SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Kepulangan Marta, jasad TKI asal Suka Dame, Siantar, Sumatera Utara (Sumut), menimbulkan berbagai kejanggalan.
Setelah menanti selama dua minggu untuk kepulangan jasadnya, keluarga dikejutkan dengan kondisi jenazah yang tak memiliki kedua bola mata saat tiba di rumah duka. Bukan itu saja bahkan di leher Marta juga tampak bekas jahitan
Hal itu terungkap saat anak sulung korban, Handoko menunjukan jasad ibunya kepada sejumlah awak media di rumah duka di Jalan Sekata, Kelurahan Suka Dame, Siantar, Rabu (16/9/2015).
“Kemana bola matanya?” tanya Handoko sembari memperlihatkan tas ibunya yang juga kosong dan dicurigai isinya telah diambil.
Handoko juga mencurigai jika beberapa anggota tubuh ibunya telah diambil dan telah terjadi penganiayaan sebelum ibunya tewas. “Anehnya lagi, di leher ibuku ada bekas jahitan. Kami curiga ini telah dianiaya,” katanya dengan wajah kesal.
Suami korban, Jisman Simanjuntak mengatakan bahwa dirinya yakin bahwa isterinya telah dianiaya hingga meninggal dunia. “Jelas itu dibantai. Aku sudah lihat foto istriku. Rahang dan keningnya menandakan dia telah dibantai. Tapi, aku nggak tahu siapa pelakunya. Ini harus diusut,” harapnya.
Peristiwa ini bilang Jisman harus menjadi sebuah pembelajaran bagi masyarakat Indonesia agar tidak pergi ke Malaysia dari calo-calo yang tidak jelas.
“Harus ditangkap penyalur seperti ini. Yang bawa istriku, siapa yang penyalurnya? Biar jangan sampai ada korban lagi. Pemerintah nggak pernah open. Yang mati sudah ribuan. Apa aparatur negara kita ini kebagian juga dari penjualan organ manusia ini?” ujarnya dengan penuh emosi.
Sebelumnya m, suami korban Jisman sempat berada di Malaysia untuk menjemput jasad istrinya. Bermodalkan uang 3 juta yang dikumpulkan dari bantuan keluarga ia tiba di Malaysia dan bertemu dengan wakil kedutaan Indonesia di negeri Jiran tersebut.
Hanya saja sesampainya di Malaysia, Jisman tidak diperbolehkan melihat jasad istrinya dengan alasan kesorean, dan ia memilih menumpang di rumah familinya di Malaysia.
Keesokan harinya, Jisman kembali dan menagih janji petugas KBRI untuk melihat jasad istrinya. Lagi-lagi alasan tak jelas diberikan oleh petugas wanita tersebut.
Hingga terakhir kali, Jisman diminta menyediakan uang berkisar Rp 1 juta lebih untuk biaya tranportasi ke lokasi jasad istrinya. Karena tak memiliki uang lagi, akhirnya Jisman memutuskan kembali ke Indonesia.
Sebelum kepulangannya, Jisman sempat dijanjikan oleh KBRI jika istrinya akan segera dipulangkan, namun beberapa hari menanti jasad istrinya tak kunjung kembali. Keluarga pun coba menghubungi petugas KBRI tersebut, hanya saja nomornya sulit dihubungi.
Hingga waktu yang dinantipun tiba. Jisman kini telah bertemu dengan jasad istrinya, rasa bahagia istrinya bisa disemayamkan di kota kelahirannya, duka atas kepergian jenazah, dan curiga atas kondisinya, kini bercampur menjadi satu. Ya…Semoga saja ada tindaklanjut pemerintah Indonesia terkait kecurigaan keluarga korban. (bbs)