JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pakar terorisme Al Chaidar mengatakan bahwa penangkapan terduga teroris di empat lokasi berbeda itu ada hubungannya. Menurutnya, mereka semua tergabung dalam gerakan terorisme Mujahidin Indonesia Barat (MIB). Dari pengamatan Chaidar, mereka ditangkap karena diduga ada rencana serangan serentak atau beruntun yang dilancarkan dalam waktu dekat.
“Ini adalah warisan dari Hambali untuk melakukan serangan pada momen natal dan tahun baru. Apalagi jika momen itu berdekatan dengan peringatan agama Islam. Saya menduga memang ada arahan dari Bahrun Naim,’’ jelasnya.
Saat ini, lanjut dia, terdapat sembilan lokasi utama dari MIB. Yakni, Surabaya, Solo, Bekasi, dan Tanggeran di pulau Jawa. Dan Lampung, Jambi, Bengkulu Riau, dan Batam di Sumatera. Namun, dia mengaku masih ada belasan lokasi-lokasi di mana terdapat markas pasif yang belum diketahui oleh intel Indonesia.
“Sebenarnya, untuk informasi jaringan di sembilan sel (lokasi) aktif sudah ada. Namun, sengaja tidak diringkus untuk mencari mana sel-sel pasif,’’ ungkapnya.
Meski sudah meringkus beberapa, dia mengaku bahwa situasi menjelang natal tahun ini masih rentan penyerangan. Terutama, untuk masyarakat sipil yang masih menjadi target utama para teroris. ’’Saya kira tren ini masih akan berlangsung hingga 2020. Setelah itu, tren target teroris akan beralih dari masyarakat sipil ke aparat pemerintah,” terangnya. (byu/bil/jpg)
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pakar terorisme Al Chaidar mengatakan bahwa penangkapan terduga teroris di empat lokasi berbeda itu ada hubungannya. Menurutnya, mereka semua tergabung dalam gerakan terorisme Mujahidin Indonesia Barat (MIB). Dari pengamatan Chaidar, mereka ditangkap karena diduga ada rencana serangan serentak atau beruntun yang dilancarkan dalam waktu dekat.
“Ini adalah warisan dari Hambali untuk melakukan serangan pada momen natal dan tahun baru. Apalagi jika momen itu berdekatan dengan peringatan agama Islam. Saya menduga memang ada arahan dari Bahrun Naim,’’ jelasnya.
Saat ini, lanjut dia, terdapat sembilan lokasi utama dari MIB. Yakni, Surabaya, Solo, Bekasi, dan Tanggeran di pulau Jawa. Dan Lampung, Jambi, Bengkulu Riau, dan Batam di Sumatera. Namun, dia mengaku masih ada belasan lokasi-lokasi di mana terdapat markas pasif yang belum diketahui oleh intel Indonesia.
“Sebenarnya, untuk informasi jaringan di sembilan sel (lokasi) aktif sudah ada. Namun, sengaja tidak diringkus untuk mencari mana sel-sel pasif,’’ ungkapnya.
Meski sudah meringkus beberapa, dia mengaku bahwa situasi menjelang natal tahun ini masih rentan penyerangan. Terutama, untuk masyarakat sipil yang masih menjadi target utama para teroris. ’’Saya kira tren ini masih akan berlangsung hingga 2020. Setelah itu, tren target teroris akan beralih dari masyarakat sipil ke aparat pemerintah,” terangnya. (byu/bil/jpg)