Pasien Lakalantas Ditelantarkan di RSUD dr Pirngadi Medan
MEDAN- Orangtua pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan Winto Suwito alias Tatok (51) dan istrinya Mariana Sofyana (42), warga Jalan Syarifuddin, Kecamatan Air Putih, Batubara, kecewa dengan pelayanan rumah sakit milik Pemko Medan tersebut. Pasalnya, anak mereka, Yoga Bagaskara (13), sudah lima hari tidak mendapatkan perhatian dari dokter, terhitung sejak Selasa (19/7) hingga Sabtu (23/7).
Diterangkan Tatok, anaknya sudah dua minggu di rawat di RSUD dr Pirngadi Medan. Yoga terpaksa dilarikan ke RSUD Dr Pirngadi Medan karena kritis setelah mengalami kecelakaan lalulintas. Akibat kecelakaan yang dialaminya, Yoga mengalami luka serius di bagian kepala dan kakinya.
Sebelumnya, Yoga sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Horas Insani. Selanjutnya, dia dirujuk ke RSUD dr Pirngadi Medan pada Kamis (7/7) lalu. Namun, sudah lima hari belakangan ini, anaknya tidak diperhatikan dokter yang menangani luka pada kakinya.
“Memang saya akui kalau saya orang miskin. Tapi saya sudah mengurus Jamkesda dan yang menyuruh saya ke ruangan ini pihak rumah sakit sendiri,” ungkap Tatok saat ditemui di Ruang 510 Lantai V, RSU Pirngadi. Dia juga menjelaskan, anaknya ditangani oleh dua orang dokter, yakni dokter yang menangani syaraf otak atau bagian kepala dan dokter yang menangani luka pada kakinya.
“Yang kami sesalkan, dokter yang menangani luka pada kaki anak kami ini. Karena, sudah lima hari ini tidak pernah memperhhatikan anak kami,” ungkapnya. Melihat kondisi anaknya tidak ditangani secara serius oleh dokter, Winto mengaku lebih memilih pulang dari pada berlarut-larut di rumah sakit. Apalagi, saat ini mereka tidak punya biaya dan sudah tak sanggup lagi membayar biaya selama berada di rumah sakit tersebut.
“Mau ditahan setahun atau dua tahun di rumah sakit ini, kami tetap tidak akan membayar biayanya, karena kami sudah tidak punya uang. Kemarin sudah kami ajukan Jamkesda, tapi pihak rumah sakit tidak menerimanya,” ucapnya.
Hal senada juga dituturkan Mariana, istri Tatok. Menurut Mariana, sebelum masuk ke rumah sakit, mereka sudah mengatakan kalau mereka pasien Jamkesda. “Sebelum masuk ke rumah sakit, kami bilang kalau ini masuk dalam biaya Jamkesda dan kami juga bilang Jamkesdanya sedang dalam pengurusan. Malah pihak rumah sakit memasukkan anak kami ini ke pasien umum. Kami tidak sanggup membayar biayanya. Beli resep saja kami tidak punya uang lagi. Jadi, lebih baik kami diizinkan pulang,” ungkapnya.
Sementara, Humas RSUD dr Pringadi Medan Edison Peranginangin membantah tudingan itu. “Tidak benar itu, karena kami menangani pasien secara serius, baik itu pasien umum maupun pasien Jamkesda atau Jamkesmas. Tidak ada dibeda-bedakan,” ujarnya.(jon)