Sejak pagi hari rumah Kolonel (Inf) Ontang Roma Pangihutan Sitindaon terus dipenuhi karangan bunga. Sempat menelepon ibunya, Riatoman boru Sinaga, sebelum helikopter yang ditumpanginya jatuh di Poso Pesisir Selatan, Sulawesi Tenggara pada Minggu (21/3) sore.
Sejumlah kerabat pun terlihat datang silih berganti di kediaman korban tewas jatuhnya helikopter milik TNI ADÂ jenis Bell 412 EP dengan nomor HA 5171 itu. Pamen yang juga sempat bertugas di Tim Mawar Kopassus itu baru sebulan diperbantukan di BIN. Mimpinya, mau bawa pimpinan teroris Santoso hidup-hidup.
“Paginya dia (Ontang) telepon mama kami tanya kabar,” kata adik Kolonel Ontang, Martin Sitindaon (44), di rumah duka Komplek Perumahan Angkatan Darat, Pasar Rebo, Jakarta,Senin (21/3).
Pada hari naas itu, Martin menuturkan seluruh keluarganya tengah berkumpul untuk melaksanakan arisan dan menyambut hari ulang tahun ibunya ke-77.
“Dia telepon bicara dengan mama saya, tanya kabar dan keadaan arisan,” katanya.
Sang ibu, sebut Martin, sempat menanyakan sebab Ontang belum kembali dari tugas di Poso.
Menurut Martin, kakaknya hanya mengatakan masih ada tugas yang belum selesai untuk menjawab pertanyaan ibunya.
Dalam pembicaraan telepon terakhir dengan ibunya, Ontang berpesan menjelang acara ulang tahun agar terus berdoa. “Dia bilang ke mama supaya jangan lupa berdoa,” katanya.
Setelah berbincang, Ontang pamit dan menutup komunikasinya lewat telepon. Keluarga pun menggelar arisan tanpa Ontang. Namun, saat berlangsungnya arisan, ada tiga panggilan telepon masuk tak terjawab dari teman korban.
Marthin menelepon balik dan ternyata teman-teman Ontang menanyakan mengenai kebenaran Ontang jadi korban kecelakaan. Tak lama, salah satu kawan Ontang menyampaikan Ontang mengalami kecelakaan dan menyampaikan belasungkawa.
“Dapat telepon lagi, ada kawan Bang Ontang menyampaikan turut berdukacita,” ujar Marthin. Akhirnya Marthin mendapat kepastian kabar meninggalnya sang kakak.
Martin menyebutkan awalnya keluarga sempat tidak percaya helikopter yang ditumpangi Ontang mengalami kecelakaan. Martin mulai mencoba memeriksa kebenaran kabar itu.
“Setelah lihat ada nama Ontang baru kami percaya. Karena nama itu sepertinya jarang ada yang sama,” katanya.