29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Atambua Siapkan Atraksi Desa Fatubesi untuk Menggoda Timor Leste

Desa Fatubesi di Belu.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Belu Nusa Tenggara Timur mulai mempersiapkan desa wisata Fatubesi untuk menjaring wisatawan mancanegara (Wisman) di Crossborder, Atambua. Belu semakin yakin, hanya sektor pariwisata yang akan memperkuat ekonomi dan sosial masyarakatnya.

“Budaya negara tetangga Timor Leste dengan Atambua sangat dekat dan sama. Banyak ritual budaya yang mereka lakukan bersama, terutama di desa Fatubesi ini, kita akan membuat banyak acara budaya di sana, akan berbondong-bondong mereka datang ke desa itu,” ujar Bupati Belu Willybrodus Lay didampingi Kepala Dinas Pariwisata Belu Johannes Prihatin.

Bupati yang biasa disapa Willy ini mengatakan, Fatubesi merupakan desa yang paling dekat dengan perbatasan, jaraknya hanya sekitar 2 KM dari Timor Leste. Desa ini berada di Kecamatan Nanaet Dubesi. “Ada acara adat, acara keluarga, acara desa, yang masih menjadi daya tarik rakyat Timor Leste,” jelasnya.

“Kebijakan bebas Visa Kunjungan (BVK) membuat mereka mudah ke Indonesia,” ujar Willy. Dia menjelaskan, di era Presiden Joko Widodo ini semua infrastuktur di perbatasan sudah mengalami perkembangan yang signifikan. Khusus untuk desa Fatubesi tersebut, sudah ada lampu, aliran listrik, sudah ada jalan, dan sudah ada struktur pengurus desa yang lengkap.

“Hanya tinggal dibuat settingan desa wisata yang menjadi indah, lengkap dengan semua fasilitas agar wisatawan betah berlama-lama di desa tersebut, kami sudah lakukan beberapa perbaikan, dan sudah mempersiapkan tim untuk mengurusi ini,” ujar Willy.

Desa Fatubesi-Belu

Untuk digitalisasi, Kota Atambua dan seluruh Kabupaten Belu juga sudah siap dengan jaringan selular. Telkomsel 4G siap melayani wisatawan yang menyambangi Atambua.

“Ada beberapa festival yang tahun lalu sukses membuat mereka berbondong-bondong datang, itu akan kami buat lagi di tahun 2017. Kita akan jadikan Atambua Kota Festival, kita akan jadikan ini sebuah branding yang tidak pernah terlupakan bagi Rakyat Timor Leste,” ujarnya.

Untuk urusan destinasi alam, tidak ada yang mengalahkan Padang Fulan Fehan. Dengan cuaca yang dingin, bukit di atas gunung itu tidak dimiliki Timor Leste. “Mereka laut punya, tapi kalau keindahan Fulah Fehan, hanya kita yang punya, untuk desa Fatubesi semuanya kami siapkan di tahun 2017 ini, dan kami sudah berkoordinasi dengan sesepuh desa untuk mensukseskan program desa wisata Fatubesi,” ujar Kadispar Johannes.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, Kabupaten Belu yang secara geografis berbatasan langsung dengan negara Timor Leste dinilai memiliki daya tarik tersendiri dan sangat strategis untuk pengembangan pembangunan pariwisata. Sejak Kemenpar menghidupkan crossborder, area sejak 2016, wilayah perbatasan menjadi deatinasi yang lumayan bagus.

Bahkan, sampai 3,6 persen dari total angka kunjungan wisman. “Belajar dari banyak negara di Eropa yang maju karena crossborder,” ungkap Menpar Arief Yahya. Tahun ini, 2017, crossborder area juga menjadi target perolehan wisman. Karena itu, berbagai event digelar untuk menghidupkan wilayah perbatasan dengan berbagai festival.  (rel)

Desa Fatubesi di Belu.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Belu Nusa Tenggara Timur mulai mempersiapkan desa wisata Fatubesi untuk menjaring wisatawan mancanegara (Wisman) di Crossborder, Atambua. Belu semakin yakin, hanya sektor pariwisata yang akan memperkuat ekonomi dan sosial masyarakatnya.

“Budaya negara tetangga Timor Leste dengan Atambua sangat dekat dan sama. Banyak ritual budaya yang mereka lakukan bersama, terutama di desa Fatubesi ini, kita akan membuat banyak acara budaya di sana, akan berbondong-bondong mereka datang ke desa itu,” ujar Bupati Belu Willybrodus Lay didampingi Kepala Dinas Pariwisata Belu Johannes Prihatin.

Bupati yang biasa disapa Willy ini mengatakan, Fatubesi merupakan desa yang paling dekat dengan perbatasan, jaraknya hanya sekitar 2 KM dari Timor Leste. Desa ini berada di Kecamatan Nanaet Dubesi. “Ada acara adat, acara keluarga, acara desa, yang masih menjadi daya tarik rakyat Timor Leste,” jelasnya.

“Kebijakan bebas Visa Kunjungan (BVK) membuat mereka mudah ke Indonesia,” ujar Willy. Dia menjelaskan, di era Presiden Joko Widodo ini semua infrastuktur di perbatasan sudah mengalami perkembangan yang signifikan. Khusus untuk desa Fatubesi tersebut, sudah ada lampu, aliran listrik, sudah ada jalan, dan sudah ada struktur pengurus desa yang lengkap.

“Hanya tinggal dibuat settingan desa wisata yang menjadi indah, lengkap dengan semua fasilitas agar wisatawan betah berlama-lama di desa tersebut, kami sudah lakukan beberapa perbaikan, dan sudah mempersiapkan tim untuk mengurusi ini,” ujar Willy.

Desa Fatubesi-Belu

Untuk digitalisasi, Kota Atambua dan seluruh Kabupaten Belu juga sudah siap dengan jaringan selular. Telkomsel 4G siap melayani wisatawan yang menyambangi Atambua.

“Ada beberapa festival yang tahun lalu sukses membuat mereka berbondong-bondong datang, itu akan kami buat lagi di tahun 2017. Kita akan jadikan Atambua Kota Festival, kita akan jadikan ini sebuah branding yang tidak pernah terlupakan bagi Rakyat Timor Leste,” ujarnya.

Untuk urusan destinasi alam, tidak ada yang mengalahkan Padang Fulan Fehan. Dengan cuaca yang dingin, bukit di atas gunung itu tidak dimiliki Timor Leste. “Mereka laut punya, tapi kalau keindahan Fulah Fehan, hanya kita yang punya, untuk desa Fatubesi semuanya kami siapkan di tahun 2017 ini, dan kami sudah berkoordinasi dengan sesepuh desa untuk mensukseskan program desa wisata Fatubesi,” ujar Kadispar Johannes.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, Kabupaten Belu yang secara geografis berbatasan langsung dengan negara Timor Leste dinilai memiliki daya tarik tersendiri dan sangat strategis untuk pengembangan pembangunan pariwisata. Sejak Kemenpar menghidupkan crossborder, area sejak 2016, wilayah perbatasan menjadi deatinasi yang lumayan bagus.

Bahkan, sampai 3,6 persen dari total angka kunjungan wisman. “Belajar dari banyak negara di Eropa yang maju karena crossborder,” ungkap Menpar Arief Yahya. Tahun ini, 2017, crossborder area juga menjadi target perolehan wisman. Karena itu, berbagai event digelar untuk menghidupkan wilayah perbatasan dengan berbagai festival.  (rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/