28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Belajar Kuat dari Ibu

Sejak kecil, Suti Masniari Nasution, Analis Muda Senior Kantor Bank Indonesia Medan ini diajarkan untuk mandiri dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

alaupun berasal dari keluarga yang cukup berada, tetapi  ibu dua anak ini mengaku tak manja, bahkan sang ibu yang single parents saat itu, mengajarkan dirinya dan adiknya untuk tetap kuat dalam mengarungi hidup. “Ibu mengajarkan kami agar tidak manja dan cengeng meski sebagai perempuan. Tapi harus kuat menghadapi semua masalah,” ujarnya.
Sang ibu yang single parents menjadi inspirasinya dalam menjalani hidup, bahkan dari sang ibulah dirinya belajar banyak tentang semua hal, termasuk sikap demokratis. “Ayah saya meninggal saat saya masih kecil, ibu bekerja bating tulang untuk saya dan adik, bahkan ibu bagi kami merangkap sebagai ayah yang penuh tanggungjawab kepada anak-anaknya,”kata wanita lulusan Universitas Sumatera Utara ini.

Dari sang ibu, katanya, ia belajar kuat dan tidak takut menghadapai masalah. Karena itulah, saat dirinya berusia 16 tahun, ia mendapat beasiswa belajar ke Jerman dilepas sang ibu dengan sabar. “Ibu saya sangat kuat, dirinya tidak pernah menunjukkan kesedihan di depan saya ketika melepas saya pergi menuntut ilmu. Ibu hanya berpesan agar saya belajar dengan baik dan menjaga diri,” kenang wanita kelahiran Februari 1972 silam ini.

Semangat untuk kuat menjalani hidup yang ditanamkan ibunya, membuat dirinya tak pernah menyerah dan cengeng untuk mengarungi hidupnya. Makanya, ketika dirinya memutuskan berpisah/bercerai dari suami yang berprofesi sebagai seorang dokter, ia tak cengeng. “Kami berpisah baik-baik, pola pikir dan gaya hidup yang akhirnya mebuat saya mengambil keputusan untuk berpisah,” ujar ibu dari M Bayu Kreshna dan M Teguh Satria ini.

Sejak memutuskan untuk berpisah, Suti hanya konsentrasi terhadap dua buah hatinya serta pekerjaannya. “Untuk saat ini saya belum terpikirkan untuk menikah. Kosentrasi saya hanya untuk anak dan karier,” tambahnya.
Keputusan tersebut diambilnya karena dari pengalaman pribadi yang dirasakannya sejak kecil. “Menurut saya, anak yang tidak mendapatkan sosok ayah secara utuh, akan baik-baik saja. Ini seperti pengalaman saya dan adik saya kala itu yang tumbuh besar tanpa didampingi sosok ayah,” paparnya.

Status janda yang disandangnya tidak membuat dirinya terpuruk, melainkan membuatnya lebih memaknai arti hidup. Walaupun dirinya menyadari, status yang disandangnya masih dianggap tak sedap di mata masyarakat. “Ini cobaan yang harus saya jalani, tapi saya tidak takut. Cukup dengan bersikap yang positif dan berbuat positif sehingga tidak menimbulkan prasangka negatif orang lain,” kata dia.

Bicara soal meniti karir, Suti membangun karirnya di BI mulai dari nol. Padahal, sebelumnya ia bekerja di Departement Keuangan. Tapi mendengar BI membuka lowongan, dengan senang hati Suti melamar dan mengikuti ujian masuk di BI. “Padahal waktu itu saya berfikir konsekuensi yang saya terima sangat berat. Saya harus bersedia dipindah-pindah,” bilangnya.

Tetapi ternyata nasib berkata lain. Sejak menjadi karyawan di BI hingga saat ini dirinya tidak pernah pindah tugas dan menetap di Kota Medan.

Di BI Medan, Suti bekerja dibagian yang lebih perhatian pada Usaha Kecil Menengah (UKM) yang membuat dirinya harus sering berada di luar kota atau bahkan ke daerah pelosok. Tetapi semua itu bukan beban baginya, melainkan sebuah nikmat tertentu karena dapat melakukan sesuatu untuk membantu orang lain. “Itu lah enaknya menjadi seorang wanita bekerja. Kita selalu melakukan dengan hati, bicara dengan menggunakan hati sehingga lebih diterima orang lain,” ujarnya.

Menjadi wanita karier sekaligus single parents membuatnya harus pintar membagi waktu. Walaupun dalam mengurus keluarga kecilnya Suti dibantu oleh keluarga besarnya, tetapi dalam beberapa hal dirinya tetap memegang kendali. “Dalam hal makanan, walau bukan saya yang masak, tetapi resep dan cara masak harus dari saya, jadi anak-anak saya tidak kehilangan cita rasa masakan saya. Anak-anak bagi saya bisa membuat hidup saya berharga ,” pungkasnya. (juli rambe)

katanya.
Sebagai makhluk sosial, Suti juga memiliki lingkungan lain selain sebagai seorang ibu dan wanita karier. Wanita sosialita ini masih sering ngumpul dengan teman-temannya untuk menambah wawasan. “Dengan kumpul bersama teman bisa menambah wawasan saya dan mampu menciptakan suasana gembira,” pungkasnya. (juli rambe)

Sejak kecil, Suti Masniari Nasution, Analis Muda Senior Kantor Bank Indonesia Medan ini diajarkan untuk mandiri dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

alaupun berasal dari keluarga yang cukup berada, tetapi  ibu dua anak ini mengaku tak manja, bahkan sang ibu yang single parents saat itu, mengajarkan dirinya dan adiknya untuk tetap kuat dalam mengarungi hidup. “Ibu mengajarkan kami agar tidak manja dan cengeng meski sebagai perempuan. Tapi harus kuat menghadapi semua masalah,” ujarnya.
Sang ibu yang single parents menjadi inspirasinya dalam menjalani hidup, bahkan dari sang ibulah dirinya belajar banyak tentang semua hal, termasuk sikap demokratis. “Ayah saya meninggal saat saya masih kecil, ibu bekerja bating tulang untuk saya dan adik, bahkan ibu bagi kami merangkap sebagai ayah yang penuh tanggungjawab kepada anak-anaknya,”kata wanita lulusan Universitas Sumatera Utara ini.

Dari sang ibu, katanya, ia belajar kuat dan tidak takut menghadapai masalah. Karena itulah, saat dirinya berusia 16 tahun, ia mendapat beasiswa belajar ke Jerman dilepas sang ibu dengan sabar. “Ibu saya sangat kuat, dirinya tidak pernah menunjukkan kesedihan di depan saya ketika melepas saya pergi menuntut ilmu. Ibu hanya berpesan agar saya belajar dengan baik dan menjaga diri,” kenang wanita kelahiran Februari 1972 silam ini.

Semangat untuk kuat menjalani hidup yang ditanamkan ibunya, membuat dirinya tak pernah menyerah dan cengeng untuk mengarungi hidupnya. Makanya, ketika dirinya memutuskan berpisah/bercerai dari suami yang berprofesi sebagai seorang dokter, ia tak cengeng. “Kami berpisah baik-baik, pola pikir dan gaya hidup yang akhirnya mebuat saya mengambil keputusan untuk berpisah,” ujar ibu dari M Bayu Kreshna dan M Teguh Satria ini.

Sejak memutuskan untuk berpisah, Suti hanya konsentrasi terhadap dua buah hatinya serta pekerjaannya. “Untuk saat ini saya belum terpikirkan untuk menikah. Kosentrasi saya hanya untuk anak dan karier,” tambahnya.
Keputusan tersebut diambilnya karena dari pengalaman pribadi yang dirasakannya sejak kecil. “Menurut saya, anak yang tidak mendapatkan sosok ayah secara utuh, akan baik-baik saja. Ini seperti pengalaman saya dan adik saya kala itu yang tumbuh besar tanpa didampingi sosok ayah,” paparnya.

Status janda yang disandangnya tidak membuat dirinya terpuruk, melainkan membuatnya lebih memaknai arti hidup. Walaupun dirinya menyadari, status yang disandangnya masih dianggap tak sedap di mata masyarakat. “Ini cobaan yang harus saya jalani, tapi saya tidak takut. Cukup dengan bersikap yang positif dan berbuat positif sehingga tidak menimbulkan prasangka negatif orang lain,” kata dia.

Bicara soal meniti karir, Suti membangun karirnya di BI mulai dari nol. Padahal, sebelumnya ia bekerja di Departement Keuangan. Tapi mendengar BI membuka lowongan, dengan senang hati Suti melamar dan mengikuti ujian masuk di BI. “Padahal waktu itu saya berfikir konsekuensi yang saya terima sangat berat. Saya harus bersedia dipindah-pindah,” bilangnya.

Tetapi ternyata nasib berkata lain. Sejak menjadi karyawan di BI hingga saat ini dirinya tidak pernah pindah tugas dan menetap di Kota Medan.

Di BI Medan, Suti bekerja dibagian yang lebih perhatian pada Usaha Kecil Menengah (UKM) yang membuat dirinya harus sering berada di luar kota atau bahkan ke daerah pelosok. Tetapi semua itu bukan beban baginya, melainkan sebuah nikmat tertentu karena dapat melakukan sesuatu untuk membantu orang lain. “Itu lah enaknya menjadi seorang wanita bekerja. Kita selalu melakukan dengan hati, bicara dengan menggunakan hati sehingga lebih diterima orang lain,” ujarnya.

Menjadi wanita karier sekaligus single parents membuatnya harus pintar membagi waktu. Walaupun dalam mengurus keluarga kecilnya Suti dibantu oleh keluarga besarnya, tetapi dalam beberapa hal dirinya tetap memegang kendali. “Dalam hal makanan, walau bukan saya yang masak, tetapi resep dan cara masak harus dari saya, jadi anak-anak saya tidak kehilangan cita rasa masakan saya. Anak-anak bagi saya bisa membuat hidup saya berharga ,” pungkasnya. (juli rambe)

katanya.
Sebagai makhluk sosial, Suti juga memiliki lingkungan lain selain sebagai seorang ibu dan wanita karier. Wanita sosialita ini masih sering ngumpul dengan teman-temannya untuk menambah wawasan. “Dengan kumpul bersama teman bisa menambah wawasan saya dan mampu menciptakan suasana gembira,” pungkasnya. (juli rambe)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/