KUALANAMU, SUMUTPOS.CO – Warga Sumatera Utara yang menjadi korban kapal karam di Kawasan Sabak Bernam, Selangor, Malaysia Kamis (3/9) lalu terus bertambah. Sebelumnya 7 jenazah sudah dipulangkan dari Malaysia. Rabu (9/9) sekira pukul 15.00 Wib, 3 jenazah lagi tiba di terminal kargo Kuala Namu International Airport (KNIA). Ketiganya tiba dengan maskapai Malaysia Airlines MH 864 dari Kuala Lumpur.
Ketiga jenazah masing-masing, Oji Hidayat (21) warga Jl. Monel Anwar/Tut Wuri Handayani 5, Kel. Terjun Kec. Medan Marelan; Fatimah Jahara Nasution (42) warga Jl Dr. Hamka, Kel. Bakaran Batu, Kec. Rantau Selatan, Kab. Labuhan Batu dan Nurmala warga Jl. Chaidir, Lingkungan 6, Kel. Nelayan Indah, Kec. Medan Labuhan.
Di balik kepulangan jenazah Oji Hidayat, ada cerita sedih dan keinginan yang tidak tercapai. Itu diungkap Khairul Amri (23), abang kandung Oji.
Diceritakan Khairul, sebenarnya keluarga sudah melarang Oji pulang dengan kapal tongkang. Namun karena didesak teman, Oji yang bekerja di Malaysia akhirnya nekad menumpang tongkang secara illegal.
Pilihan Oji ini pun berujung maut. Keinginan Oji untuk melihat anak tunggalnya, Zaharin Hidayah (1) yang sejak lahir tidak pernah dilihat pupus di tengah laut.
Selain itu, keinginan Oji untuk melihat sepeda motor Yamaha Scorpio yang sedang dimodifikasinya di bengkel juga tidak tercapai.
“Selain ingin memenuhi kebutuhan keluarga, Oji bekerja ke Malaysia supaya bisa beli kereta,” tutur Khairul saat ditemui di Terminal Kargo KNIA, Rabu (9/9).
“Tapi sekarang dia tidak bisa lagi mengendarai kereta yang dibelinya. Padahal 4 hari sebelum berangkat, dia (Oji) mengirim uang Rp 15 juta untuk beli sepeda motornya itu. Oji kerja di kebun sawit,” tambahnya.
Tanda-tanda kepergian Oji untuk selamanya dirasakan Khairul. “Kalau firasat, sepuluh hari sebelum berangkat pulang, Oji minta foto keluarga padahal sebelumnya tidak pernah,” terangnya.
Sementara, Kepala Disnakertrans Sumut, Bukit Tambunan mengaku pihaknya sudah melakukan sosialisasi dan mengarahkan seluruh Kabupaten/Kota di seluruh Sumatera Utara untuk mengawasi setiap pelabuhan tikus yang ada didaerahnya. Sehingga tidak ada TKI yang berangkat secara illegal.
“Setiap ada pertemuan dengan Disnaker Kabupaten/Kota seluruh Sumut dengan BP3TKI kita selalu sosialisasikan dan mengarahkan agar mengawasi pelabuhan tikus sehingga tidak ada TKI berangkat illegal. Tapi secara resmi dengan dokumen lengkap,” terangnya.
Terpisah, Kepala BP3TKI Medan, Syahrum menjelaskan masih ada kemungkinan warga Sumatera Utara yang menjadi korban kapal tenggelam. Pihaknya juga masih menunggu informasi dari KBRI di Kuala Lumpur, Malaysia. “Kemungkinan besar masih ada warga Sumut yang menjadi korban. Kita tunggu perkembangan nanti malam,” ujar Syahrum.
Diketahui, di antara 20 korban kapal tenggelam yang selamat dan ditahan di penjara Kelang, Malaysia terdapat dua warga Sumut. Keduanya berasal dari Tanjung Balai dan Madina.(man/ala)