dengan Mindo Rosalina Manulang tentang proyek pembangunan rumah sakit di USU, Chairuddin menyatakan dia tidak tahu mengenai hal itu.

Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan USU dimulai pada 13 Agustus 2009, ditandai dengan peletakan batu pertama yang dilakukan Rektor USU pada saat itu Chairuddin P Lubis. Rumah sakit yang berlokasi di Jalan dr Mansyur ini dibangun dengan dana sebesar USD 39,4 juta dolar AS atau setara Rp390 miliar. Dana ini berasal dari pinjaman IDB sebesar 32,6 juta dolar AS dan Pemerintah Indonesia sebesar USD 6,8 juta.

Proses pembangunan gedung rumah sakit seluas 50,252 meter persegi tersebut saat ini sudah memasuki tahap akhir. Namun rektor sudah berganti. Sejak 31 Maret 2010 Syahril Pasaribu menjadi rektor baru menggantikan Chairuddin P Lubis yang menjadi Rektor USU selama 15 tahun.

Rektor USU yang baru, Syahril Pasaribu juga menyatakan tidak pernah melakukan komunikasi dengan Nazaruddin. Setidaknya begitu penjelasan yang diberikan Kepala Humas USU Bisru Hafi.
“Sepengetahan saya Pak Rektor tidak kenal dengan beliau (Nazaruddin),” kata Bisru. (bbs/net/rud)

Lambat Tangani Alkes, Jamwas Tegur Kajatisu

MEDAN-Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan (Jamwas) Marwan Effendi mengungkapkan rasa keprihatinan atas lambannya penanganan kasus-kasus korupsi di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu). Dalam kunjungan ke Kejatisu Jalan AH Nasution Medan kemarin (13/7), Marwan Effendi menyindir Kepala Kejati, AK Basuni Masyarif, AK Basuni Masyarif.

“Saya akan tanya Pak Kajati (Basuni) kenapa penanganan perkara korupsi begitu lama. Apa sebenarnya kendala yang terjadi, sehingga penanganan korupsi begitu lambat,” ucap Jamwas di hadapan Kajatisu.

Marwan Effendi menegaskan agar AK Basuni tidak menutupi kasus-kasus yang ditangani, terutama yang ditinggalkan pejabat Kejatisu pendahulunya.
“Saya juga minta Pak Kajatisu transparan mengusut kasus korupsi. Kalau ditemukan dugaan korupsi, lanjutkan hingga tuntas. Kalau memang kasus itu tidak terbuktiKejatisu harus transparan dan umumkan ke publik,” tegur Marwan Effendi.

Ketika disinggung penanganan kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan (alkes) di FK USU yang diduga mengendap di Kejatisu, mantan Jampidsus ini minta dengan tegas agar Kejatisu transparan. “Saya minta Kajatisu tegas mengusut kasus korupsi itu (Alkes USU, Red). Karena ini menyangkut kepastian hukum dan nasib seseorang, jangan gantung-gantung nasib orang hingga berlama-lama,” tegas Marwan Effendi.

Marwan Effendi juga minta Kajatisu tidak mau diintervensi orang-orang tertentu. Jamwas berjanji merevisi semua penanganan kasus yang ditinggalkan pejabat lama terhadap pejabat yang baru.
Sebelumnya Kajatisu AK Basuni Masyarif pada wartawan berjanji melanjutkan kasus-kasus korupsi yang ditinggalkan Kajatisu sebelumnya, Sution Usman Adji.

Berdasarkan informasi yang dihimpun di Kejatisu, kasus dugaan korupsi alkes FK USU tahun 2009 senilai Rp38 miliar sudah dihentikan ketika Sution Usman Adji masih berdinas di Kejatisu dan Erbindo Saragih masih sebagai Aspidsus Kejatisu. Diduga atas dasar itulah AK Basuni Masyarif enggan melanjutkan penyelidikan perkaranya hingga tuntas.

Bila kasus pengadaan alkes di FK USU masih jalan di tempat, proyek pembangunan Rumah Sakit Pendidikan USU memasuki babak baru. Media nasional di Jakarta ramai memberitakan percakapan Muhammad Nazaruddin dan Mindo Rosalina Manulang melalui BlackBerry Messenger (BBM) dalam percakapan mengenai proyek rumah sakit di USU.

Nazar yang meminta bawahannya di PT Anak Negeri itu untuk menanyakan proyek di USU. “USU masak kosong, ngomong sama Artis dong,” kata Nazaruddin. “Saya sudah minta ke Bu Artis dan Pak Bali. The North Sumatera University Hospital of Sumatera Utara University Project 116, 689, 796, 996,” ucap Rosa.
Artis, kata sandi untuk Angelina Sondakh sedangkan Bali adalah sandi untuk Wayan Koster, rekan Nazaruddin di DPR RI.

Selain kode Artis dan Bali, nama mantan rektor USU Prof Chairuddin P Lubis juga ikut disebut. Terkait hal itu Prof Chairuddin memberikan bantahan, menaku tidak kenal Nazaruddin, dan tidak pernah berkomunikasi dengannya. Ditegaskannya, tak mungkin Nazaruddin mengatur proyek pembangunan Rumah Sakit Pendidikan USU karena prosesnya sudah dimulai lama.

Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan USU digagas sejak 2003. Pada 2007 diperoleh persetujuan dukungan dana dari Islamic Development Bank (IDB). Terkait dengan adanya komunikasi antara Muhammad Nazaruddin dengan Mindo Rosalina Manulang tentang proyek pembangunan rumah sakit di USU, Chairuddin menyatakan dia tidak tahu mengenai hal itu.

Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan USU dimulai pada 13 Agustus 2009, ditandai dengan peletakan batu pertama yang dilakukan Rektor USU pada saat itu Chairuddin P Lubis. Rumah sakit yang berlokasi di Jalan dr Mansyur ini dibangun dengan dana sebesar USD 39,4 juta dolar AS atau setara Rp390 miliar. Dana ini berasal dari pinjaman IDB sebesar 32,6 juta dolar AS dan Pemerintah Indonesia sebesar USD 6,8 juta.

Proses pembangunan gedung rumah sakit seluas 50,252 meter persegi tersebut saat ini sudah memasuki tahap akhir. Namun rektor sudah berganti. Sejak 31 Maret 2010 Syahril Pasaribu menjadi rektor baru menggantikan Chairuddin P Lubis yang menjadi Rektor USU selama 15 tahun.

Rektor USU yang baru, Syahril Pasaribu juga menyatakan tidak pernah melakukan komunikasi dengan Nazaruddin. Setidaknya begitu penjelasan yang diberikan Kepala Humas USU Bisru Hafi.
“Sepengetahan saya Pak Rektor tidak kenal dengan beliau (Nazaruddin),” kata Bisru. (bbs/net/rud)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/