26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Sempat Bertahan Meski Jantung Berhenti Berdetak

Penyanyi legendaris Batak, Eddy Silitonga.
Penyanyi legendaris Batak, Eddy Silitonga.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kabar duka kembali melanda musisi Indonesia. Penyanyi legendaris era 70-an berdarah Batak, Eddy Silitonga, tutup usia setelah berjuang melawan penyakit yang diderita. Bahkan, kondisi pelantun hits ‘Mama’ ini sempat bertahan, meski jantungnya berhenti berdetak. Tapi dini hari kemarin, sekitar pukul 00.05 Wib ia pergi untuk selamanya.

Lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, pada 17 November 1950, selama berkarier di dunia musik, Eddy Silitonga telah menjuarai berbagai ajang lomba menyanyi tingkat nasional.

Rabu (24/8) malam, kondisi Eddy sempat memburuk karena serangan jantung. Memang, penyanyi pop ‘Biarlah Sendiri’ ini sudah mempunyai riwayat penyakit komplikasi seperti stoke, diabetes hingga jantung.

Menurut Mario, Putra mendiang Eddy Silitonga, sang ayah sebenarnya termasuk orang yang enggan menggunakan perawatan medis. Selama ini untuk mengobati penyakit yang diderita lebih memprioritaskan dengan menjalani pengobatan herbal.

“Bapak paling cek aja, cek gula darah ke apotik, enggak ke mana-mana, paling tradisional. Bapak enggak suka diajak ke dokter. Dia bilang sehat-sehat aja,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca di RS Fatmawati, Jakarta Selatan, Kamis (25/8).

Minggu lalu kondisi Eddy masih baik. Tapi malam itu, dibawa ke RS Fatmawati untuk operasi pengeluaran toksin di dalam tubuh. Operasi sendiri berlangsung selama dua jam lebih. Setelah operasi kondisi mulai stabil lagi.

Eddy Silitonga sempat menjalani operasi untuk mengeluarkan racun pada pukul 20.00 Wib. Sampai jam 12 malam kondisi memburuk lagi dan meninggal dunia. Kronologis lain tentang meninggalnya Eddy Silitonga yang diperoleh dari Anton, adik kandung mendiang, malam itu jenazah sempat dipindahkan ke ruang ICU untuk menjalani perawatan intensif.

“Bang Eddy sempat bertahan, meski jantungnya berhenti berdetak,” ungkapnya.

Anton menceritakan, abangnya sempat sadar bahkan sempat nanya telepon selulernya dan siapa saja yang menunggu di RS tersebut. “Keluarga yang nunggu saat itu sempat berharap abang masih dikasih kesempatan. Gula Darah abang rendah sekali. Menurut dokter kondisi kaya gitu bisa berdampak ke jantung,” tuturnya.

Duta Kebudayaan dan Kondektur Bus
Ada cerita lain tentang Eddy Silitonga semasa hidup. Pernah menjuarai sejumlah lomba nyanyi tingkat daerah dan nasional hingga pencetak hit, pernah bangkrut dalam bisnis bahkan pernah jadi kondektur bus kota. Dan pernah pula menjadi Duta Kebudayaan Indonesia.

Kecintaannya terhadap tarik suara sudah muncul sejak kecil. Ketika masih di SD, ia sering tampil menyanyi di panggung. Saat remaja, Eddy menjadi juara pertama dalam Festival Penyanyi Seriosa Sumatera Utara dan Festival Pop Singer di Medan pada 1967.

Setahun kemudian, setelah lulus dari SMA, Eddy merantau ke Jakarta dengan menumpang kapal laut pada 31 Desember 1968. Namun, Jakarta bukanlah tempat yang mudah ia taklukkan.

Penyanyi legendaris Batak, Eddy Silitonga.
Penyanyi legendaris Batak, Eddy Silitonga.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kabar duka kembali melanda musisi Indonesia. Penyanyi legendaris era 70-an berdarah Batak, Eddy Silitonga, tutup usia setelah berjuang melawan penyakit yang diderita. Bahkan, kondisi pelantun hits ‘Mama’ ini sempat bertahan, meski jantungnya berhenti berdetak. Tapi dini hari kemarin, sekitar pukul 00.05 Wib ia pergi untuk selamanya.

Lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, pada 17 November 1950, selama berkarier di dunia musik, Eddy Silitonga telah menjuarai berbagai ajang lomba menyanyi tingkat nasional.

Rabu (24/8) malam, kondisi Eddy sempat memburuk karena serangan jantung. Memang, penyanyi pop ‘Biarlah Sendiri’ ini sudah mempunyai riwayat penyakit komplikasi seperti stoke, diabetes hingga jantung.

Menurut Mario, Putra mendiang Eddy Silitonga, sang ayah sebenarnya termasuk orang yang enggan menggunakan perawatan medis. Selama ini untuk mengobati penyakit yang diderita lebih memprioritaskan dengan menjalani pengobatan herbal.

“Bapak paling cek aja, cek gula darah ke apotik, enggak ke mana-mana, paling tradisional. Bapak enggak suka diajak ke dokter. Dia bilang sehat-sehat aja,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca di RS Fatmawati, Jakarta Selatan, Kamis (25/8).

Minggu lalu kondisi Eddy masih baik. Tapi malam itu, dibawa ke RS Fatmawati untuk operasi pengeluaran toksin di dalam tubuh. Operasi sendiri berlangsung selama dua jam lebih. Setelah operasi kondisi mulai stabil lagi.

Eddy Silitonga sempat menjalani operasi untuk mengeluarkan racun pada pukul 20.00 Wib. Sampai jam 12 malam kondisi memburuk lagi dan meninggal dunia. Kronologis lain tentang meninggalnya Eddy Silitonga yang diperoleh dari Anton, adik kandung mendiang, malam itu jenazah sempat dipindahkan ke ruang ICU untuk menjalani perawatan intensif.

“Bang Eddy sempat bertahan, meski jantungnya berhenti berdetak,” ungkapnya.

Anton menceritakan, abangnya sempat sadar bahkan sempat nanya telepon selulernya dan siapa saja yang menunggu di RS tersebut. “Keluarga yang nunggu saat itu sempat berharap abang masih dikasih kesempatan. Gula Darah abang rendah sekali. Menurut dokter kondisi kaya gitu bisa berdampak ke jantung,” tuturnya.

Duta Kebudayaan dan Kondektur Bus
Ada cerita lain tentang Eddy Silitonga semasa hidup. Pernah menjuarai sejumlah lomba nyanyi tingkat daerah dan nasional hingga pencetak hit, pernah bangkrut dalam bisnis bahkan pernah jadi kondektur bus kota. Dan pernah pula menjadi Duta Kebudayaan Indonesia.

Kecintaannya terhadap tarik suara sudah muncul sejak kecil. Ketika masih di SD, ia sering tampil menyanyi di panggung. Saat remaja, Eddy menjadi juara pertama dalam Festival Penyanyi Seriosa Sumatera Utara dan Festival Pop Singer di Medan pada 1967.

Setahun kemudian, setelah lulus dari SMA, Eddy merantau ke Jakarta dengan menumpang kapal laut pada 31 Desember 1968. Namun, Jakarta bukanlah tempat yang mudah ia taklukkan.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/