30 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Akses ke Danau Toba Berangsur Normal, Masih Satu Jembatan Bisa Dilalui

istimewa
MELINTAS: Sejumlah kendaraan melintasi satu jembatan Siduadua di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Rabu (19/12).

SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – MATERIAL longsor yang memutus akses ke Danau Toba, tepatnya di jembatan Siduadua Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, sudah dibersihkan. Arus lalu lintas yang sempat macet sepanjang 18 Km, kini mulai normal.

Menurut Camat Parapat Boas Damanik, sejak longsor terjadi, para petugas terus bekerja membersihkan material longsor yang menimbun jembatan Siduadua dan mengevakuasi truk pengangkut sembako yang terguling serta minibus, dan Toyota Rush yang ikut terpapar lumpur. “Sejak Rabu (19/12) dini hari sekira pukul 01.00 WIBn

satu jembatan sudah bisa dilalui. Sejak itu kendaraan bisa lewat satu persatu,” ungkap Damanik.

Satu jembatan lagi, sebelah kiri dari arah Pematangsiantar masih terus dilakukan penangangan oleh para petugas gabungan untuk membersihkan lumpur sisa longsoran. Menurut Damanik, sejauh ini belum ada yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi longsor lanjutan.

Dia hanya meminta para pengendara yang melintasi lokasi agar tetap waspada. “Ya, berdoa saja kita biar tak longsor lagi. Tetaplah hati-hati saat berkendara dan melintas dari lokasi, apalagi saat musim hujan seperti sekarang,” katanya.

Sejauh ini polisi masih terus berada di lokasi membantu melakukan pengaturan lalu lintas, termasuk dari jajaran Kepolisian Daerah Sumut membantu petugas Polres Simalungun dan Polsek Parapat. Kapolres Simalungun, AKBP Liberty Panjaitan yang dikonfirmasi kemarin siang, kondisi arus lalulintas dari Pematangsiantar ke lokasi wisata Parapat dan Tapanuli Utara sudah berangsur membaik.

Menurutnya, pihak kepolisian bersama pihak terkait terus bekerja keras melakukan normalisasi dengan melakukan evakuasi longsoran tanah di jembatan itu. “Pukul 00.05 WIB tadi (dini hari kemarin) jalur sudah bisa dilalui namun kondisinya masih becek, kemudian lanjut dinormalisasi oleh Dinas PU menggunakan alat berat dari konsultan Bumi Karsa. Tadi pagi hingga sore ini sudah bisa dilalui, namun masih satu jembatan saja,” ungkapnya.

Untuk kondisi jembatan itu, pihak konsultan masih melakukan pemeriksaan kelayakannya. Ia mengatakan, meski longsoran tanah di jembatan sudah diangkut, namun tanah yang berada di bawah tepatnya di sungai masih menumpuk. “Konsultan dan pelaksana sudah turun melakukan pengecekan apakah jembatan benar-benar berfungsi tanpa masalah. Untuk penyeberangan sudah bisa dilalui, tapi di bawahnya masih banyak tumpukan tanah longsor. Kita bersama Muspika dan Dinas Bina Marga Provsu sudah melakukan rapat untuk melakukan pemindahan agar sungai kembali normal,” terangnya.

Meski sudah bisa dilalui, pihaknya masih melakukan reakayasa lalulintas. Arus masih dialihkan melalui persimpangan Palang ke Persimpangan Sidauhat. “Karena masih ada tumpukan tanah yang belum dipindah sepanjang 100 meter dengan lebar 7 meter dengan ketinggian kuranglebih 1 meter,” terangnya.

Pihaknya bersama sejumlah pihak menargetkan normalisasi arus lalulintas di seputaran jembatan bisa dilalui hingga kemarin sore. “Namun kembali lagi ke alam. Seandainya akan terjadi hujan dan jatuh lagi longsor yang lebih besar, kita tidak bisa memberikan jaminan pasti. Tapi mudah-mudahan tidak ada kendala,” ungkapnya.

Ia memastikan, jembatan aman untuk dilintasi oleh pengguna jalan. Untuk kendaraan bermuatan 100 ton sudah ada yang bisa melintas. Dikatakannya, selain longsor di jembatan tersebut, di dekat kawasan Penatapan Parapat yang berlokasi sebelum jembatan, juga terjadi longsor. “Jadi ada longsoran lain selain di jembatan itu, yakni di daerah Penatapan. Tapi tidak sebesar di jembatan kembar,” pungkasnya.

Siaga Alat Berat

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut meminta kepada pihak terkait untuk menyiagakan alat berat di jalur lintas yang rawan. Hal ini setelah berbagai kejadian longsor di sejumlah daerah, dan yang terakhir di Jalinsum Siantar-Parapat (Simalungun).

Kepala BPBD Sumut Riadil Akhir Lubis mengatakan, kondisi pasca longsor di Jalinsum menuju Parapat tepatnya di Sibaganding, Kabupaten Simalungun, kini jalur sudah dapat dilalui kendaraan dengan lancar. Meskipun sempat ada kendala dalam membuka jalan yang tertimbun material longsor, sejak Rabu (19/12) dini hari, lalu lintas sudah membaik. “Sejak jam 02.30 Wib (dini hari) kemari sudah bisa dilalui. Kendalanya memang saat itu hujan deras, jadi kita khawatir akan terjadi longsor susulan seperti yang di Tobasa lalu,” sebut Riadil, Rabu (19/12).

Begitu juga pasca jalan dibuka, Riadil mengakui, pihaknya telah meminta bantuan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah II Medan dan Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi. Hal ini karena dalam penanganan bencana untuk membersihkan material longsor dibutuhkan alat berat yang dimiliki instansi tersebut. “Jadi alat berat sudah standby di dekat lokasi ya g rawan. Begitu juga di tempat lain seperti di Dairi, Karo dan daerah lain yang dianggap rawan,” katanya.

Hari ini Terakhir Pencairan Korban Longsor Tobasa

Sementara untuk longsor di Desa Halado Kecamatan Pintu Pohan Meranti, kemarin malam adalah batas waktu terakhir upaya pencarian dilakukan. Sebab katanya, standard pencarian dilakukan selama tujuh hari.

Pun begitu, tidak tertutup kemungkinan pencarian berlanjut untuk tujuh hari berikutnya. Hal ini karena selain ada desakan masyarakat, juga kemungkinan ditemukan korban yang masih tertimbun menjadi pertimbangan. Karena itu, pihaknya menunggu keputusan dari Basarnas, apakah upaya dilakukan lanjut atau tidak.

“Alat yang digunakan pun mobil damkar (pemadam kebakaran). Karena kalau dicangkol atau pakai alat berat, kita khawatir mengenai korban. Makanya digunakan semprot air, karena material longsor juga sudah padat. Tetapi intinya bisa saja dilanjutkan untuk tujuh hari berikutnya. Kita doakan yang terbaik,” pungkasnya.

Usut Pembalakan Liar

Dinas Kehutanan (Dishut) Sumut akan menurunkan tim mengusut dugaan adanya penebangan liar atau pengerusakan hutan yang menyebabkan terjadinya longsor di Desa Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Kabupaten Simalungun dan menutup jalan nasional Pematang Siantar-Parapat, Selasa (18/12).

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pematang Siantar-Simalungun, Dinas Kehutanan Sumut, Jonner Sipahutar yang dihubungi wartawan, Rabu (19/12) mengatakan, sejauh ini pihaknya belum dapat memastikan penyebab longsor di Desa Sibaganding, apakah karena pengerusakan hutan atau faktor alam lainnya. “Untuk memastikan apakah memang ada pengundulan atau pengerusakan hutan di Desa Sibaganding, saya sudah tugaskan anggota mengusutnya,” ujar Jonner.

Jonner menambahkan, memang ada kawasan hutan di Desa Sibaganding yang sudah menjadi hak pengelolaan lain yang dijadikan perkebunan oleh masyarakat. Dia juga menegaskan, jika memang ada pengerusakan hutan yang menjadi penyebab terjadinya longsor di Desa Sibaganding, pihaknya akan menindak tegas sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Anggota DPRD Sumatera Utara, Richard Sidabutar meminta Dinas Kehutanan Sumut dan Poldasu tidak menutup mata adanya indikasi pengerusakan hutan yang menjadi pemicu longsor di Desa Sibaganding. “Jika indikasi penyebab longsor memang perusakan hutan, Dinas Kehutanan dan Poldasu harus menindak tegas, karena sangat membahayakan nyawa banyak orang di sekitarnya dan pengguna jalan di kawasan Danau Toba,” sebut Richard.

Dishut Sumut diharapkannya tidak membiarkan penebangan hutan di sekitar kawasan Danau Toba, termasuk di Desa Sibaganding sebelum kerusakannya lebih parah dan sulit direhabilitasi. (dvs/bal/bbs)

istimewa
MELINTAS: Sejumlah kendaraan melintasi satu jembatan Siduadua di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Rabu (19/12).

SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – MATERIAL longsor yang memutus akses ke Danau Toba, tepatnya di jembatan Siduadua Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, sudah dibersihkan. Arus lalu lintas yang sempat macet sepanjang 18 Km, kini mulai normal.

Menurut Camat Parapat Boas Damanik, sejak longsor terjadi, para petugas terus bekerja membersihkan material longsor yang menimbun jembatan Siduadua dan mengevakuasi truk pengangkut sembako yang terguling serta minibus, dan Toyota Rush yang ikut terpapar lumpur. “Sejak Rabu (19/12) dini hari sekira pukul 01.00 WIBn

satu jembatan sudah bisa dilalui. Sejak itu kendaraan bisa lewat satu persatu,” ungkap Damanik.

Satu jembatan lagi, sebelah kiri dari arah Pematangsiantar masih terus dilakukan penangangan oleh para petugas gabungan untuk membersihkan lumpur sisa longsoran. Menurut Damanik, sejauh ini belum ada yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi longsor lanjutan.

Dia hanya meminta para pengendara yang melintasi lokasi agar tetap waspada. “Ya, berdoa saja kita biar tak longsor lagi. Tetaplah hati-hati saat berkendara dan melintas dari lokasi, apalagi saat musim hujan seperti sekarang,” katanya.

Sejauh ini polisi masih terus berada di lokasi membantu melakukan pengaturan lalu lintas, termasuk dari jajaran Kepolisian Daerah Sumut membantu petugas Polres Simalungun dan Polsek Parapat. Kapolres Simalungun, AKBP Liberty Panjaitan yang dikonfirmasi kemarin siang, kondisi arus lalulintas dari Pematangsiantar ke lokasi wisata Parapat dan Tapanuli Utara sudah berangsur membaik.

Menurutnya, pihak kepolisian bersama pihak terkait terus bekerja keras melakukan normalisasi dengan melakukan evakuasi longsoran tanah di jembatan itu. “Pukul 00.05 WIB tadi (dini hari kemarin) jalur sudah bisa dilalui namun kondisinya masih becek, kemudian lanjut dinormalisasi oleh Dinas PU menggunakan alat berat dari konsultan Bumi Karsa. Tadi pagi hingga sore ini sudah bisa dilalui, namun masih satu jembatan saja,” ungkapnya.

Untuk kondisi jembatan itu, pihak konsultan masih melakukan pemeriksaan kelayakannya. Ia mengatakan, meski longsoran tanah di jembatan sudah diangkut, namun tanah yang berada di bawah tepatnya di sungai masih menumpuk. “Konsultan dan pelaksana sudah turun melakukan pengecekan apakah jembatan benar-benar berfungsi tanpa masalah. Untuk penyeberangan sudah bisa dilalui, tapi di bawahnya masih banyak tumpukan tanah longsor. Kita bersama Muspika dan Dinas Bina Marga Provsu sudah melakukan rapat untuk melakukan pemindahan agar sungai kembali normal,” terangnya.

Meski sudah bisa dilalui, pihaknya masih melakukan reakayasa lalulintas. Arus masih dialihkan melalui persimpangan Palang ke Persimpangan Sidauhat. “Karena masih ada tumpukan tanah yang belum dipindah sepanjang 100 meter dengan lebar 7 meter dengan ketinggian kuranglebih 1 meter,” terangnya.

Pihaknya bersama sejumlah pihak menargetkan normalisasi arus lalulintas di seputaran jembatan bisa dilalui hingga kemarin sore. “Namun kembali lagi ke alam. Seandainya akan terjadi hujan dan jatuh lagi longsor yang lebih besar, kita tidak bisa memberikan jaminan pasti. Tapi mudah-mudahan tidak ada kendala,” ungkapnya.

Ia memastikan, jembatan aman untuk dilintasi oleh pengguna jalan. Untuk kendaraan bermuatan 100 ton sudah ada yang bisa melintas. Dikatakannya, selain longsor di jembatan tersebut, di dekat kawasan Penatapan Parapat yang berlokasi sebelum jembatan, juga terjadi longsor. “Jadi ada longsoran lain selain di jembatan itu, yakni di daerah Penatapan. Tapi tidak sebesar di jembatan kembar,” pungkasnya.

Siaga Alat Berat

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut meminta kepada pihak terkait untuk menyiagakan alat berat di jalur lintas yang rawan. Hal ini setelah berbagai kejadian longsor di sejumlah daerah, dan yang terakhir di Jalinsum Siantar-Parapat (Simalungun).

Kepala BPBD Sumut Riadil Akhir Lubis mengatakan, kondisi pasca longsor di Jalinsum menuju Parapat tepatnya di Sibaganding, Kabupaten Simalungun, kini jalur sudah dapat dilalui kendaraan dengan lancar. Meskipun sempat ada kendala dalam membuka jalan yang tertimbun material longsor, sejak Rabu (19/12) dini hari, lalu lintas sudah membaik. “Sejak jam 02.30 Wib (dini hari) kemari sudah bisa dilalui. Kendalanya memang saat itu hujan deras, jadi kita khawatir akan terjadi longsor susulan seperti yang di Tobasa lalu,” sebut Riadil, Rabu (19/12).

Begitu juga pasca jalan dibuka, Riadil mengakui, pihaknya telah meminta bantuan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah II Medan dan Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi. Hal ini karena dalam penanganan bencana untuk membersihkan material longsor dibutuhkan alat berat yang dimiliki instansi tersebut. “Jadi alat berat sudah standby di dekat lokasi ya g rawan. Begitu juga di tempat lain seperti di Dairi, Karo dan daerah lain yang dianggap rawan,” katanya.

Hari ini Terakhir Pencairan Korban Longsor Tobasa

Sementara untuk longsor di Desa Halado Kecamatan Pintu Pohan Meranti, kemarin malam adalah batas waktu terakhir upaya pencarian dilakukan. Sebab katanya, standard pencarian dilakukan selama tujuh hari.

Pun begitu, tidak tertutup kemungkinan pencarian berlanjut untuk tujuh hari berikutnya. Hal ini karena selain ada desakan masyarakat, juga kemungkinan ditemukan korban yang masih tertimbun menjadi pertimbangan. Karena itu, pihaknya menunggu keputusan dari Basarnas, apakah upaya dilakukan lanjut atau tidak.

“Alat yang digunakan pun mobil damkar (pemadam kebakaran). Karena kalau dicangkol atau pakai alat berat, kita khawatir mengenai korban. Makanya digunakan semprot air, karena material longsor juga sudah padat. Tetapi intinya bisa saja dilanjutkan untuk tujuh hari berikutnya. Kita doakan yang terbaik,” pungkasnya.

Usut Pembalakan Liar

Dinas Kehutanan (Dishut) Sumut akan menurunkan tim mengusut dugaan adanya penebangan liar atau pengerusakan hutan yang menyebabkan terjadinya longsor di Desa Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Kabupaten Simalungun dan menutup jalan nasional Pematang Siantar-Parapat, Selasa (18/12).

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pematang Siantar-Simalungun, Dinas Kehutanan Sumut, Jonner Sipahutar yang dihubungi wartawan, Rabu (19/12) mengatakan, sejauh ini pihaknya belum dapat memastikan penyebab longsor di Desa Sibaganding, apakah karena pengerusakan hutan atau faktor alam lainnya. “Untuk memastikan apakah memang ada pengundulan atau pengerusakan hutan di Desa Sibaganding, saya sudah tugaskan anggota mengusutnya,” ujar Jonner.

Jonner menambahkan, memang ada kawasan hutan di Desa Sibaganding yang sudah menjadi hak pengelolaan lain yang dijadikan perkebunan oleh masyarakat. Dia juga menegaskan, jika memang ada pengerusakan hutan yang menjadi penyebab terjadinya longsor di Desa Sibaganding, pihaknya akan menindak tegas sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Anggota DPRD Sumatera Utara, Richard Sidabutar meminta Dinas Kehutanan Sumut dan Poldasu tidak menutup mata adanya indikasi pengerusakan hutan yang menjadi pemicu longsor di Desa Sibaganding. “Jika indikasi penyebab longsor memang perusakan hutan, Dinas Kehutanan dan Poldasu harus menindak tegas, karena sangat membahayakan nyawa banyak orang di sekitarnya dan pengguna jalan di kawasan Danau Toba,” sebut Richard.

Dishut Sumut diharapkannya tidak membiarkan penebangan hutan di sekitar kawasan Danau Toba, termasuk di Desa Sibaganding sebelum kerusakannya lebih parah dan sulit direhabilitasi. (dvs/bal/bbs)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/