26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Deg-degan Menjalang Amputasi

Riska Aprilia, Penderita Tumor di Kaki Kiri

Riska Aprilia (14), pasien Jamkesmas yang menderita tumor di kaki kiri, harus merelakan kakinya tersebut diamputasi. Pasalnya, menurut dokter yang merawatnya, kaki kirinya tersebut tak bisa diobati lagi, selain dengan cara mengamputasinya. Seperti apa?

Jhonson P Siahaan, Medan

Saat wartawan koran ini mengunjunginya di Ruang Hijri Ismail, Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Medan, Risak yang saat itu mengenakan baju kuning terlihat terbaring lemas. Dia ditemani kedua orangtuanya, Supriyanto (41) dan Sukiyem (35) dan beberapa sanak familinya dari Langkat yang saat itu menjenguk.  Supriyanto mengaku, kondisi anaknya mulai sehat dan mendapat pelayanan yang baik dari pihak RSU Haji Medan. “Pelayanan di RS Haji ini baik dan bagus. Tidak seperti di RSU Bandung tempat anak saya dirawat sebelumnya. Di RS Bandung, saya dikutip uang darah, namun di sini tidak ada dikutip biaya apapun,” katanya.

Sambil melirik anaknya, Supriyanto mengatakan, hari ini (13/10), Riska akan menjalani operasi. “Anak saya akan dioperasi besok (hari ini, Red). Kaki kirinya akan diamputasi karena tidak bisa terselamatkan lagi dan memang harus dipotong,” ucapnya sedih.

Sementara itu, Sukiyem, sang ibu tidak dapat berbuat apapun, karena memang sudah begitu keputusan dari pihak medis. “Perasaan sedih memang ada, tapi tidak apa-apa dan kalau memang begitu yang terbaik, ya kita operasi kaki kirinya dan harus diamputasi,” tuturnya.

Sambil berdiri memandangi anak pertamanya itu, Sukiyem berharap ada dermawan yang perduli dengan anaknya usai operasi nanti. “Saya harapkan agar ada orang yang perduli dengan nasib kami dan sudi kiranya menyumbangkan kaki kiri palsu untuk anak saya,” harapnya.

Sukiyem mengaku, anaknya sudah tidak mengikuti pelajaran di sekolah selama enam bulan. “Tapi oleh gurunya dia tetap dianggap sekolah. Selesai operasi nanti, anak saya akan bersekolah kembali dan anak saya, akan ikut ujian juga,” pungkasnya.

Diceritakannya, selama beberapa hari dirawat di RS Bandung, Riska tidak mendapatkan perawatan dengan baik. Malah mereka dipungut biaya untuk pembayaran delapan kantong darah. “Padahal anak saya itu peserta Jamkesmas, tetapi RS Bandung dikutip biaya pembayaran uang kantong darah sebesar Rp2.040.000. Memang uangnya sudah dikembalikan, tetapi apakah sudah miskin justru harus dijepit lagi,” katanya.

Ditambahkan Supriyanto dengan sedih, dirinya sudah menjual semua barang-barang berharga demi mengobati Riska yang menderita tumor tersebut. “Semua barang saya sudah saya jual, termasuk sepeda motor untuk jualan es keliling. Yang penting anak saya bisa cepat sembuh dan bisa beraktivitas kembali dan saya berharap agar ada orang yang perduli dengan anak saya memberikan kaki kiri palsu,” tambahnya.

Dengan posisi terbaring lemas, tangan kirinya menempel di selang infus dan selang darah, Riska dengan wajah sedih dan mata yang berkaca-kaca mengaku, sedih kehilangan kaki kirinya. “Sedih dan deg-degan Bang, tapi kata dokter harus dioperasi, ya sudah dioperasi saja,” katanya.

Diceritakan Riska, dirinya ingin menjalani kehidupan normal kembali, tapi kalau sudah takdir mau bilang apa. “Sudah takdir dan saya gantungkan kepada Allah SWT semuanya Bang,” pungkasnya.(*)

Riska Aprilia, Penderita Tumor di Kaki Kiri

Riska Aprilia (14), pasien Jamkesmas yang menderita tumor di kaki kiri, harus merelakan kakinya tersebut diamputasi. Pasalnya, menurut dokter yang merawatnya, kaki kirinya tersebut tak bisa diobati lagi, selain dengan cara mengamputasinya. Seperti apa?

Jhonson P Siahaan, Medan

Saat wartawan koran ini mengunjunginya di Ruang Hijri Ismail, Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Medan, Risak yang saat itu mengenakan baju kuning terlihat terbaring lemas. Dia ditemani kedua orangtuanya, Supriyanto (41) dan Sukiyem (35) dan beberapa sanak familinya dari Langkat yang saat itu menjenguk.  Supriyanto mengaku, kondisi anaknya mulai sehat dan mendapat pelayanan yang baik dari pihak RSU Haji Medan. “Pelayanan di RS Haji ini baik dan bagus. Tidak seperti di RSU Bandung tempat anak saya dirawat sebelumnya. Di RS Bandung, saya dikutip uang darah, namun di sini tidak ada dikutip biaya apapun,” katanya.

Sambil melirik anaknya, Supriyanto mengatakan, hari ini (13/10), Riska akan menjalani operasi. “Anak saya akan dioperasi besok (hari ini, Red). Kaki kirinya akan diamputasi karena tidak bisa terselamatkan lagi dan memang harus dipotong,” ucapnya sedih.

Sementara itu, Sukiyem, sang ibu tidak dapat berbuat apapun, karena memang sudah begitu keputusan dari pihak medis. “Perasaan sedih memang ada, tapi tidak apa-apa dan kalau memang begitu yang terbaik, ya kita operasi kaki kirinya dan harus diamputasi,” tuturnya.

Sambil berdiri memandangi anak pertamanya itu, Sukiyem berharap ada dermawan yang perduli dengan anaknya usai operasi nanti. “Saya harapkan agar ada orang yang perduli dengan nasib kami dan sudi kiranya menyumbangkan kaki kiri palsu untuk anak saya,” harapnya.

Sukiyem mengaku, anaknya sudah tidak mengikuti pelajaran di sekolah selama enam bulan. “Tapi oleh gurunya dia tetap dianggap sekolah. Selesai operasi nanti, anak saya akan bersekolah kembali dan anak saya, akan ikut ujian juga,” pungkasnya.

Diceritakannya, selama beberapa hari dirawat di RS Bandung, Riska tidak mendapatkan perawatan dengan baik. Malah mereka dipungut biaya untuk pembayaran delapan kantong darah. “Padahal anak saya itu peserta Jamkesmas, tetapi RS Bandung dikutip biaya pembayaran uang kantong darah sebesar Rp2.040.000. Memang uangnya sudah dikembalikan, tetapi apakah sudah miskin justru harus dijepit lagi,” katanya.

Ditambahkan Supriyanto dengan sedih, dirinya sudah menjual semua barang-barang berharga demi mengobati Riska yang menderita tumor tersebut. “Semua barang saya sudah saya jual, termasuk sepeda motor untuk jualan es keliling. Yang penting anak saya bisa cepat sembuh dan bisa beraktivitas kembali dan saya berharap agar ada orang yang perduli dengan anak saya memberikan kaki kiri palsu,” tambahnya.

Dengan posisi terbaring lemas, tangan kirinya menempel di selang infus dan selang darah, Riska dengan wajah sedih dan mata yang berkaca-kaca mengaku, sedih kehilangan kaki kirinya. “Sedih dan deg-degan Bang, tapi kata dokter harus dioperasi, ya sudah dioperasi saja,” katanya.

Diceritakan Riska, dirinya ingin menjalani kehidupan normal kembali, tapi kalau sudah takdir mau bilang apa. “Sudah takdir dan saya gantungkan kepada Allah SWT semuanya Bang,” pungkasnya.(*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/