Pemain Hanya Silaturahmi
JAKARTA: PSSI semakin emosi melihat mantan pelatih Timnas, Alfred Riedl. Penanggung jawab tim nasional Bernhard Limbong meminta mantan pelatih timnas senior Alfred Riedl untuk segera angkat kaki dari Indonesia karena dianggap sudah mengganggu persatuan di tim Merah Putih.
Hal itu diungkapkan Limbong kepada wartawan di sekretariat PSSI di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta. Sikap Limbong ini muncul menyusul pernyataan Riedl yang mengkritik kinerja pelatih timnas senior Wim Rijsbergen.
Riedl sebelumnya menyatakan, dirinya sudah tidak berpihak lagi kepada Rijsbergen yang mengeluarkan kata-kata tak pantas kepada pemain timnas senior di kamar ganti saat dikalahkan Bahrain 2-0 dalam pertandingan putaran tiga Pra Piala Dunia 2014 zona Asia.
“Riedl tidak berkompeten mengurusi masalah sepakbola Indonesia, karena kontraknya telah berakhir. Rekor Riedl tidak sebanding dengan Rijsbergen. Riedl cuma mampu membawa Indonesia meraih kemenangan di tim Asia Tenggara. Kemenangan yang diraih dengan permainan tidak meyakinkan,” cetus Limbong.
“Karena itu, sebaiknya Riedl jangan banyak berkelakar. Silahkan Riedl meninggalkan Indonesia. Segera tinggalkan Indonesia, dan jangan ganggu pemain Indonesia,” sambungnya.
Limbong juga akan memanggil pemain timnas senior yang kabarnya menemui Riedl. Menurut Limbong, Riedl sudah ada di Indonesia sejak 6 September lalu, atau saat Indonesia menghadapi Bahrain.
“Kan ada penolakan atas Wim. Kabarnya ada sejumlah pemain yang menemui Riedl di pusat perbelanjaan di Senayan. Para pemain yang menemui Riedl akan kami panggil. Kami akan menginvestigasi pertemuan itu,” ungkap Limbong.
Mantan Asisten Pelatih Wolfgang Pikal mengaku, pertemuan punggawa timnas Indonesia dengan mantan pelatih timnas, Alfred Riedl, hanyalah silaturahmi biasa.
“Benar, pemain bertemu dengan Alfred Riedl,” ungkap Pikal.
“Saya tidak bisa sebutkan namanya, tidak sampai tujuh orang (seperti rumor yang beredar). Pembicaraannya seperti apa, maaf saya tidak bisa mengatakan. Itu urusan mereka sendiri, silahkan tanyakan mereka,” lanjutnya.
Saat ditanya mengenai atmosfer pertemuan itu, Pikal mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut adalah pertemuan silaturahmi antara orang-orang yang memiliki hubungan erat.
“Tidak formal, hanya teman bertemu teman, ngobrol-ngobrol, ya seperti silaturahmi,” ujar pria kelahiran Austria yang sudah lama menetap dan beristrikan orang Indonesia itu.
Insiden pelemparan petasan alias mercon dalam laga tim nasional melawan Bahrain di Stadion Gelora Bung Karno pekan lalu benar-benar membuat Polri malu. Betapa tidak, presiden SBY sampai harus meninggalkan lokasi dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2014 itu.
“Karena itu, ada antisipasi yang sudah dibuat. Misalnya nanti ada tim yang masuk ke penonton. Tugasnya khusus mengawasi potensi anarkis, bisa langsung tangkap di tempat,” ujar Kabagpenum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar pada Jawa Pos (grup Sumut Pos), kemarin (10/9). Mantan Kapolres Pasuruan itu menyebut, penjuru pengamanan laga berikutnya yakni 11 Oktober tetap berada di Polda Metro Jaya. “Namun, tidak menutup kemungkinan karena ini even internasional, ada supervisi dari Mabes,” katanya.
Saat ditanya soal sanksi bagi petugas yang lalai, Boy mengaku tahapnya masih dalam penyelidikan. “Secara internal pasti ada evaluasi. Sudah berjalan,” katanya. Apa akan ada pencopotan? “Oh tidak, tidak sejauh itu,” elak mantan Kanit Negosiasi Densus 88 Polri ini.
Empat pelaku yang sebelumnya ditangkap, kini sudah dilepaskan dan hanya dilakukan pembinaan. Dari pemeriksaan, petasan diperoleh penonton dari membeli di dalam stadion.
Petasan seharga Rp 10 ribu itu ditengarai dimasukan ke dalam stadion melalui celah-celah yang tidak diawasi. (bbs/jpnn)
Padahal, petugas saat itu menjaga di setiap pintu masuk stadion.
Petasan diduga dimasukan saat suasana masih sepi, penjagaan belum terlalu ketat. “Tidak hanya petasan, ke depan kita juga akan tertibkan soal asap yang dinyalakan secara berlebihan. Itu menyesakkan nafas dan cukup menggangu,” kata Boy.
Secara terpisah, Direktur Indonesian Police Watch Neta Sanusi Pane mendesak Mabes Polri melakukan pencopotan terhadap pejabat Polda Metro Jaya yang bertanggungjawab dalam pengamanan. “Bayangkan, presiden dipermalukan di depan publik. Ingat itu ditonton internasional lho,” katanya. Menurut penulis buku Jangan Bosan Kritik Polisi itu, jika dibiarkan saja akan jadi citra buruk bagi kapolri.”Berarti jenderal Timur Pradopo diam saja melihat anak buahnya lalai yang ujungnya wibawa SBY jatuh,” katanya. (rdl/iro/net/bbs/jpnn)