29 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Bersyukur Punya Suami Pengertian

Bekerja bagi ibu satu anak ini bagai sebuah hobi yang dijalani dengan senang hati. Meski menyita waktu dan telah menikah, tapi dirinya tetap melakoni pekerjaannya di Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dengan senang hati.

Dengan alasan sangat mencintai pekerjaannya yang telah dilakoninya selama 20 tahun (1991) serta alasan membantu suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga, membuat Hafsyah Aprilia  tetap mengabdikan diri di BPS  sebagai Kepala Seksi Statistik Niaga dan Jasa BPS Sumut.

Ibunda dari Jihan (12) ini menyadari, sebagai ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan, tentu punya keterbatasan waktu untuk keluarga. Untungnya, karena telah membuat kesepakatan dengan sang suami sebelum menikah, membuatnya tetap semangat bekerja. “Syukurnya saya diberi suami yang pengertian dan bekerja di bidang yang sama, jadi tanpa saya beri tahu, suami juga sudah paham dengan kesibukan saya,” ujarnya kepada wartawan koran ini bercerita.

Baginya, pekerjaan menjadi salah satu hal terpenting. Sebab, dirinya memulai karier dari bawah hingga akhirnya mendapatkan jabatan sebagai Kepala Seksi Statistik Niaga dan Jasa BPS Sumut. Walaupun begitu, dirinya tetap ingin berkarya untuk mendapatkan kesempatan lebih di BPS, salah satu usaha yang ditempuhnya adalah menempuh pendidikan S2 jurusan ekonomi.

“Pekerjaan membuat saya dapat berkarya, jadi selama saya masih mampu, saya akan tetap bekerja,” ujar wanita kelahiran Medan 9 April 1971 ini.
Memiliki suami Alzen Zaini yang juga bekerja di BPS SU, membuat Hafsyah sangat bersyukur. Karena pengertian dan rasa peduli sang suami yang tinggi membuatnya nyaman. Bahkan figur seorang ayah juga bisa didapatkannya dari sang suami. “Saya sudah menjadi anak yatim sejak usia 7 tahun, dan suami saya melengkapi hidup saya dengan memberikan figur seorang ayah,” ujarnya.

Pengertian sang suami bukan hanya dalam kehidupan berumah tangga, tetapi pengertian yang lebih juga ditunjukkan sang suami saat dirinya berada dalam tekanan karena pekerjaan. “Misalnya dalam sensus, saya harus keluar kota. Suami membarikan izin untuk pergi. Jadi urusan rumah dan anak jadi tanggung jawabnya,” ujarnya.
Kebebasan yang diberikan suami inilah yang memberikan dirinya kekuatan untuk menyelesaikan segala hal dalam pekerjaannya. Karena itu, Hafsyah selalu menjaga kelakuannya untuk menjaga diri dan keluarganya. “Wanita sangat rentan dengan segala hal, jadi kalau tidak mau dianggap jelek, jaga diri, kelakuan, omongan dan lainnya. Jangan sampai karena kita, keluarga yang menanggungnya,” ujarnya.

Memiliki putri yang sudah memasuki usia remaja, tentu membutuhkan perhatian lebih. Karena itu, dia sebisa mungkin membagi waktu luang untuk selalu berada di dekat putrinya, Jihan. “Kalau di rumah, saya dan anak sering bermain game, walau saya tidak tahu permainannya. Tapi yang penting saya harus mampu mendampingi anak,” ujarnya.
Baginya, menemani sang anak melakukan kegiatan yang disenanginya akan menambah kedekatannya dengan sang anak. Terkadang, dirinya juga menjadi pendengar yang baik si anak. “Untuk usia anak saya, saat ini lagi senang-senangya ngomong, jadi saya alih fungsikan tugas saya sebagai pendengar dan seorang ibu. Yang penting bagi saya, pertemuan dengan putri saya berkualitas.” tambah Hafsyah.

Meski tak dipungkiri, terkadang dirinya juga mendapat protes dari sang anak karena kesibukan yang dimilikinya. “Beberapa kali anak saya sering negur saya yang selalu sibuk. Sayapun mencoba memberikan pengertian. Syukur sekali anak saya patuh, bisa diberikan masukan yang baik,” ujarnya.
Katanya, menjadi seorang ibu dan wanita karir bukan hal mudah karena harus ada konsekuensinya.  Karena itu, Hafsyah  berupaya untuk menjadi ibu dan wanita karir yang baik. (juli rahmadhani rambe)

Bekerja bagi ibu satu anak ini bagai sebuah hobi yang dijalani dengan senang hati. Meski menyita waktu dan telah menikah, tapi dirinya tetap melakoni pekerjaannya di Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dengan senang hati.

Dengan alasan sangat mencintai pekerjaannya yang telah dilakoninya selama 20 tahun (1991) serta alasan membantu suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga, membuat Hafsyah Aprilia  tetap mengabdikan diri di BPS  sebagai Kepala Seksi Statistik Niaga dan Jasa BPS Sumut.

Ibunda dari Jihan (12) ini menyadari, sebagai ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan, tentu punya keterbatasan waktu untuk keluarga. Untungnya, karena telah membuat kesepakatan dengan sang suami sebelum menikah, membuatnya tetap semangat bekerja. “Syukurnya saya diberi suami yang pengertian dan bekerja di bidang yang sama, jadi tanpa saya beri tahu, suami juga sudah paham dengan kesibukan saya,” ujarnya kepada wartawan koran ini bercerita.

Baginya, pekerjaan menjadi salah satu hal terpenting. Sebab, dirinya memulai karier dari bawah hingga akhirnya mendapatkan jabatan sebagai Kepala Seksi Statistik Niaga dan Jasa BPS Sumut. Walaupun begitu, dirinya tetap ingin berkarya untuk mendapatkan kesempatan lebih di BPS, salah satu usaha yang ditempuhnya adalah menempuh pendidikan S2 jurusan ekonomi.

“Pekerjaan membuat saya dapat berkarya, jadi selama saya masih mampu, saya akan tetap bekerja,” ujar wanita kelahiran Medan 9 April 1971 ini.
Memiliki suami Alzen Zaini yang juga bekerja di BPS SU, membuat Hafsyah sangat bersyukur. Karena pengertian dan rasa peduli sang suami yang tinggi membuatnya nyaman. Bahkan figur seorang ayah juga bisa didapatkannya dari sang suami. “Saya sudah menjadi anak yatim sejak usia 7 tahun, dan suami saya melengkapi hidup saya dengan memberikan figur seorang ayah,” ujarnya.

Pengertian sang suami bukan hanya dalam kehidupan berumah tangga, tetapi pengertian yang lebih juga ditunjukkan sang suami saat dirinya berada dalam tekanan karena pekerjaan. “Misalnya dalam sensus, saya harus keluar kota. Suami membarikan izin untuk pergi. Jadi urusan rumah dan anak jadi tanggung jawabnya,” ujarnya.
Kebebasan yang diberikan suami inilah yang memberikan dirinya kekuatan untuk menyelesaikan segala hal dalam pekerjaannya. Karena itu, Hafsyah selalu menjaga kelakuannya untuk menjaga diri dan keluarganya. “Wanita sangat rentan dengan segala hal, jadi kalau tidak mau dianggap jelek, jaga diri, kelakuan, omongan dan lainnya. Jangan sampai karena kita, keluarga yang menanggungnya,” ujarnya.

Memiliki putri yang sudah memasuki usia remaja, tentu membutuhkan perhatian lebih. Karena itu, dia sebisa mungkin membagi waktu luang untuk selalu berada di dekat putrinya, Jihan. “Kalau di rumah, saya dan anak sering bermain game, walau saya tidak tahu permainannya. Tapi yang penting saya harus mampu mendampingi anak,” ujarnya.
Baginya, menemani sang anak melakukan kegiatan yang disenanginya akan menambah kedekatannya dengan sang anak. Terkadang, dirinya juga menjadi pendengar yang baik si anak. “Untuk usia anak saya, saat ini lagi senang-senangya ngomong, jadi saya alih fungsikan tugas saya sebagai pendengar dan seorang ibu. Yang penting bagi saya, pertemuan dengan putri saya berkualitas.” tambah Hafsyah.

Meski tak dipungkiri, terkadang dirinya juga mendapat protes dari sang anak karena kesibukan yang dimilikinya. “Beberapa kali anak saya sering negur saya yang selalu sibuk. Sayapun mencoba memberikan pengertian. Syukur sekali anak saya patuh, bisa diberikan masukan yang baik,” ujarnya.
Katanya, menjadi seorang ibu dan wanita karir bukan hal mudah karena harus ada konsekuensinya.  Karena itu, Hafsyah  berupaya untuk menjadi ibu dan wanita karir yang baik. (juli rahmadhani rambe)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/