24.4 C
Medan
Saturday, October 5, 2024

Premium Turun Rp300, Solar Naik Rp600

Foto: Dok SUMUT POS Seorang operator mengisikan BBM Solar bersubsidi ke tangki mobil pelanggan, di SPBU Jalan Putri Hijau Medan, beberapa waktu lalu. Oktober nanti, harga premium turun dan harga solar naik.
Foto: Dok SUMUT POS
Seorang operator mengisikan BBM Solar bersubsidi ke tangki mobil pelanggan, di SPBU Jalan Putri Hijau Medan, beberapa waktu lalu. Oktober nanti, harga premium turun dan harga solar naik.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Dalam waktu dekat, pemerintah melalui Kementerian ESDM akan mengumumkan harga baru bahan bakar minyak (BBM). Untuk premium, sudah diproyeksikan untuk turun sesuai dengan kondisi harga minyak dunia. Sedangkan solar, kecenderungannya tetap naik cukup tinggi.

Dirjen Migas Kementerian ESDM Wiratmaja Puja menjelaskan, saat ini pihaknya melakukan kajian final sebelum pengumuman harga BBM. Ada dua hal yang menjadi acuan pemerintah dalam menetapkan harga baru yang berlaku pada 1 Oktober itu.

’’Berdasar data dan pertimbangan stabilitas,’’ ujarnya saat dihubungi Jawa Pos (grup Sumut Pos).

Jika berdasar data, Ditjen Migas sudah memiliki kisaran harga baru untuk premium dan solar. Untuk bensin dengan oktan 88 alias premium, dia menyebut bisa turun sampai Rp300 per liter. Itu artinya, di Jawa, Madura, dan Bali harga premium turun dari Rp6.550 menjadi Rp6.250 per liter.

’’Kalau solar, naik sampai Rp600 per liter,’’ jelasnya.

Saat ini, solar dijual Rp5.150 per liter. Jika tidak ada perubahan sampai akhir bulan ini, berarti harganya jadi Rp5.750 per liter. Solar naik karena MoPS (Mean of Platts) sebagai pembentuk harga juga naik.

Selain itu, subsidi solar yang dikepras dari Rp1.000 menjadi Rp500 per liter ikut mempengaruhi. Kenaikan itu bisa jadi terasa langsung tinggi karena harga BBM dipertahankan selama enam bulan sejak April. Itu dilakukan pemerintah karena ingin ada stabilitas ekonomi menjelang Ramadan dan Idul Fitri.

Lebih lanjut Wirat menjelaskan, harga baru berdasar data bisa saja tidak sama dengan pengumuman nanti. Sebab, pemerintah masih perlu mempertimbangkan dampak dari harga baru itu ke masyarakat. ’’Penetapan finalnya nanti, sedang dibahas mempertimbangkan stabilitas ekonomi, sosial, dan lainnya,’’ imbuhnya.

Meski pemerintah sempat menahan harga BBM selama enam bulan, Wirat memastikan pola yang digunakan untuk menghitung harga baru tetap tiga bulan. Menurutnya, itu sesuai dengan komitmen pemerintah yang ingin membiasakan ada perubahan harga tiap tiga bulan. Kecuali ada momen khusus.

Foto: Dok SUMUT POS Seorang operator mengisikan BBM Solar bersubsidi ke tangki mobil pelanggan, di SPBU Jalan Putri Hijau Medan, beberapa waktu lalu. Oktober nanti, harga premium turun dan harga solar naik.
Foto: Dok SUMUT POS
Seorang operator mengisikan BBM Solar bersubsidi ke tangki mobil pelanggan, di SPBU Jalan Putri Hijau Medan, beberapa waktu lalu. Oktober nanti, harga premium turun dan harga solar naik.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Dalam waktu dekat, pemerintah melalui Kementerian ESDM akan mengumumkan harga baru bahan bakar minyak (BBM). Untuk premium, sudah diproyeksikan untuk turun sesuai dengan kondisi harga minyak dunia. Sedangkan solar, kecenderungannya tetap naik cukup tinggi.

Dirjen Migas Kementerian ESDM Wiratmaja Puja menjelaskan, saat ini pihaknya melakukan kajian final sebelum pengumuman harga BBM. Ada dua hal yang menjadi acuan pemerintah dalam menetapkan harga baru yang berlaku pada 1 Oktober itu.

’’Berdasar data dan pertimbangan stabilitas,’’ ujarnya saat dihubungi Jawa Pos (grup Sumut Pos).

Jika berdasar data, Ditjen Migas sudah memiliki kisaran harga baru untuk premium dan solar. Untuk bensin dengan oktan 88 alias premium, dia menyebut bisa turun sampai Rp300 per liter. Itu artinya, di Jawa, Madura, dan Bali harga premium turun dari Rp6.550 menjadi Rp6.250 per liter.

’’Kalau solar, naik sampai Rp600 per liter,’’ jelasnya.

Saat ini, solar dijual Rp5.150 per liter. Jika tidak ada perubahan sampai akhir bulan ini, berarti harganya jadi Rp5.750 per liter. Solar naik karena MoPS (Mean of Platts) sebagai pembentuk harga juga naik.

Selain itu, subsidi solar yang dikepras dari Rp1.000 menjadi Rp500 per liter ikut mempengaruhi. Kenaikan itu bisa jadi terasa langsung tinggi karena harga BBM dipertahankan selama enam bulan sejak April. Itu dilakukan pemerintah karena ingin ada stabilitas ekonomi menjelang Ramadan dan Idul Fitri.

Lebih lanjut Wirat menjelaskan, harga baru berdasar data bisa saja tidak sama dengan pengumuman nanti. Sebab, pemerintah masih perlu mempertimbangkan dampak dari harga baru itu ke masyarakat. ’’Penetapan finalnya nanti, sedang dibahas mempertimbangkan stabilitas ekonomi, sosial, dan lainnya,’’ imbuhnya.

Meski pemerintah sempat menahan harga BBM selama enam bulan, Wirat memastikan pola yang digunakan untuk menghitung harga baru tetap tiga bulan. Menurutnya, itu sesuai dengan komitmen pemerintah yang ingin membiasakan ada perubahan harga tiap tiga bulan. Kecuali ada momen khusus.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/