UISU Al Munawwarah akan Terapkan Sistem E-Learning
MEDAN-Pemanfaatan komputer dalam pertukaran informasi jarak jauh atau yang disebut e-learning diyakini mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Selain itu e-learning juga mampu menjelaskan tentang dimensi waktu antara dosen dan mahasiswa untuk bisa berinteraksi dengan cara tidak bersamaan.
Setidaknya Rektor UISU Zulkarnain Lubis mengatakan, kehadiran sistem e-learning mendapatkan respon poistif dari beberapa daerah seperti Aceh Timur dan Aceh Utara.
Menurutnya dalam waktu dekat UISU dan beberapa kampus di daerah yang disebutkannya akan segera menerapkan sistem e-learning dalam mewujudkan kualitas pendidikan.
“Kita sudah punya konsep, tinggal mengujinya seberapa jauh konsep e-learning yang kita tawarkan itu dengan idealnya. Jika dikatakan konsep kita sudah layak baru kita jalankan,” terangnya di lokakarya implementasi aplikasi e-learning, di Hotel Grand Antares, Minggu (9/10) malam.
Ini juga bilang, Zulkarnain, untuk menyahuti kebijakan Kopertis yang meminta perguruan tinggi untuk menerapkan sistem tersebut. Disinggung mengenai kesiapan SDM UISU untuk menjalani sistem e-learning, dirinya mengaku UISU memiliki SDM yang sudah untuk menerapkannya. “Kalau tidak kita mulai sekarang kapan lagi. Kita membuat konsep sesuai kondisi kemampuan kita baik infrastruktur maupun prasarananya. Sepanjang ada jaringan internet semua bisa kita lakukan,” ujarnya.
Ungkapan Zulkarnain ini terkait dengan apa yang disampaikan oleh DR Neil Butcher, Konsultan World Bank yang menjadi pemateri dalam lokakarya malam itu. “Pemanfaatan teknologi jarak jauh ini tidak secara langsung menggantikan tatap muka. Bahkan lebih dari itu, interaksi bisa terjadi meskipun proses belajar mengajar dengan jarak yang jauh,”jelas DR Neil Butcher.
Dia juga mengaku cukup bangga dengan mulai diterapkannya sistem e-learning di beberapa negara berkembang, sehingga dengan teknologi yang tersedia memiliki peluang yang tidak terbatas dengan desain pembelajaran yang sangat tinggi. “Untuk menerapkan e-learning hanya butuh waktu singkat dengan didukung penyediaan panduan yang sangat jelas. Salah satu contoh, di Afrika Selatan, 9 universitas menggunakan sistem manajemen pembelajaran e-learning untuk menyusun mata kuliah on line. Selain menghemat biaya juga akan terjalin kerja sama dalam prosesnya,” sebutnya.
Disinggung mengenai jaringan jelek, Neil Butcher mengaku bisa teratasi, mengingat World Bank telah melakukan kerja sama dengan beberapa lembaga jaringan untuk menkoneksi jaringan sebagai keseriusan dalam mendukung program e-learning khusunya di negara berkembang.
Hal senada juga disampaikan wakil ketua DETIK NAS, Ir Zainal Hasibuan PhD.
Dirinya yang merupakan dosen di Universitas Indonesia ini mengaku penerapan e-learning. “Kita sadari bahwa evaluasi akan meningkat dengan penerapan e-learning, selain bahan-bahan mudah didapat, materi yang disampaikan akan lebih tertata, bahkan untuk proses penyusunan akreditasi,”ujarnya.
Untuk pengawasan terhadap mahasiswanya sendiri, dengan latar belakang jarak yang cukup jauh, lanjut Zainal, yakni bisa dilakukan dengan mencoba untuk mengikat mahasiswa lewat sistem yang diterapkan.
Dirinya mencontohkan, dosen bisa melakukan kombinasi materi secara sinkronus, asinkronus, dan tatap muka. Namun, terkait ketakutan para otoritas tentang adanya penyalahgunaan fasilitas, menurut Zainal bisa diatasi dengan membangun tim pengembang atau support yang kuat. (uma)