28 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Medan Plaza Sempat Dianggap Tempat Tante Girang Mencari Mangsa

Petugas Pemadam Kebakaran berusaha memadamkan api yang membakar habis pusat perbelanjaan Medan Plaza Jalan Iskandar Muda Medan, Sabtu (22/8). Menurut saksi mata yang berada disekitar lokasi, kebakaran terjadi pukul 01.30 dini hari, dan api langsung membesar, tidak ada korban jiwa di peristiwa tersebut, penyebab kebakaran dan kerugian materi masih diselidiki pihak yang berwajib.TRIADI WIBOWO/SUMUT POS-
Petugas Pemadam Kebakaran berusaha memadamkan api yang membakar habis pusat perbelanjaan Medan Plaza Jalan Iskandar Muda Medan, Sabtu (22/8). Menurut saksi mata yang berada disekitar lokasi, kebakaran terjadi pukul 01.30 dini hari, dan api langsung membesar, tidak ada korban jiwa di peristiwa tersebut, penyebab kebakaran dan kerugian materi masih diselidiki pihak yang berwajib.TRIADI WIBOWO/SUMUT POS-

SUMUTPOS.CO- PADA awal tahun 90 an, Medan Plaza merupakan salah satu pusat perbelanjaan modern dan terlengkap di Kota Medan. Selain menyediakan berbagai gerai, di sini juga terdapat banyak tempat untuk sekadar bersantai.

Dari mulai rumah makan cepat saji, cafeteria, bioskop hingga diskotik ada di plaza yang terdapat di Jalan Iskandar Muda itu. Karenanya, tak mengherankan bila kala itu plaza ini menjadi salah satu tempat favorit, selain untuk berbelanja juga untuk mencari kesenangan duniawi.

Setidaknya itu pengakuan Syamsul Bahri (40), warga Padangbulan yang kini menjadi seorang sopir taksi. “Kalau dulu, di sini tempat belanja orang-orang kaya. Jarang orang kita (pribumi, Red) yang belanja di sini. Kalau orang kita datang kesini bukan untuk berbelanja, tapi ke diskotiknya,. Kalau yang belanja di sini, ya…orang-orang Thionghoa lah,” bilangnya.

Saat ditanya, kapan dirinya pertama kali ke Medan Plaza dan untuk urusan apa, dengan entengnya Syamsul pun menceritakan kisahnya, bahwa pertama kali dirinya ke Medan Plaza adalah untuk mencari kaos bermerk Hammer. “Kalau gak salah tahun 1992 aku pertama kali ke Medan Plaza. Kan saat itu sedang booming-nya kaos Hammer. Nah, di sana kan ada toko yang spesial menjual kaos itu. Makanya aku kesana,” kenang Syamsul.

Cerita Syamsul tak berhenti di situ, selanjutnya Syamsul bercerita bahwa ketika dirinya mencari motif kaos yang sesuai keinginan hatinya, justru di saat itu dirinya ditegur seorang wanita.

“Ditanyanya aku, mau cari kaos yang kek mana? Kubilang lah kalo aku mau yang warna merah. Abis itu dibilangnya, ya udah cari aja nanti saya yang bayar. Bah, terkejut aku dibilangnya kek gitu. Tapi ya udah, kucari aja kaos keinginanku itu, tanpa berharap dibayarnya. Soalnya, aku berpikir, kan gak mungkin pulak orang yang gak dikenal membayari kaos aku,” bilang Syamsul.

Tapi ternyata dugaan Syamsul salah. Ketika dirinya berada di kasir untuk membayar dua buah kaos Hammer pilihannya, si wanita itu mendatanginya dan langsung membayar belanjaannya. “Katika dia selesai membayar kaos itu, dibilangnya kalo aku mirip adiknya yang udah meninggal. Ya udahlah… senang kali lah aku karena kaos aku itu dibayarinya. Udah itu diajaknya pulak lagi aku makan. Abis makan di ajaknya lagi aku nonton film. Pokoknya mantap kali lah bang,” kenang Syamsul sambil tertawa terkekeh-kekeh.

Setiba di bioskop Syamsul mengatakan bahwa sepanjang film diputar dirinya sama sekali tak konsen untuk menonton. Betapa tidak, sepanjang film diputar, selama itu pula wanita itu terus bercerita tetang siapa dirinya.

“Dari situ aku tahu kalau dia sedang stres karena sering di tinggal suaminya. Jadi cari hiburan lah dia ke Medan Plaza itu. Udah itu bang, selama bercerita dia pun sering pulak pegang-pegang tangan aku. Walau awalnya aku menghargai dia, tapi lama-lama timbul juga keberanian aku untuk membalas remasan tangannya itu. Kutengok dia pun senang, makin beranilah aku. Ya, udahlah… kujadikan ajalah terus di bioskop itu,” bilang Syamsul sambil mengatakan bahwa wanita itu segera mengajaknya keluar dari bioskop sebelum film habis, untuk selanjutnya membawa Syamsul ke sebuah hotel yang berada di kawasan Padangbulan, Medan.

“Itu lah bang yang buat hidup aku sekarang kayak gini. Terlalu enak,  sehingga lupa bekerja dan tak punya keterampilan sama sekali. Akhirnya jadi sopir taksilah awak,” bilangnya.

Kata “terlalu enak” yang diungkap Syamsul membuat Sumut Pos semakin tertarik untuk mengorek pengalamannya lebih jauh. “Setelah kejadian itu aku sering diajaknya ngumpul-ngumpul ama kawannya. Dari situ aku tahu kalau ternyata mereka adalah tante-tante girang yang memang hobi mencari anak muda. Jadi bukan karena stres sering ditinggal suaminya. Ya udahlah, sejak saat itu aku pun hidup enaklah bang dengan orang itu. Kemanapun mereka pergi aku sering diajak, termasuk ketika mereka ke luar negeri,” bilang Syamsul.

Dengan pola hidup yang seperti itu, harusnya Syamsul memiliki banyak uang, atau setidaknya memiliki tabungan sehingga tidak harus menjadi sopir taksi seperti sekarang ini.

“Itulah salah aku bang. Saat itu, karena dapat uangnya enak, aku pun tak pikir-pikir untuk berbelanja. Semua barang yang mahal kubeli. Udah itu, aku pun hobi pulak beli togel. Dalam sehari aku bisa beli togel sampe lima ratus ribu. Apesnya, pas aku tak punya uang, di saat itu pulak aku dapat penyakit (penyakit kelamin, Red). Aduuhh, mau mati rasanya bang. Karena tak ada lagi uang, terpaksalah aku mengaku dengan orang tua agar aku dibawa berobat. Sejak itu tobat aku bang. Uangnya gak nampak, dapat penyakit pulak lagi. Itu lah kalo uang haram ya bang, tak berkah jadinya,” bilang Syamsul.

Sejurus kemudian ponsel Syamsul berdering. “Oke bang, aku segera kesana. Tunggu aja ya bang,” jawab Syamsul menyahuti panggilan dari seberang.

“Udah dulu bang, ada pulak langganan yang mau berangkat ke Jakarta. Kujemput dia dulu bang. Pokoknya kalo Medan Plaza ini penuh kenangan lah bang. Banyak orang-orang kayak aku yang mencari mangsa disini,” bilangnya sambil menutup pintu mobilnya. (ije)

Petugas Pemadam Kebakaran berusaha memadamkan api yang membakar habis pusat perbelanjaan Medan Plaza Jalan Iskandar Muda Medan, Sabtu (22/8). Menurut saksi mata yang berada disekitar lokasi, kebakaran terjadi pukul 01.30 dini hari, dan api langsung membesar, tidak ada korban jiwa di peristiwa tersebut, penyebab kebakaran dan kerugian materi masih diselidiki pihak yang berwajib.TRIADI WIBOWO/SUMUT POS-
Petugas Pemadam Kebakaran berusaha memadamkan api yang membakar habis pusat perbelanjaan Medan Plaza Jalan Iskandar Muda Medan, Sabtu (22/8). Menurut saksi mata yang berada disekitar lokasi, kebakaran terjadi pukul 01.30 dini hari, dan api langsung membesar, tidak ada korban jiwa di peristiwa tersebut, penyebab kebakaran dan kerugian materi masih diselidiki pihak yang berwajib.TRIADI WIBOWO/SUMUT POS-

SUMUTPOS.CO- PADA awal tahun 90 an, Medan Plaza merupakan salah satu pusat perbelanjaan modern dan terlengkap di Kota Medan. Selain menyediakan berbagai gerai, di sini juga terdapat banyak tempat untuk sekadar bersantai.

Dari mulai rumah makan cepat saji, cafeteria, bioskop hingga diskotik ada di plaza yang terdapat di Jalan Iskandar Muda itu. Karenanya, tak mengherankan bila kala itu plaza ini menjadi salah satu tempat favorit, selain untuk berbelanja juga untuk mencari kesenangan duniawi.

Setidaknya itu pengakuan Syamsul Bahri (40), warga Padangbulan yang kini menjadi seorang sopir taksi. “Kalau dulu, di sini tempat belanja orang-orang kaya. Jarang orang kita (pribumi, Red) yang belanja di sini. Kalau orang kita datang kesini bukan untuk berbelanja, tapi ke diskotiknya,. Kalau yang belanja di sini, ya…orang-orang Thionghoa lah,” bilangnya.

Saat ditanya, kapan dirinya pertama kali ke Medan Plaza dan untuk urusan apa, dengan entengnya Syamsul pun menceritakan kisahnya, bahwa pertama kali dirinya ke Medan Plaza adalah untuk mencari kaos bermerk Hammer. “Kalau gak salah tahun 1992 aku pertama kali ke Medan Plaza. Kan saat itu sedang booming-nya kaos Hammer. Nah, di sana kan ada toko yang spesial menjual kaos itu. Makanya aku kesana,” kenang Syamsul.

Cerita Syamsul tak berhenti di situ, selanjutnya Syamsul bercerita bahwa ketika dirinya mencari motif kaos yang sesuai keinginan hatinya, justru di saat itu dirinya ditegur seorang wanita.

“Ditanyanya aku, mau cari kaos yang kek mana? Kubilang lah kalo aku mau yang warna merah. Abis itu dibilangnya, ya udah cari aja nanti saya yang bayar. Bah, terkejut aku dibilangnya kek gitu. Tapi ya udah, kucari aja kaos keinginanku itu, tanpa berharap dibayarnya. Soalnya, aku berpikir, kan gak mungkin pulak orang yang gak dikenal membayari kaos aku,” bilang Syamsul.

Tapi ternyata dugaan Syamsul salah. Ketika dirinya berada di kasir untuk membayar dua buah kaos Hammer pilihannya, si wanita itu mendatanginya dan langsung membayar belanjaannya. “Katika dia selesai membayar kaos itu, dibilangnya kalo aku mirip adiknya yang udah meninggal. Ya udahlah… senang kali lah aku karena kaos aku itu dibayarinya. Udah itu diajaknya pulak lagi aku makan. Abis makan di ajaknya lagi aku nonton film. Pokoknya mantap kali lah bang,” kenang Syamsul sambil tertawa terkekeh-kekeh.

Setiba di bioskop Syamsul mengatakan bahwa sepanjang film diputar dirinya sama sekali tak konsen untuk menonton. Betapa tidak, sepanjang film diputar, selama itu pula wanita itu terus bercerita tetang siapa dirinya.

“Dari situ aku tahu kalau dia sedang stres karena sering di tinggal suaminya. Jadi cari hiburan lah dia ke Medan Plaza itu. Udah itu bang, selama bercerita dia pun sering pulak pegang-pegang tangan aku. Walau awalnya aku menghargai dia, tapi lama-lama timbul juga keberanian aku untuk membalas remasan tangannya itu. Kutengok dia pun senang, makin beranilah aku. Ya, udahlah… kujadikan ajalah terus di bioskop itu,” bilang Syamsul sambil mengatakan bahwa wanita itu segera mengajaknya keluar dari bioskop sebelum film habis, untuk selanjutnya membawa Syamsul ke sebuah hotel yang berada di kawasan Padangbulan, Medan.

“Itu lah bang yang buat hidup aku sekarang kayak gini. Terlalu enak,  sehingga lupa bekerja dan tak punya keterampilan sama sekali. Akhirnya jadi sopir taksilah awak,” bilangnya.

Kata “terlalu enak” yang diungkap Syamsul membuat Sumut Pos semakin tertarik untuk mengorek pengalamannya lebih jauh. “Setelah kejadian itu aku sering diajaknya ngumpul-ngumpul ama kawannya. Dari situ aku tahu kalau ternyata mereka adalah tante-tante girang yang memang hobi mencari anak muda. Jadi bukan karena stres sering ditinggal suaminya. Ya udahlah, sejak saat itu aku pun hidup enaklah bang dengan orang itu. Kemanapun mereka pergi aku sering diajak, termasuk ketika mereka ke luar negeri,” bilang Syamsul.

Dengan pola hidup yang seperti itu, harusnya Syamsul memiliki banyak uang, atau setidaknya memiliki tabungan sehingga tidak harus menjadi sopir taksi seperti sekarang ini.

“Itulah salah aku bang. Saat itu, karena dapat uangnya enak, aku pun tak pikir-pikir untuk berbelanja. Semua barang yang mahal kubeli. Udah itu, aku pun hobi pulak beli togel. Dalam sehari aku bisa beli togel sampe lima ratus ribu. Apesnya, pas aku tak punya uang, di saat itu pulak aku dapat penyakit (penyakit kelamin, Red). Aduuhh, mau mati rasanya bang. Karena tak ada lagi uang, terpaksalah aku mengaku dengan orang tua agar aku dibawa berobat. Sejak itu tobat aku bang. Uangnya gak nampak, dapat penyakit pulak lagi. Itu lah kalo uang haram ya bang, tak berkah jadinya,” bilang Syamsul.

Sejurus kemudian ponsel Syamsul berdering. “Oke bang, aku segera kesana. Tunggu aja ya bang,” jawab Syamsul menyahuti panggilan dari seberang.

“Udah dulu bang, ada pulak langganan yang mau berangkat ke Jakarta. Kujemput dia dulu bang. Pokoknya kalo Medan Plaza ini penuh kenangan lah bang. Banyak orang-orang kayak aku yang mencari mangsa disini,” bilangnya sambil menutup pintu mobilnya. (ije)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/