29 C
Medan
Monday, September 30, 2024

Data Militer RI Dibobol, Pelakunya Intelijen Korsel

JAKARTA-Indonesia secara resmi meminta Korsel memverifikasi laporan-laporan yang menyebutkan anggota intelijen Korsel menyusup di kamar delegasi Indonesia  untuk mencuri informasi rahasia tentang rencana pembelian senjata antara kedua negara.

“Indonesia meminta kami memverifikasi fakta-fakta yang tepat,” kata jubir Kemlu Korsel, Cho Byung-jae, dalam briefing reguler, sebagaimana dilansir Yonhap News Agency, Senin (21/2). “Kami sedang memverifikasi fakta-fakta, dan kami setuju menginformasikannya sesegera mungkin,” imbuhnya.

Dubes RI di Korsel, Nicholas Tandi Dammen mendatangi kantor Kemlu Korsel pada Senin pagi untuk mencari kerjasama dengan Park Hae-yun, pejabat sementara Kemlu yang menangani masalah Asia Selatan dan Pasifik.

Permintaan verifikasi itu muncul setelah harian lokal Korsel memberitakan, tiga orang yang membobol ruangan delegasi Indonesia di Hotel Lotte pada 16 Februari lalu adalah anggota Badan Intelijen Nasional (National Intelligence Service/NIS) Korsel.

Sementara pejabat di Jakarta beramai-ramai menegaskan bahwa tidak ada data militer penting yang hilang sebab delegasi tidak membawa data penting. Menurut versi Kemhan RI, yang terjadi adalah tamu hotel salah masuk kamar, lalu mengambil laptop. Laptop itu sudah dikembalikan ke pemiliknya yaitu staf Kementerian Perindustrian. Masalah sudah beres.

Sayangnya, tidak ada satu pun pejabat yang bisa menjawab soal laporan media Korsel tentang masuknya 3 orang ke kamar hotel itu, yang kabur begitu delegasi Indonesia masuk tiba-tiba. Versi inilah yang dipegang polisi Seoul.
Di sisi lain, Pemerintah kembali membantah ada data penting pertahanan militer Indonesia yang dicuri mata-mata Korea Selatan. Menurut Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin, Indonesia tidak kehilangan data apapun ketika rombongan delegasi Indonesia menghadiri undangan Presiden Korea Selatan di Seoul pekan lalu.
“Kita pastikan tidak ada hubungan dengan kehilangan data apapun di militer. Pertahanan tak ada kaitannya dengan itu. Kita memang ikut tim ekonomi namun kaitannya membicarakan ekonomi bagaimana proses kerjasama industri di kedua belah pihak,” kata Sjafrie di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, kemarin.

Sjafrie juga menegaskan, pertemuan delegasi Indonesia dan Korea Selatan tidak membahas rencana pembelian pesawat jet latih T-50 Golden Eagle. Pertemuan hanya membahas masalah militer kedua negara.
“Tidak ada pembahasan proyek KFX (Korea Fighter Experimental) atau T-50,” kata Sjafrie.
Menurut Sjafrie, pertemuan membahas kerja sama militer antara kedua negara Indonesia dan Korea, dan tidak membahas pembelian alutsista. “Yang ada cuma pembahasan militer antara Korea dan Indonesia,” ujarnya.

Menurut media Korsel, pada Rabu (16/2) setelah 50 delegasi pimpinan Menko Perekonomian Hatta Rajasa meninggalkan hotel untuk bertemu Presiden Lee Myung-bak, dua pria dan seorang wanita menyusup ke sebuah kamar di lantai 19 (media lain menyebut kamar itu bernomor 1961). Mereka kaget ketika seorang anggota delegasi tiba-tiba masuk. Buru-buru mereka kabur. Tidak jelas apakah ketiga orang itu berhasil mengkopi data di laptop.
Koran Chosun Ilbo menyebutkan, mereka adalah agen intelijen Korsel (NIS). NIS tampaknya putus asa untuk mendapatkan strategi negosiasi Indonesia untuk pembelian Korea T-50 Golden Eagle, pesawat latih jet supersonik; tank tempur utama K2 Black Panther dan rudal portabel permukaan-ke-udara. Korea dalam persaingan sengit dengan Yak-130, jet latih Rusia.

Insiden pembobolan kamar delegasi Indonesia di Seoul juga mengingatkan pada kerjasama Indonesia dan Korea Selatan untuk membuat pesawat tempur kelas menengah. Pesawat ini diperkirakan terealisasi pada 2020 dan lebih canggih daripada pesawat tempur F16. Pesawat itu dinamai Korea Fighter Experimental (KFX).

Beberapa waktu lalu, Dirut PT Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso mengatakan, pesawat KFX merupakan generasi ke-4,5. Sebab pesawat ini di atas pesawat tempur F16 produksi Lockheed Martin yang merupakan generasi ke-4 dan berada di bawah F35 yang merupakan generasi ke-5.

Berat kosong pesawat ini adalah sekitar 10,4 metrik ton. Think tank dari Universitas Konkuk pernah mengatakan, pesawat tempur ini cukup baik lantaran memiliki rudal stand-off dan kemampuan siluman (anti radar) yang memadai. Rencananya, bersama Indonesia, proyek ini akan terealisasi pada 2020 mendatang.(bbs/net/jpnn)

JAKARTA-Indonesia secara resmi meminta Korsel memverifikasi laporan-laporan yang menyebutkan anggota intelijen Korsel menyusup di kamar delegasi Indonesia  untuk mencuri informasi rahasia tentang rencana pembelian senjata antara kedua negara.

“Indonesia meminta kami memverifikasi fakta-fakta yang tepat,” kata jubir Kemlu Korsel, Cho Byung-jae, dalam briefing reguler, sebagaimana dilansir Yonhap News Agency, Senin (21/2). “Kami sedang memverifikasi fakta-fakta, dan kami setuju menginformasikannya sesegera mungkin,” imbuhnya.

Dubes RI di Korsel, Nicholas Tandi Dammen mendatangi kantor Kemlu Korsel pada Senin pagi untuk mencari kerjasama dengan Park Hae-yun, pejabat sementara Kemlu yang menangani masalah Asia Selatan dan Pasifik.

Permintaan verifikasi itu muncul setelah harian lokal Korsel memberitakan, tiga orang yang membobol ruangan delegasi Indonesia di Hotel Lotte pada 16 Februari lalu adalah anggota Badan Intelijen Nasional (National Intelligence Service/NIS) Korsel.

Sementara pejabat di Jakarta beramai-ramai menegaskan bahwa tidak ada data militer penting yang hilang sebab delegasi tidak membawa data penting. Menurut versi Kemhan RI, yang terjadi adalah tamu hotel salah masuk kamar, lalu mengambil laptop. Laptop itu sudah dikembalikan ke pemiliknya yaitu staf Kementerian Perindustrian. Masalah sudah beres.

Sayangnya, tidak ada satu pun pejabat yang bisa menjawab soal laporan media Korsel tentang masuknya 3 orang ke kamar hotel itu, yang kabur begitu delegasi Indonesia masuk tiba-tiba. Versi inilah yang dipegang polisi Seoul.
Di sisi lain, Pemerintah kembali membantah ada data penting pertahanan militer Indonesia yang dicuri mata-mata Korea Selatan. Menurut Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin, Indonesia tidak kehilangan data apapun ketika rombongan delegasi Indonesia menghadiri undangan Presiden Korea Selatan di Seoul pekan lalu.
“Kita pastikan tidak ada hubungan dengan kehilangan data apapun di militer. Pertahanan tak ada kaitannya dengan itu. Kita memang ikut tim ekonomi namun kaitannya membicarakan ekonomi bagaimana proses kerjasama industri di kedua belah pihak,” kata Sjafrie di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, kemarin.

Sjafrie juga menegaskan, pertemuan delegasi Indonesia dan Korea Selatan tidak membahas rencana pembelian pesawat jet latih T-50 Golden Eagle. Pertemuan hanya membahas masalah militer kedua negara.
“Tidak ada pembahasan proyek KFX (Korea Fighter Experimental) atau T-50,” kata Sjafrie.
Menurut Sjafrie, pertemuan membahas kerja sama militer antara kedua negara Indonesia dan Korea, dan tidak membahas pembelian alutsista. “Yang ada cuma pembahasan militer antara Korea dan Indonesia,” ujarnya.

Menurut media Korsel, pada Rabu (16/2) setelah 50 delegasi pimpinan Menko Perekonomian Hatta Rajasa meninggalkan hotel untuk bertemu Presiden Lee Myung-bak, dua pria dan seorang wanita menyusup ke sebuah kamar di lantai 19 (media lain menyebut kamar itu bernomor 1961). Mereka kaget ketika seorang anggota delegasi tiba-tiba masuk. Buru-buru mereka kabur. Tidak jelas apakah ketiga orang itu berhasil mengkopi data di laptop.
Koran Chosun Ilbo menyebutkan, mereka adalah agen intelijen Korsel (NIS). NIS tampaknya putus asa untuk mendapatkan strategi negosiasi Indonesia untuk pembelian Korea T-50 Golden Eagle, pesawat latih jet supersonik; tank tempur utama K2 Black Panther dan rudal portabel permukaan-ke-udara. Korea dalam persaingan sengit dengan Yak-130, jet latih Rusia.

Insiden pembobolan kamar delegasi Indonesia di Seoul juga mengingatkan pada kerjasama Indonesia dan Korea Selatan untuk membuat pesawat tempur kelas menengah. Pesawat ini diperkirakan terealisasi pada 2020 dan lebih canggih daripada pesawat tempur F16. Pesawat itu dinamai Korea Fighter Experimental (KFX).

Beberapa waktu lalu, Dirut PT Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso mengatakan, pesawat KFX merupakan generasi ke-4,5. Sebab pesawat ini di atas pesawat tempur F16 produksi Lockheed Martin yang merupakan generasi ke-4 dan berada di bawah F35 yang merupakan generasi ke-5.

Berat kosong pesawat ini adalah sekitar 10,4 metrik ton. Think tank dari Universitas Konkuk pernah mengatakan, pesawat tempur ini cukup baik lantaran memiliki rudal stand-off dan kemampuan siluman (anti radar) yang memadai. Rencananya, bersama Indonesia, proyek ini akan terealisasi pada 2020 mendatang.(bbs/net/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/