30.6 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Anak Mengompol Jangan Dimarahi

 

Anak ngompol
Anak ngompol

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Mengompol memang hal lumrah yang dialamai anak kecil. Kalau sekali dua kali memamg tidak masalah, tetapi jika setiap hari pasti akan membuat jengkel orang tua. Dengan memarahi si anak ternyata bukanlah menjadi solusi untuk si anak bisa menghentikan kebiasaannya tersebut.

“Kalau dulu, orang tua sering memberikan hukuman bagi anaknya yang mengompol. Misalnya dengan menyuruh anaknya membersihkan tempat tidurnya atau bahkan memarahinya. Namun ternyata pemberian hukuman itu malah sering memperparah perilaku mengompolnya, karena dengan dimarahi si anak menjadi semakin stres,”papar Direktur Minauli Consulting, Dra. Irna Minauli, Msi, Psikolog.

Dijelaskan Irna, orangtua harus menyadari bahwa perilaku mengompol itu seringkali bukanlah kehendak anak tersebut, karena seringkali merek tidak mampu mengendalikan kemampuan buang air kecilnya ketika tidur. Disebutkannya, ada dua faktor yang mempengaruhi anak yang suka mengompol.

Anak yang masih mengompol di atas usia 6 tahun bisa jadi dikarenakan dua faktor yang pertama, faktor Biologis alias keturunan yakni kebiasaan si anak yang mengompol diturunkan dari orang tua kandung. Yang kedua adalah faktor fisiologis misalnya kandung kemih yang kecil atau gangguan ginjal. Akan tetapi ada sktr 10 persen anak yang tidak mengalami kedua jenis gangguan tersebut tapi tetap mengompol.

Pengaruhnya, kata Irna, kondisi mengompol ini tentunya sangat memalukan dan tidak menyenangkan, sehingga membuat banyak anak menjadi malu dan mungkin terpaksa membatasi relasi dan kegiatan sosialnya krn takut ketahuan oleh teman-temannya. Setelah dewasa, pengaruhnya biasanya hampir tidak ada, karena sejalan dengan pertambahan usia, mereka juga sudah semakin jarang mengompol atau bahkan sudah bisa menghilangkan kebiasaan mengompolnya itu. Dijelaskannya, mengompol bukan hanya kebiasaan pada anak kecil saja, pada saat seseorang mengalami penuaan, biasanya mereka juga kembali mengalami ketidakmampuan mengontrol buang air kecilnya (inkontinensia).

“Pada dasarnya setiap orang pasti pernah punya pengalaman mengompol, bahkan pada saat dewasa. Umumnya hal ini terjadi karena tidur yang sangat nyenyak (deep sleep),”jelasnya.

Untuk pencegahannya, tumbuhkan kebiasaan anak seperti mengurangi minum air. Kemudian ajarkan anak untuk buang air kecil sebelum tidur. Kemudian memberi reward buat si anak kalo dia lepas dari mengompol malam itu dan kalau masih terus mengompol,  sikapi dengan sabar dan suruh si anak biar ikut membersihkan tempat tidur yang diompolinya.

“Yang paling penting adalah tidak menambah stres yang dirasakan anak. Untuk itu, perilaku mengolok-olok mereka sering memperparah perilaku mengompol tersebut. Semakin ortu ‘concern’ (menaruh perhatian besar) pd masalah mengompolnya anak, maka membuat anak menjadi semakin stres,”ujarnya. (tri/ram)

 

Anak ngompol
Anak ngompol

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Mengompol memang hal lumrah yang dialamai anak kecil. Kalau sekali dua kali memamg tidak masalah, tetapi jika setiap hari pasti akan membuat jengkel orang tua. Dengan memarahi si anak ternyata bukanlah menjadi solusi untuk si anak bisa menghentikan kebiasaannya tersebut.

“Kalau dulu, orang tua sering memberikan hukuman bagi anaknya yang mengompol. Misalnya dengan menyuruh anaknya membersihkan tempat tidurnya atau bahkan memarahinya. Namun ternyata pemberian hukuman itu malah sering memperparah perilaku mengompolnya, karena dengan dimarahi si anak menjadi semakin stres,”papar Direktur Minauli Consulting, Dra. Irna Minauli, Msi, Psikolog.

Dijelaskan Irna, orangtua harus menyadari bahwa perilaku mengompol itu seringkali bukanlah kehendak anak tersebut, karena seringkali merek tidak mampu mengendalikan kemampuan buang air kecilnya ketika tidur. Disebutkannya, ada dua faktor yang mempengaruhi anak yang suka mengompol.

Anak yang masih mengompol di atas usia 6 tahun bisa jadi dikarenakan dua faktor yang pertama, faktor Biologis alias keturunan yakni kebiasaan si anak yang mengompol diturunkan dari orang tua kandung. Yang kedua adalah faktor fisiologis misalnya kandung kemih yang kecil atau gangguan ginjal. Akan tetapi ada sktr 10 persen anak yang tidak mengalami kedua jenis gangguan tersebut tapi tetap mengompol.

Pengaruhnya, kata Irna, kondisi mengompol ini tentunya sangat memalukan dan tidak menyenangkan, sehingga membuat banyak anak menjadi malu dan mungkin terpaksa membatasi relasi dan kegiatan sosialnya krn takut ketahuan oleh teman-temannya. Setelah dewasa, pengaruhnya biasanya hampir tidak ada, karena sejalan dengan pertambahan usia, mereka juga sudah semakin jarang mengompol atau bahkan sudah bisa menghilangkan kebiasaan mengompolnya itu. Dijelaskannya, mengompol bukan hanya kebiasaan pada anak kecil saja, pada saat seseorang mengalami penuaan, biasanya mereka juga kembali mengalami ketidakmampuan mengontrol buang air kecilnya (inkontinensia).

“Pada dasarnya setiap orang pasti pernah punya pengalaman mengompol, bahkan pada saat dewasa. Umumnya hal ini terjadi karena tidur yang sangat nyenyak (deep sleep),”jelasnya.

Untuk pencegahannya, tumbuhkan kebiasaan anak seperti mengurangi minum air. Kemudian ajarkan anak untuk buang air kecil sebelum tidur. Kemudian memberi reward buat si anak kalo dia lepas dari mengompol malam itu dan kalau masih terus mengompol,  sikapi dengan sabar dan suruh si anak biar ikut membersihkan tempat tidur yang diompolinya.

“Yang paling penting adalah tidak menambah stres yang dirasakan anak. Untuk itu, perilaku mengolok-olok mereka sering memperparah perilaku mengompol tersebut. Semakin ortu ‘concern’ (menaruh perhatian besar) pd masalah mengompolnya anak, maka membuat anak menjadi semakin stres,”ujarnya. (tri/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/