25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Calon Pengantin Pulang jadi Mayat

Foto: Facril/PM Jenazah Trisah boru Manulang ditangisi ibunya. Trisah dalah salah satu korban tewas dalam musibah kapal TKI yang tenggelam di Pantai Batu Layar, Johor, Malaysia, Minggu (24/7) pagi lalu.
Foto: Facril/PM
Jenazah Trisah boru Manulang ditangisi ibunya. Trisah dalah salah satu korban tewas dalam musibah kapal TKI yang tenggelam di Pantai Batu Layar, Johor, Malaysia, Minggu (24/7) pagi lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Trisah boru Manulang (23) sudah lima tahun bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Saat ingin kembali ke Indonesia, perempuan asal Sei Mati Medan Labuhan ini sudah jadi mayat.

Trisah boru Manulang adalah salah satu korban tewas dalam musibah kapal TKI yang tenggelam di Pantai Batu Layar, Johor, Malaysia, Minggu (24/7) pagi lalu. Padahal rencana pulang ke kampung halaman ini, untuk persiapan menikah dengan pria Malaysia.

Jenazah Trisah boru Manulang yang sudah dikemas peti tertutup rapat, tiba Rabu (27/7), langsung dibopong dibawa ke rumah yang berada di Jalan Jermal Medan. Setibanya di rumah duka, ibu korban, Maria boru Pardede langsung menjerit histeris di atas peti mati anaknya.

“Inang… bagak nai poti mon, inang,” tangis ibu anak tiga ini dilihat sejumlah tetangga.

Suasana duka dengan penuh tangis menyelimuti rumah semi permanen itu. “Anak saya itu rencananya pulang kemari mau mengurus paspornya yang sudah mati lima tahun masanya, karena dia mau menikah dengan laki-laki warga Malaysia,” ungkap Maria dengan mata berkaca-kaca.

Rencana pernikahan itu sudak diungkapkan Trisah dan calonnya melalui via telepon. Lantas, Trisah berniat pulang untuk mengurus segala administrasi di Medan. Setelah itu kembali lagi ke Malaysia untuk menikah.

“Kemarin pacarnya itu ada nelpon minta doa restu, saya bilang kalau memang dia jodohnya, saya hanya berharap untuk bagus-bagus disana. Makanya anak saya ini pulang, rupanya musibah ini yang saya alami,” ungkap Maria dengan nada sedih.

KELUARGA DAPAT KABAR DARI FACEBOOK
Kepulangan Trisah ke Indonesia memang sangat mendadak. Kabar pulangnya anak kedua dari tiga bersaudara itu diketahui dari pacarnya. “Memang sebelumnya anak saya bilang mau pulang, tapi sabtu pagi kemarin cowoknya nelpon bilang si Trisah sudah berangkat naik kapal,” cerita Maria.

Tak disangka, malamnya, mereka mendengar kabar kapal yang ditumpangi Trisah boru Manulang tenggelam. “Malam itu, cowoknya bilang, kapal yang dinaiki si Trisah meninggal, besoknya hari minggu kami dengar anak kami itu meninggal melalui facebook temannya,” kata ibu anak tiga ini.

Dihadapan para pelayat, Maria mengaku, sejak Trisah bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT) di Malaysia selama lima tahun tidak pernah pulang ke Indonesia. “Sekarang pulang sudah meninggal,” ungkapnya.

Tapi, kata Maria, anaknya itu sering memberikan kabar melalui telepon dan sering mengirim uang untuk keluarga di Indonesi. “Kami hanya komunikasi melalui Hp, tapi, sejak setahun ini saja anak kami itu rajin mengirim uang. Anak ku ini termasuk tulang punggung keluarga, karena dia lah yang bisa bantu untuk keluarga,” kenang Menanti kedatangan jenazah anaknya.

Ditanya soal adanya petanda buruk sebelum kabar musibah itu, Maria mengaku tidak ada tanda – tanda aneh yang mereka rasakan. Hanya saja, sebelumnya, Trisah pernah mengungkapkan ungkapan aneh. “Kemarin dia sempat bilang, kaya mana cara mati. Saya heran, kenapa bicara begitu,” ungkap Maria. (ril/yaa)

Foto: Facril/PM Jenazah Trisah boru Manulang ditangisi ibunya. Trisah dalah salah satu korban tewas dalam musibah kapal TKI yang tenggelam di Pantai Batu Layar, Johor, Malaysia, Minggu (24/7) pagi lalu.
Foto: Facril/PM
Jenazah Trisah boru Manulang ditangisi ibunya. Trisah dalah salah satu korban tewas dalam musibah kapal TKI yang tenggelam di Pantai Batu Layar, Johor, Malaysia, Minggu (24/7) pagi lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Trisah boru Manulang (23) sudah lima tahun bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Saat ingin kembali ke Indonesia, perempuan asal Sei Mati Medan Labuhan ini sudah jadi mayat.

Trisah boru Manulang adalah salah satu korban tewas dalam musibah kapal TKI yang tenggelam di Pantai Batu Layar, Johor, Malaysia, Minggu (24/7) pagi lalu. Padahal rencana pulang ke kampung halaman ini, untuk persiapan menikah dengan pria Malaysia.

Jenazah Trisah boru Manulang yang sudah dikemas peti tertutup rapat, tiba Rabu (27/7), langsung dibopong dibawa ke rumah yang berada di Jalan Jermal Medan. Setibanya di rumah duka, ibu korban, Maria boru Pardede langsung menjerit histeris di atas peti mati anaknya.

“Inang… bagak nai poti mon, inang,” tangis ibu anak tiga ini dilihat sejumlah tetangga.

Suasana duka dengan penuh tangis menyelimuti rumah semi permanen itu. “Anak saya itu rencananya pulang kemari mau mengurus paspornya yang sudah mati lima tahun masanya, karena dia mau menikah dengan laki-laki warga Malaysia,” ungkap Maria dengan mata berkaca-kaca.

Rencana pernikahan itu sudak diungkapkan Trisah dan calonnya melalui via telepon. Lantas, Trisah berniat pulang untuk mengurus segala administrasi di Medan. Setelah itu kembali lagi ke Malaysia untuk menikah.

“Kemarin pacarnya itu ada nelpon minta doa restu, saya bilang kalau memang dia jodohnya, saya hanya berharap untuk bagus-bagus disana. Makanya anak saya ini pulang, rupanya musibah ini yang saya alami,” ungkap Maria dengan nada sedih.

KELUARGA DAPAT KABAR DARI FACEBOOK
Kepulangan Trisah ke Indonesia memang sangat mendadak. Kabar pulangnya anak kedua dari tiga bersaudara itu diketahui dari pacarnya. “Memang sebelumnya anak saya bilang mau pulang, tapi sabtu pagi kemarin cowoknya nelpon bilang si Trisah sudah berangkat naik kapal,” cerita Maria.

Tak disangka, malamnya, mereka mendengar kabar kapal yang ditumpangi Trisah boru Manulang tenggelam. “Malam itu, cowoknya bilang, kapal yang dinaiki si Trisah meninggal, besoknya hari minggu kami dengar anak kami itu meninggal melalui facebook temannya,” kata ibu anak tiga ini.

Dihadapan para pelayat, Maria mengaku, sejak Trisah bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT) di Malaysia selama lima tahun tidak pernah pulang ke Indonesia. “Sekarang pulang sudah meninggal,” ungkapnya.

Tapi, kata Maria, anaknya itu sering memberikan kabar melalui telepon dan sering mengirim uang untuk keluarga di Indonesi. “Kami hanya komunikasi melalui Hp, tapi, sejak setahun ini saja anak kami itu rajin mengirim uang. Anak ku ini termasuk tulang punggung keluarga, karena dia lah yang bisa bantu untuk keluarga,” kenang Menanti kedatangan jenazah anaknya.

Ditanya soal adanya petanda buruk sebelum kabar musibah itu, Maria mengaku tidak ada tanda – tanda aneh yang mereka rasakan. Hanya saja, sebelumnya, Trisah pernah mengungkapkan ungkapan aneh. “Kemarin dia sempat bilang, kaya mana cara mati. Saya heran, kenapa bicara begitu,” ungkap Maria. (ril/yaa)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/