26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Prancis v Kroasia: Mengukir Sejarah Baru

Playmaker Kroasia Luka Modric coba ukit sejarah baru buat Kroasia.

SUMUTPOS.CO – Akhirnya Piala Dunia 2018 memasuki episode akhir. Prancis dan Kroasia menjadi dua tim tersisa yang berhak untuk memperebutkan Piala Dunia, supremasi tertinggi sepak bola dunia pada pertarungan di Stadion Luzhniki, Moskow, Minggu (15/7) malam.

Prancis mengincar gelar piala dunia keduanya dan ini kali ketiga Les Blues berhasil menembus final. Pada tahun 1998 mereka menjadi juara pertama kali setelah mengalahkan Brasil dan tahun 2006 harus puas sebagai runner up setelah tumbang dari Italia.

Sementara bagi Kroasia ini adalah final pertama sepanjang sejarah mereka. Prestasi terbaik sebelumnya saat menjadi juara ketiga tahun 1998. Ketika itu mereka melakukan debut.

Gelandang Prancis, Blaise Matuidi, menilai timnya memiliki peluang besar untuk menjuarai Piala Dunia kedua setelah edisi 1998. Menurutnya, skuat Prancis yang dihuni pemain keturunan dari negara-negara lain adalah kelebihan tersendiri.

“Saya rasa perbedaan yang ada di tim ini adalah bukti bahwa negara ini adalah negara yang indah,” kata Matuidi dilansir dari Twitter GFFN. “Kami semua bangga mewakili Prancis. Bagi kami ini perasaan luar biasa,” tutur pemain Juventus itu.

Timnas Prancis memang menjadi tim dengan jumlah pemain impor yang paling banyak di Piala Dunia 2018. Berdasarkan data OECD, tim arahan Deschamps itu menggunakan 78 persen pemain yang memiliki keturunan dari negara lain. Kebanyakan pemain Prancis memiliki keturunan dari negara-negara Benua Afrika.

Matuidi yang memiliki darah Angola berpasangan dengan Paul Pogba yang keturunan Guinea. Sementara di lini belakang, Samuel Umtiti yang berasal dari Kamerun menjaga pertahanan Les Bleus.

Di partai final, Matuidi diprediksi tetap diturunkan sebagai starter meskipun mengalami masalah di kepalanya. Eks pemain Paris Saint-Germain itu dikabarkan mengalami gegar otak ringan di laga kontra Belgia.

Namun Kroasia mengintip sejarah untuk menjadi juara dunia baru. Jika merunut pada siklus 20 tahunan di mana selalu lahir juara dunia baru, tahun ini waktu yang tepat. Untuk melakukan hal ini di kesempatan lain sepertinya sulit. Pasalnya materi Kroasia tahun ini memang mumpuni.

“Setelah hari ini, semua orang di Kroasia dan seluruh dunia akan berpikir bahwa kami telah membuat sejarah. Sekarang hanya tersisa satu laga lagi bagi kami untuk membuat prestasi yang akan dikenang selamanya,” ucap Lovren di mixed zone Stadion Luzhniki.

“Sekarang pun, orang-orang akan mengingat bahwa kami telah setara dengan tim pada Piala Dunia 1998 dan ini yang saya inginkan. Oleh karena itu, saya sangat bangga dan kami layak mendapatkan semua ini,” tuturnya.

Menghadapi pertandingan final tersebut, Dejan Lovren mengakui bahwa Perancis memiliki keunggulan dalam hal kondisi fisik setelah Kroasia melewati tiga laga yang masing-masing berdurasi 120 menit secara berturut-turut.”Pencapaian ini sudah menjadi sejarah, terutama jika mengingat bahwa kami telah bermain 3 x 120 menit dan Perancis punya kaki lebih bugar ketimbang kami. Kami memiliki mentalitas besar,” kata Lovren.

Keberhasilan Kroasia mencapai final Piala Dunia 2018 bukan kebetulan. Bukan pula campur tangan keberuntungan. Tim asuhan Zlatko Dalic itu memang punya kualitas untuk bisa melenggang ke final Piala Dunia untuk pertama kalinya. Kroasia memiliki pemain-pemain berkualitas yang membuat tim menjadi solid.

Playmaker Kroasia Luka Modric coba ukit sejarah baru buat Kroasia.

SUMUTPOS.CO – Akhirnya Piala Dunia 2018 memasuki episode akhir. Prancis dan Kroasia menjadi dua tim tersisa yang berhak untuk memperebutkan Piala Dunia, supremasi tertinggi sepak bola dunia pada pertarungan di Stadion Luzhniki, Moskow, Minggu (15/7) malam.

Prancis mengincar gelar piala dunia keduanya dan ini kali ketiga Les Blues berhasil menembus final. Pada tahun 1998 mereka menjadi juara pertama kali setelah mengalahkan Brasil dan tahun 2006 harus puas sebagai runner up setelah tumbang dari Italia.

Sementara bagi Kroasia ini adalah final pertama sepanjang sejarah mereka. Prestasi terbaik sebelumnya saat menjadi juara ketiga tahun 1998. Ketika itu mereka melakukan debut.

Gelandang Prancis, Blaise Matuidi, menilai timnya memiliki peluang besar untuk menjuarai Piala Dunia kedua setelah edisi 1998. Menurutnya, skuat Prancis yang dihuni pemain keturunan dari negara-negara lain adalah kelebihan tersendiri.

“Saya rasa perbedaan yang ada di tim ini adalah bukti bahwa negara ini adalah negara yang indah,” kata Matuidi dilansir dari Twitter GFFN. “Kami semua bangga mewakili Prancis. Bagi kami ini perasaan luar biasa,” tutur pemain Juventus itu.

Timnas Prancis memang menjadi tim dengan jumlah pemain impor yang paling banyak di Piala Dunia 2018. Berdasarkan data OECD, tim arahan Deschamps itu menggunakan 78 persen pemain yang memiliki keturunan dari negara lain. Kebanyakan pemain Prancis memiliki keturunan dari negara-negara Benua Afrika.

Matuidi yang memiliki darah Angola berpasangan dengan Paul Pogba yang keturunan Guinea. Sementara di lini belakang, Samuel Umtiti yang berasal dari Kamerun menjaga pertahanan Les Bleus.

Di partai final, Matuidi diprediksi tetap diturunkan sebagai starter meskipun mengalami masalah di kepalanya. Eks pemain Paris Saint-Germain itu dikabarkan mengalami gegar otak ringan di laga kontra Belgia.

Namun Kroasia mengintip sejarah untuk menjadi juara dunia baru. Jika merunut pada siklus 20 tahunan di mana selalu lahir juara dunia baru, tahun ini waktu yang tepat. Untuk melakukan hal ini di kesempatan lain sepertinya sulit. Pasalnya materi Kroasia tahun ini memang mumpuni.

“Setelah hari ini, semua orang di Kroasia dan seluruh dunia akan berpikir bahwa kami telah membuat sejarah. Sekarang hanya tersisa satu laga lagi bagi kami untuk membuat prestasi yang akan dikenang selamanya,” ucap Lovren di mixed zone Stadion Luzhniki.

“Sekarang pun, orang-orang akan mengingat bahwa kami telah setara dengan tim pada Piala Dunia 1998 dan ini yang saya inginkan. Oleh karena itu, saya sangat bangga dan kami layak mendapatkan semua ini,” tuturnya.

Menghadapi pertandingan final tersebut, Dejan Lovren mengakui bahwa Perancis memiliki keunggulan dalam hal kondisi fisik setelah Kroasia melewati tiga laga yang masing-masing berdurasi 120 menit secara berturut-turut.”Pencapaian ini sudah menjadi sejarah, terutama jika mengingat bahwa kami telah bermain 3 x 120 menit dan Perancis punya kaki lebih bugar ketimbang kami. Kami memiliki mentalitas besar,” kata Lovren.

Keberhasilan Kroasia mencapai final Piala Dunia 2018 bukan kebetulan. Bukan pula campur tangan keberuntungan. Tim asuhan Zlatko Dalic itu memang punya kualitas untuk bisa melenggang ke final Piala Dunia untuk pertama kalinya. Kroasia memiliki pemain-pemain berkualitas yang membuat tim menjadi solid.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/