26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Rentan Penyakit, Pencarian Korban Berakhir Kamis

istimewa
SEDIH: Sepasang suami istri sedih menyaksikan rumah mereka yang porak poranda dihantam gempa dan tsunami.

PALU, SUMUTPOS.CO – Proses evakuasi terhadap korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng) terus dilakukan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (PNPB) mencatat, per Senin (8/10), sudah ada 1.948 korban yang berhasil diidentifikasi.

Meski demikian, BNPB memastikan pencarian korban gempa dan tsunami tidak dilanjutkan setelah Kamis (11/10). Untuk itu, tim SAR gabungan akan memaksimalkan sisa waktu tiga hari ke depan.

Kepala BNPB, Willem Rampangilei, menuturkan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) Badan SAR Nasional (Basarnas), pencarian korban hanya berlangsung tujuh hari. Jika dilihat per Senin (8/10), maka sudah ada penambahan empat hari. Lalu ditambah lagi tiga hari berikutnya hingga Kamis mendatang.

“Kalau tanggal 11 berarti sudah 14 hari,” ujar Willem Rampangilei di Graha BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Senin (8/10).

Pertimbangan lainnnya, imbuh Willem, para rentang waktu yang 14 hari korban sudah dipastikan meninggal dunia. Jika dapat diselamatkan, maka kondisinya sudah tidak utuh. “Jenazah itu sudah sulit diidentifikasi, sudah rusak,” sebutnya.

Tidak hanya itu, faktor lainnya penghentian pencarian korban setelah hari ke-14 yakni kondisi jenazah sudah terkubur lama. Parahnya lagi jenazah itu dipastikan telah menularkan penyakit. “Kondisi itu akan membahayakan orang yang hidup,” tegas purnawirawan perwira tinggi TNI AL itu.

Salah satu titik pencarian mayat korban gempa dan tsunami dilakukan di Perumnas Balaroa, Kecamatan Palu Barat. Pencarian korban tersebut dilakukan oleh Badan SAR Nasional (Basarnas) serta sejumlah relawan.

Komandan Tim 5 Basarnas, Setiawan Abbas mengatakan, pihaknya pada hari ini berhasil mengevakuasi enam jenazah dari reruntuhan puing di Perumnas Balaroa. “ Namun, baru satu yang teridentifikasi,” kata Abas saat ditemui di lokasi.

Kondisi jenazah tersebut telah mengeluarkan bau tidak sedap. Sebab telah 10 hari tertimbun reruntuhan puing dan terendam lumpur likuifaksi.

Proses evakuasi dibantu enam alat berat. Namun kondisi reruntuhan puing bangunan menyulitkan Tim SAR dan relawan melakukan proses evakuasi.

Perumnas Balaroa merupakan satu dari sekian wilayah terdampak bencana gempa dan tsunami. Pada daerah tersebut terjadi likuifaksi yang menyebabkan tanah menjadi lumpur. Akibat peristiwa tersebut, diduga ribuan korban jiwa masih belum ditemukan. Gempa bermagnitudo 7,4 melanda Palu pada Jumat, (28/9), lalu diikuti dengan tsunami, menyebabkan setidaknya hampir 2.000 orang tewas dan 5.000 lainnya hilang.

Sementara itu Senin kemarin, sebanyak 220 prajurit TNI yang sebelumnya bertugas menangani pasca gempa NTB bergeser ke wilayah di Sulawesi Tengah itu.

Ratusan prajurit yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca gempa bumi NTB tersebut berangkat menggunakan KRI Teluk Lampung-540 dan KRI Teluk Cirebon-543. Pergeseran pasukan menuju Pelabuhan Makassar itu dibagi menjadi dua sorty dari Dermaga Lembar, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, NTB, Senin (8/10).

Menurut Panglima Komando Tugas Gabungan Terpadu (Pangkogasgabpad) Lombok Mayjen TNI Madsuni, pergeseran pasukan ke Kota Palu dan Kabupaten Donggala, untuk membantu percepatan proses pembersihan dampak dari bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah.

Selain pasukan dan perlengkapannya, dikirimkan pula bantuan pakaian layak pakai dan 50 buah tandon air kapasitas tampung 500 kilogram. “Kami alihkan ke Kota Palu dan Kabupaten Donggala yang lebih membutuhkan,” ujar Madsuni melalui keterangannya, Senin (8/10).

Sedangkan alat berat yang dibawa, antara lain satu unit dozer D 65 25 ton, satu dozer D 53, satu exavator Pc 200, satu exavator Pc 130, dua truk NPS, satu mobil Triton, satu truk tangki pengangkut air dan empat motor KLX dinas.

istimewa
SEDIH: Sepasang suami istri sedih menyaksikan rumah mereka yang porak poranda dihantam gempa dan tsunami.

PALU, SUMUTPOS.CO – Proses evakuasi terhadap korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng) terus dilakukan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (PNPB) mencatat, per Senin (8/10), sudah ada 1.948 korban yang berhasil diidentifikasi.

Meski demikian, BNPB memastikan pencarian korban gempa dan tsunami tidak dilanjutkan setelah Kamis (11/10). Untuk itu, tim SAR gabungan akan memaksimalkan sisa waktu tiga hari ke depan.

Kepala BNPB, Willem Rampangilei, menuturkan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) Badan SAR Nasional (Basarnas), pencarian korban hanya berlangsung tujuh hari. Jika dilihat per Senin (8/10), maka sudah ada penambahan empat hari. Lalu ditambah lagi tiga hari berikutnya hingga Kamis mendatang.

“Kalau tanggal 11 berarti sudah 14 hari,” ujar Willem Rampangilei di Graha BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Senin (8/10).

Pertimbangan lainnnya, imbuh Willem, para rentang waktu yang 14 hari korban sudah dipastikan meninggal dunia. Jika dapat diselamatkan, maka kondisinya sudah tidak utuh. “Jenazah itu sudah sulit diidentifikasi, sudah rusak,” sebutnya.

Tidak hanya itu, faktor lainnya penghentian pencarian korban setelah hari ke-14 yakni kondisi jenazah sudah terkubur lama. Parahnya lagi jenazah itu dipastikan telah menularkan penyakit. “Kondisi itu akan membahayakan orang yang hidup,” tegas purnawirawan perwira tinggi TNI AL itu.

Salah satu titik pencarian mayat korban gempa dan tsunami dilakukan di Perumnas Balaroa, Kecamatan Palu Barat. Pencarian korban tersebut dilakukan oleh Badan SAR Nasional (Basarnas) serta sejumlah relawan.

Komandan Tim 5 Basarnas, Setiawan Abbas mengatakan, pihaknya pada hari ini berhasil mengevakuasi enam jenazah dari reruntuhan puing di Perumnas Balaroa. “ Namun, baru satu yang teridentifikasi,” kata Abas saat ditemui di lokasi.

Kondisi jenazah tersebut telah mengeluarkan bau tidak sedap. Sebab telah 10 hari tertimbun reruntuhan puing dan terendam lumpur likuifaksi.

Proses evakuasi dibantu enam alat berat. Namun kondisi reruntuhan puing bangunan menyulitkan Tim SAR dan relawan melakukan proses evakuasi.

Perumnas Balaroa merupakan satu dari sekian wilayah terdampak bencana gempa dan tsunami. Pada daerah tersebut terjadi likuifaksi yang menyebabkan tanah menjadi lumpur. Akibat peristiwa tersebut, diduga ribuan korban jiwa masih belum ditemukan. Gempa bermagnitudo 7,4 melanda Palu pada Jumat, (28/9), lalu diikuti dengan tsunami, menyebabkan setidaknya hampir 2.000 orang tewas dan 5.000 lainnya hilang.

Sementara itu Senin kemarin, sebanyak 220 prajurit TNI yang sebelumnya bertugas menangani pasca gempa NTB bergeser ke wilayah di Sulawesi Tengah itu.

Ratusan prajurit yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca gempa bumi NTB tersebut berangkat menggunakan KRI Teluk Lampung-540 dan KRI Teluk Cirebon-543. Pergeseran pasukan menuju Pelabuhan Makassar itu dibagi menjadi dua sorty dari Dermaga Lembar, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, NTB, Senin (8/10).

Menurut Panglima Komando Tugas Gabungan Terpadu (Pangkogasgabpad) Lombok Mayjen TNI Madsuni, pergeseran pasukan ke Kota Palu dan Kabupaten Donggala, untuk membantu percepatan proses pembersihan dampak dari bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah.

Selain pasukan dan perlengkapannya, dikirimkan pula bantuan pakaian layak pakai dan 50 buah tandon air kapasitas tampung 500 kilogram. “Kami alihkan ke Kota Palu dan Kabupaten Donggala yang lebih membutuhkan,” ujar Madsuni melalui keterangannya, Senin (8/10).

Sedangkan alat berat yang dibawa, antara lain satu unit dozer D 65 25 ton, satu dozer D 53, satu exavator Pc 200, satu exavator Pc 130, dua truk NPS, satu mobil Triton, satu truk tangki pengangkut air dan empat motor KLX dinas.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/