30 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Keluarga Itu Benteng Terakhir

Sahur Bersama Pengusaha Muda, DR HC H Ajie Karim

Berkumpul bersama keluarga merupakan hal terpenting bagi pengusaha muda H Aji Karim (35) setiap bulan Ramadan tiba. Setidaknya hal itu yang terlihat pada kunjungan Tim Sumut Pos di kediamannya di Jalan Perintis Kemerdekaan No 152 Binjai, Rabu (3/8).

INDRA JULI-Binjai

Setelah menghubungi melalui selular, rombongan Tim Sahur Bersama Tokoh pun kembali ke sebuah bangunan dua lantai bergaya western yang dikelilingi pagar besi berwarna cokelat. H Ajie Karim pun sudah terlihat menunggu di gerbang yang sudah terbuka. Mengenakan kaos Ripcurl dan celana panjang casual berwarna putih.

“Aduh salah ngasih nomor tadi. Nomor rumah aku pun bisa lupa. Ayok lah kita ke dalam,” ajak H Ajie Karim yang berjalan lebih dulu ke dalam bangunan yang terletak di lahan seluas 40 x 100 meter itu.

Diawali pos securiti, rombongan pun menyusuri pekarangan rumah yang ditumbuhi pohon nyiur itu. Sementara di sisi kiri tampak lapangan olahraga bulu tangkis yang kerap digunakan untuk menjaga kebugaran tubuh pemiliknya. Terdengar pintu depan rumah terbuka namun kembali ditutup karena rombongan memilih masuk dari pintu samping. Jalan yang tadi dilalui H Ajie Karim. Dua mobil mewah, Toyota Altis dan Toyota Fortuner, keduanya berwarna silver terparkir di garasi.

Perjalanan pun langsung menuju dapur yang bersebelahan dengan ruang makan. Tampak dua wanita sedang mempersiapkan sajian sahur pagi itu.

Dari sebuah pintu, rombongan dibawa ke bahagian belakang rumah.

Dari teras berukuran 5×15 Meter itu tersaji sebuah taman yang begitu asri. Tempat duduk dari batu, kolam dengan jembatan lengkung di atasnya, dan air terjun mini di sudut tembok dengan penerangan yang tepat. Seolah ingin melengkapi segarnya udara pagi itu.

Sembari menunggu saat sahur tiba, H Ajie Karim mengajak rombongan bersantai di atas tikar bambu yang sudah terbentang di situ. Ditemani teh manis panas, berbagai topik pembicaraan ringan mengalir diselingi canda. Dari cerita masa lalu tentang kampung halaman, Tanah Jawa. Topik itu mendapat sambutan dari Wakil Pimpinan Redaksi Sumut Pos Pandapotan Siallagan yang juga menjalani masa kecil di daerah yang sama.

Peraih gelar Doktor Honoris Causa (DR HC) di Universitas Padjajaran 2003 silam ini menuturkan perjuangan di awal merintis usaha di bidang advertising. Modal dari menggadaikan rumah orangtua yang dikelola dengan baik dapat memberi kebebasan seperti saat ini. Bahkan berhasil dikembangkan ke berbagai lini seperti perkebunan, property, otomotif. Begitu juga dengan bisnis kuliner sudah mulai dibidik.

“Seperti persahabatan, bisnis juga khususnya di bidang jasa sangat menjaga kepercayaan. Jadi tetaplah melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan jujur. Sekali tidak dipercaya, kesuksesan pun menjadi hal yang mustahil,” tegasnya.

Dirinya pun begitu bersemangat ketika disinggung mengenai hobi. Terutama di bidang otomotif. Dari roda dua hingga roda empat khususnya reli yang pernah dilakoninya beberapa lama. Koleksinya pun masih tersimpan baik di antaranya satu mobil Mitsubishi dan dua mobil Subaru. Begitu juga dengan special engine, mesin khusus balapan, dan motor Harley Davidson.

“Sudah kurang juga nyalinya untuk turun di reli. Jadi koleksi gitu. Kalau hobi ini memang tergantung mood,” tuturnya.
Pembicaraan lalu terhenti setelah putri sulung datang membisikkan sesuatu kepadanya. Tampaknya hidangan sahur hari itu sudah siap. Ajakan pun tak menunggu lagi, dipimpin H Ajie Karim, rombongan menuju ruang makan yang tadi dilewati. Sang istri, Hariati Sari tampak sibuk menyiapkan hidangan untuk kedua putri kecilnya. Menu yang terdiri dari nasi putih, udang, sayur gori, gulai ayam kampung, ayam kampung goreng, rending daging, burung ruak-ruak goreng, dan teh manis dingin. Sebagai pencuci mulut ada buah rambutan.

“Kalau menu sahur tidak ada yang terlalu istimewa. Tapi kita juga anak-anak memang suka makan ayam kampung. Pokoknya harus ada. Kebetulan anak-anak lagi mau makan yang gulai makanya dibuat,” tutur Hariati Sari sembari menemani kedua putrinya bersantap sahur.

Sembari menyantap hidangan yang ada, pembicaraan pun berlanjut. Sebagai salah satu pengurus inti partai Gerindra Sumut, H Ajie Karim menaruh perhatian pada perkembangan politik di Sumut. Termasuk kepentingan-kepentingan yang menjadi tujuan dari masing-masing calon. Meskipun untuk itu dirinya memiliki kiat tersendiri, terutama dalam menghadapi persaingan yang ketat semasa mencalonkan diri sebagai anggota legislative pada Pilkada 2009 lalu. Baik dalam hal pendanaan begitu juga dengan antisipasi resiko terbesar.

“Saya memang pertama kali berkecimpung di politik ya di partai Gerindra karena Pak Prabowo itu idola saya. Mungkin ini juga bahagian dari ego seperti manusia lainnya. Tapi yang penting di awal dulu saya lebih dulu membicarakan dengan keluarga. Karena keluarga adalah pertahanan terakhir kita. Kalau uang itu adalah bagian dari pengorbanan, cukup 10 persen dari asset kita. Jadi tidak terlalu khawatir kalau pun kalah. Yang penting keluarga mendukung kita. Itu yang tetap menjadi pegangan saya yang political bisnis,” bebernya.

Di ujung pembicaraan, pria yang murah tersenyum ini membeberkan pandangannya akan pasangan hidup. Bahwa istri sebagai teman hidup tidak perlu memiliki kecantikan fisik melainkan hati yang baik dan menurut dengan pasangannya. “Bagaimana pun yang pertama itu lebih mengenal kita daripada yang datang belakangan,” pungkasnya. (*)

Sahur Bersama Pengusaha Muda, DR HC H Ajie Karim

Berkumpul bersama keluarga merupakan hal terpenting bagi pengusaha muda H Aji Karim (35) setiap bulan Ramadan tiba. Setidaknya hal itu yang terlihat pada kunjungan Tim Sumut Pos di kediamannya di Jalan Perintis Kemerdekaan No 152 Binjai, Rabu (3/8).

INDRA JULI-Binjai

Setelah menghubungi melalui selular, rombongan Tim Sahur Bersama Tokoh pun kembali ke sebuah bangunan dua lantai bergaya western yang dikelilingi pagar besi berwarna cokelat. H Ajie Karim pun sudah terlihat menunggu di gerbang yang sudah terbuka. Mengenakan kaos Ripcurl dan celana panjang casual berwarna putih.

“Aduh salah ngasih nomor tadi. Nomor rumah aku pun bisa lupa. Ayok lah kita ke dalam,” ajak H Ajie Karim yang berjalan lebih dulu ke dalam bangunan yang terletak di lahan seluas 40 x 100 meter itu.

Diawali pos securiti, rombongan pun menyusuri pekarangan rumah yang ditumbuhi pohon nyiur itu. Sementara di sisi kiri tampak lapangan olahraga bulu tangkis yang kerap digunakan untuk menjaga kebugaran tubuh pemiliknya. Terdengar pintu depan rumah terbuka namun kembali ditutup karena rombongan memilih masuk dari pintu samping. Jalan yang tadi dilalui H Ajie Karim. Dua mobil mewah, Toyota Altis dan Toyota Fortuner, keduanya berwarna silver terparkir di garasi.

Perjalanan pun langsung menuju dapur yang bersebelahan dengan ruang makan. Tampak dua wanita sedang mempersiapkan sajian sahur pagi itu.

Dari sebuah pintu, rombongan dibawa ke bahagian belakang rumah.

Dari teras berukuran 5×15 Meter itu tersaji sebuah taman yang begitu asri. Tempat duduk dari batu, kolam dengan jembatan lengkung di atasnya, dan air terjun mini di sudut tembok dengan penerangan yang tepat. Seolah ingin melengkapi segarnya udara pagi itu.

Sembari menunggu saat sahur tiba, H Ajie Karim mengajak rombongan bersantai di atas tikar bambu yang sudah terbentang di situ. Ditemani teh manis panas, berbagai topik pembicaraan ringan mengalir diselingi canda. Dari cerita masa lalu tentang kampung halaman, Tanah Jawa. Topik itu mendapat sambutan dari Wakil Pimpinan Redaksi Sumut Pos Pandapotan Siallagan yang juga menjalani masa kecil di daerah yang sama.

Peraih gelar Doktor Honoris Causa (DR HC) di Universitas Padjajaran 2003 silam ini menuturkan perjuangan di awal merintis usaha di bidang advertising. Modal dari menggadaikan rumah orangtua yang dikelola dengan baik dapat memberi kebebasan seperti saat ini. Bahkan berhasil dikembangkan ke berbagai lini seperti perkebunan, property, otomotif. Begitu juga dengan bisnis kuliner sudah mulai dibidik.

“Seperti persahabatan, bisnis juga khususnya di bidang jasa sangat menjaga kepercayaan. Jadi tetaplah melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan jujur. Sekali tidak dipercaya, kesuksesan pun menjadi hal yang mustahil,” tegasnya.

Dirinya pun begitu bersemangat ketika disinggung mengenai hobi. Terutama di bidang otomotif. Dari roda dua hingga roda empat khususnya reli yang pernah dilakoninya beberapa lama. Koleksinya pun masih tersimpan baik di antaranya satu mobil Mitsubishi dan dua mobil Subaru. Begitu juga dengan special engine, mesin khusus balapan, dan motor Harley Davidson.

“Sudah kurang juga nyalinya untuk turun di reli. Jadi koleksi gitu. Kalau hobi ini memang tergantung mood,” tuturnya.
Pembicaraan lalu terhenti setelah putri sulung datang membisikkan sesuatu kepadanya. Tampaknya hidangan sahur hari itu sudah siap. Ajakan pun tak menunggu lagi, dipimpin H Ajie Karim, rombongan menuju ruang makan yang tadi dilewati. Sang istri, Hariati Sari tampak sibuk menyiapkan hidangan untuk kedua putri kecilnya. Menu yang terdiri dari nasi putih, udang, sayur gori, gulai ayam kampung, ayam kampung goreng, rending daging, burung ruak-ruak goreng, dan teh manis dingin. Sebagai pencuci mulut ada buah rambutan.

“Kalau menu sahur tidak ada yang terlalu istimewa. Tapi kita juga anak-anak memang suka makan ayam kampung. Pokoknya harus ada. Kebetulan anak-anak lagi mau makan yang gulai makanya dibuat,” tutur Hariati Sari sembari menemani kedua putrinya bersantap sahur.

Sembari menyantap hidangan yang ada, pembicaraan pun berlanjut. Sebagai salah satu pengurus inti partai Gerindra Sumut, H Ajie Karim menaruh perhatian pada perkembangan politik di Sumut. Termasuk kepentingan-kepentingan yang menjadi tujuan dari masing-masing calon. Meskipun untuk itu dirinya memiliki kiat tersendiri, terutama dalam menghadapi persaingan yang ketat semasa mencalonkan diri sebagai anggota legislative pada Pilkada 2009 lalu. Baik dalam hal pendanaan begitu juga dengan antisipasi resiko terbesar.

“Saya memang pertama kali berkecimpung di politik ya di partai Gerindra karena Pak Prabowo itu idola saya. Mungkin ini juga bahagian dari ego seperti manusia lainnya. Tapi yang penting di awal dulu saya lebih dulu membicarakan dengan keluarga. Karena keluarga adalah pertahanan terakhir kita. Kalau uang itu adalah bagian dari pengorbanan, cukup 10 persen dari asset kita. Jadi tidak terlalu khawatir kalau pun kalah. Yang penting keluarga mendukung kita. Itu yang tetap menjadi pegangan saya yang political bisnis,” bebernya.

Di ujung pembicaraan, pria yang murah tersenyum ini membeberkan pandangannya akan pasangan hidup. Bahwa istri sebagai teman hidup tidak perlu memiliki kecantikan fisik melainkan hati yang baik dan menurut dengan pasangannya. “Bagaimana pun yang pertama itu lebih mengenal kita daripada yang datang belakangan,” pungkasnya. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/