JAKARTA, SUMUTPOS.CO -Pemerintah berencana menggelar operasi pasar. Tujuannya, untuk menjaga stabilitas pasokan pangan saat Ramadan dan Idul Fitri.
Hanya saja kebijakan tersebut menimbulkan pertanyaan. Yakni soal rencana menggelontorkan beras impor di gudang Perum Bulog.
Anggota DPR Fraksi Golkar, Firman Soebagyo mengatakan, beras impor yang digelontorkan harusnya lebih murah dari beras lokal. Dia pun ragu kebijakan ini ampuh menekan harga beras di pasaran.
“Logikanya kan kalau OP itu harga terjangkau. Harusnya murah kan. Tapi kalau harga berasnya lebih mahal jadi buat apa kita impor,” kata dia dilansir Rakyat Merdeka (Sumut Pos Grup), Jumat (11/5).
Idealnya, kata dia, OP dilakukan untuk menjaga stabilitas harga. Sehingga masyarakat mampu membeli beras dengan harga terjangkau.
“Tetapi dengan adanya impor yang jauh lebih mahal, sehingga tidak bisa dibeli dengan harga murah dengan kualitas yang baik, artinya, ada apa?,” tanya Firman.
“Jadi OP ini hanya jadi alasan saja untuk dijadikan pembenaran agar bisa impor. Dibalik itu ada pemain-pemain, ada kepentingan-kepentingan di dalamnya. Tapi Siapa? Saya kira ini menarik dilakukan kajian,” lanjut dia.
Dia juga curiga impor beras ini untuk kepentingan politik di 2019. Kecurigaan Anggota Komisi IV DPR ini lantaran tahun lalu, Kemendag sudah komit untuk tidak impor beras.
“Buktinya, harga beras tahun lalu juga stabil. Tapi belakangan begitu memasuki tahun politik, Kemendag malah buka impor kran beras 500 ribu ton,” tegas dia.
Terpisah, salah satu pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Afong tegaskan situasi harga beras saat ini sudah turun.
Menurut dia, harga beras medium saat ini rata-rata jauh di bawah Rp9.000 per kilogram. HET untuk beras medium sendiri Rp 9450 per kilogram untuk wilayah Jawa dan Jakarta.
“Bahkan beberapa waktu lalu (harga beras medium di Cipinang) ada yang pernah menyentuh Rp 7900 per kilogram,” katanya.
Mengenai OP yang dilakukan Bulog, dia tidak terlalu yakin akan efektif. Buktinya, harga beras selama ini turun, bukan karena OP, tapi karena memang suplai beras berlebih dan di berbagai daerah sentra produksi banyak panen.
“Jadi harga turun bukan karena operasi pasar tapi karena produksi melimpah,” pungkasnya.(mam/jpg/jpc/ala)