26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Uskup Ruteng Diminta Kembalikan Uang Gereja Rp1,6 Miliar

Foto: BISHOPS’ CONFERENCE OF INDONESIA
Di usianya yang menginjak 58 tahun, Hubertus Leteng mengakhiri posisi keuskupannya lebih cepat 17 tahun sebelum masa pensiunnya tiba.

SUMUTPOS.CO – Monsinyur (Mgr) Hubertus Leteng, pemimpin Keuskupan Ruteng di Nusa Tenggara Timur, diminta agar mengembalikan dana gereja sebesar Rp1,6 miliar yang diduga diselewengkannya untuk kepentingan pribadi.

Permintaan itu muncul meskipun Paus Fransiskus sebagai pimpinan tertinggi Gereja Katolik Roma sudah menerima pengunduran diri Hubertus dari jabatan uskup, Rabu (11/10).

Kewajiban pengembalian dana gereja itu diutarakan Romo Robert Pelita, yang sejak Juni lalu bersama 68 pastor lain mendesak agar Hubertus meletakkan jabatan.

Robert mendasarkan ucapannya pada pernyataan perwakilan Vatikan yang datang ke Ruteng pekan ini.

“Ada penegasan dari utusan Vatikan. Prinsipnya uang itu harus dikembalikan,” kata Robert yang berstatus wakil Keuskupan Ruteng di Labuan Bajo, kepada BBC Indonesia.

Namun, kata Robert, utusan Vatikan tidak memberikan jangka waktu pengembalian uang kepada Hubertus. “Hanya ditegaskan bahwa uang harus dikembalikan, entah berapa lama,” ujarnya.

Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr Ignatius Suharyo, enggan memaparkan duduk perkara di balik pengunduran diri Hubertus. Ia juga mengaku tidak mengetahui tindak lanjut Vatikan atas dugaan penyelewengan dana oleh Hubertus.

“Ini adalah urusan rahasia antara pimpinan tertinggi Gereja Katolik Roma dan yang mereka utus untuk memverifivikasi perkara itu. Yang seperti itu, kami-kami ini tidak tahu,” kata Ignatius.

Saat berita ini diturunkan, BBC Indonesia telah berulang kali menghubungi Hubertus sebagai upaya konfirmasi namun dia tidak mengangkat telepon yang telah tersambung.

 

Foto: ROMEO GACAD/AFP
Ketua Presidium KWI, Ignatius Suharyo, menyebut pengunduran diri Hubertus Leteng hanya diketahui Vatikan.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Nusa Tenggara Timur, Kombes Julies Abraham Abast, menyebut lembaganya belum menerima aduan apapun terkait dugaan penyelewengan dana gereja tersebut.

Sebelum Keuskupan Ruteng melaporkan dugaan itu, kata Julies, kepolisian menganggap isu tersebut tidak valid dan merupakan urusan internal gereja.

“Sejauh ini tidak ada indikasi perbuatan pidana dan keuskupan juga tidak melaporkan kepada kami. Kalau ada aduan, kami pasti akan menindaklanjuti,” tuturnya.

 

‘GEJOLAK UMAT’

Romo Robert Pelita menuturkan, isu Hubertus mengambil dana gereja tanpa izin telah berkembang sejak 2014 setelah sekelompok imam dan umat menduga Hubertus mengambil Rp1,25 miliar dari common funds milik KWI dan sekitar 425 juta dari kas Keuskupan Ruteng.

“Keuskupan sesungguhnya sudah punya statuta mengatur keuangan. Selama ini, itu semua dilangkahi Monsinyur Hubertus,” ujar Robert.

 

Hubertus, kata Robert, sudah pernah mempertanggungjawabkan nominal uang yang hilang itu kepada Dewan Imam dan Dewan Konsul. Pada forum itu, Hubertus mengaku menggunakan uang tersebut untuk membiayai pendidikan seorang remaja ke akademi penerbangan di Amerika Serikat.

“Tapi nama anak, keluarga anak, dan sekolah disebutnya dengan inisial. Dia bilang anak itu dari keluarga miskin,” ujar Robert.

“Apakah pengakuan itu betul, masih disangsikan. Kesangsian yang lahir dari pernyataan dia yang menggunakan inisial.”

Foto: Ulet Ifansasti/Getty Images
Nusa Tenggara Timur memiliki tradisi Katolik yang mengakar, terutama di daerah Larantuka yang terkenal dengan prosesi peringatan kematian Yesus Kristus.

Lebih dari itu, Robert berharap pengunduran diri Hubertus tidak memicu gejolak baru di antara para pastor maupun komunitas umat Katolik di kabupaten itu.

Sekretaris Jenderal Keuskupan Ruteng, Romo Munfred Huber menyebut institusinya akan mengadakan pertemuan dengan para pastor di daerah itu pada 20 Oktober mendatang. Ia berkata, para imam memegang peran vital untuk menjaga hubungan baik antara pemeluk Katolik di Ruteng.

“Imam diminta untuk menyejukkan umat dan memupuk persaudaraan agar semua tetap bersatu. Semuanya akan didekati melalui para imam,” ucap Munfred.

Publikasi pengunduran diri Uskup Hubertus muncul pada pengumuman Vatikan tanggal 11 Oktober kemarin. Dalam surat itu, Vatikan menyebut Paus Benediktus telah menunjuk Mgr Sylvester San untuk menggantikan posisi Hubertus di Ruteng. Sebelumnya, Syvester berstatus sebagai Uskup Denpasar.

Terkait tertutupnya gereja soal pengunduran diri Hubertus, Ignatius Suharyo menyebut kepentingan umat Katolik sebagai salah satu pertimbangan.

“Semuanya demi kebaikan. Gereja tidak mau merugikan nama baik siapapun, sehingga dibuat sangat rahasia, tidak seperti politik yang melengserkan atau memfitnah. Itu bukan cara gereja menghadapi masalah,” ujarnya. (Abraham Utama/BBC)

Foto: BISHOPS’ CONFERENCE OF INDONESIA
Di usianya yang menginjak 58 tahun, Hubertus Leteng mengakhiri posisi keuskupannya lebih cepat 17 tahun sebelum masa pensiunnya tiba.

SUMUTPOS.CO – Monsinyur (Mgr) Hubertus Leteng, pemimpin Keuskupan Ruteng di Nusa Tenggara Timur, diminta agar mengembalikan dana gereja sebesar Rp1,6 miliar yang diduga diselewengkannya untuk kepentingan pribadi.

Permintaan itu muncul meskipun Paus Fransiskus sebagai pimpinan tertinggi Gereja Katolik Roma sudah menerima pengunduran diri Hubertus dari jabatan uskup, Rabu (11/10).

Kewajiban pengembalian dana gereja itu diutarakan Romo Robert Pelita, yang sejak Juni lalu bersama 68 pastor lain mendesak agar Hubertus meletakkan jabatan.

Robert mendasarkan ucapannya pada pernyataan perwakilan Vatikan yang datang ke Ruteng pekan ini.

“Ada penegasan dari utusan Vatikan. Prinsipnya uang itu harus dikembalikan,” kata Robert yang berstatus wakil Keuskupan Ruteng di Labuan Bajo, kepada BBC Indonesia.

Namun, kata Robert, utusan Vatikan tidak memberikan jangka waktu pengembalian uang kepada Hubertus. “Hanya ditegaskan bahwa uang harus dikembalikan, entah berapa lama,” ujarnya.

Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr Ignatius Suharyo, enggan memaparkan duduk perkara di balik pengunduran diri Hubertus. Ia juga mengaku tidak mengetahui tindak lanjut Vatikan atas dugaan penyelewengan dana oleh Hubertus.

“Ini adalah urusan rahasia antara pimpinan tertinggi Gereja Katolik Roma dan yang mereka utus untuk memverifivikasi perkara itu. Yang seperti itu, kami-kami ini tidak tahu,” kata Ignatius.

Saat berita ini diturunkan, BBC Indonesia telah berulang kali menghubungi Hubertus sebagai upaya konfirmasi namun dia tidak mengangkat telepon yang telah tersambung.

 

Foto: ROMEO GACAD/AFP
Ketua Presidium KWI, Ignatius Suharyo, menyebut pengunduran diri Hubertus Leteng hanya diketahui Vatikan.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Nusa Tenggara Timur, Kombes Julies Abraham Abast, menyebut lembaganya belum menerima aduan apapun terkait dugaan penyelewengan dana gereja tersebut.

Sebelum Keuskupan Ruteng melaporkan dugaan itu, kata Julies, kepolisian menganggap isu tersebut tidak valid dan merupakan urusan internal gereja.

“Sejauh ini tidak ada indikasi perbuatan pidana dan keuskupan juga tidak melaporkan kepada kami. Kalau ada aduan, kami pasti akan menindaklanjuti,” tuturnya.

 

‘GEJOLAK UMAT’

Romo Robert Pelita menuturkan, isu Hubertus mengambil dana gereja tanpa izin telah berkembang sejak 2014 setelah sekelompok imam dan umat menduga Hubertus mengambil Rp1,25 miliar dari common funds milik KWI dan sekitar 425 juta dari kas Keuskupan Ruteng.

“Keuskupan sesungguhnya sudah punya statuta mengatur keuangan. Selama ini, itu semua dilangkahi Monsinyur Hubertus,” ujar Robert.

 

Hubertus, kata Robert, sudah pernah mempertanggungjawabkan nominal uang yang hilang itu kepada Dewan Imam dan Dewan Konsul. Pada forum itu, Hubertus mengaku menggunakan uang tersebut untuk membiayai pendidikan seorang remaja ke akademi penerbangan di Amerika Serikat.

“Tapi nama anak, keluarga anak, dan sekolah disebutnya dengan inisial. Dia bilang anak itu dari keluarga miskin,” ujar Robert.

“Apakah pengakuan itu betul, masih disangsikan. Kesangsian yang lahir dari pernyataan dia yang menggunakan inisial.”

Foto: Ulet Ifansasti/Getty Images
Nusa Tenggara Timur memiliki tradisi Katolik yang mengakar, terutama di daerah Larantuka yang terkenal dengan prosesi peringatan kematian Yesus Kristus.

Lebih dari itu, Robert berharap pengunduran diri Hubertus tidak memicu gejolak baru di antara para pastor maupun komunitas umat Katolik di kabupaten itu.

Sekretaris Jenderal Keuskupan Ruteng, Romo Munfred Huber menyebut institusinya akan mengadakan pertemuan dengan para pastor di daerah itu pada 20 Oktober mendatang. Ia berkata, para imam memegang peran vital untuk menjaga hubungan baik antara pemeluk Katolik di Ruteng.

“Imam diminta untuk menyejukkan umat dan memupuk persaudaraan agar semua tetap bersatu. Semuanya akan didekati melalui para imam,” ucap Munfred.

Publikasi pengunduran diri Uskup Hubertus muncul pada pengumuman Vatikan tanggal 11 Oktober kemarin. Dalam surat itu, Vatikan menyebut Paus Benediktus telah menunjuk Mgr Sylvester San untuk menggantikan posisi Hubertus di Ruteng. Sebelumnya, Syvester berstatus sebagai Uskup Denpasar.

Terkait tertutupnya gereja soal pengunduran diri Hubertus, Ignatius Suharyo menyebut kepentingan umat Katolik sebagai salah satu pertimbangan.

“Semuanya demi kebaikan. Gereja tidak mau merugikan nama baik siapapun, sehingga dibuat sangat rahasia, tidak seperti politik yang melengserkan atau memfitnah. Itu bukan cara gereja menghadapi masalah,” ujarnya. (Abraham Utama/BBC)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/