LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Setelah sekian lama dinanti, akhirnya jalur alternatif Langkat-Karo sudah bisa dilalui. Jalur yang melalui Kecamatan Sei Bingei inipun hanya memakan waktu 90 menit menuju Tanah Karo.
Hasil penelusuran reporter Sumut Pos, Sabtu (30/12). Badan jalan jalur alternatif bagi warga Stabat, Langkat yang ingin menuju Tanahkaro itu kini sudah dilapisi aspal.
Dengan menumpangi kendaraan roda empat, dari Stabat menuju Tanah Karo, awak koran ini melintasi Jalan Jamin Ginting, Kelurahan Tanahseribu, Binjai Selatan. Berjalan mengikuti jalur yang sudah tersedia, juga melintasi Markas Komando Batalyon Infanteri 100/Prajurit Setia.
Ada sekitar 50 km lebih jalan yang harus dilintasi untuk menuju perbatasan Karo, tepatnya di Desa Pamah Semelir, Sei Bingai.
Cukup banyak perkampungan yang harus dilintasi. Mulai dari Desa Namu Ukur Utara, Rumah Galuh, Simpang Kuta Buluh hingga tiba di Pamah Semelir. Kondisi badan jalannya yang dilalui pun terbilang cukup mulus.
Sebelum tiba di Desa Pamah Semilir, anda juga wajib melintasi daerah wisata Pelaruga. Di Desa Pamah Semelir, suasana alam kian sejuk. Anda dibuatnya nyaman. Dibanding melintas jalur Kota Medan, yang dikhawatirkan macet.
Meski hanya ditempuh 90 menit, jalur alternatif menuju Tanahkaro ini belum dipasang marka jalan, lampu penerangan jalan umum. Karena di perbatasan yang dikelilingi bukit, dan sejumlah lokasi tidak terdapat sinyal untuk melakukan kontak telepon.
Kepala Dinas Perhubungan Langkat, Alders Syam pun menyampaikan bahwa jalan alternatif Langkat-Karo saat ini tengah tahap penyempurnan. Dikatakannya, untuk Binjai-Berastagi sekira 70 kilometer.
“Kalau berangkat dari Langkat, rute yang dilewati Simpang Durin Mulo (Kecamatan Kuala)-Simpang Rumah Galuh (Kecamatan Sei Bingai)-Desa Rumah Galuh-Desa Telagah-Desa Pamah Semelir, menuju perbatasan Langkat dengan Karo,” jelasnya, Minggu (30/12).
Sementara dari arah sebaliknya, perkampungan yang harus dilalui yakni, Desa Kutarakyat-Bamanteran-Sukandebi-Simpangempat-Gajah dan Tugu Kol Beratasi. Menurut Alders, kondisi jalan di Desa Rumahgaluh hingga Pamah Semelir sudah diaspal hotmix.
“Dari Pamah Semelir sampai perbatasan, aspal kondisi baik. Dari perbatasan sampai Desa Kutarakyat aspal kondisi baik. Dari Kutarakyat sampai Desa Simpang Empat aspal kondisi mantap. Dari Desa Simpang Empat sampai Tugu Kol Berastagi aspal kondisi mantap,” urai dia.
Terpisah, warga yang melintasi jalur alternatif Langkat-Karo mengapresiasi pemerintah yang membuka jalur alternatif tersebut.
“Dari Langkat sudah bisa tembus ke Karo, tepatnya di Lau Kawar. Mungkin karena hujan, aspal baru masih licin. Waktu (perjalanan) juga hemat. Bisa 1 sampai 1,5 jam. Malam belum ada penerangan,” ujar Fatwa Lubis warga.
Pandangan senada juga diucapkan Dian, warga Kota Binjai yang tengah beristirahat di Desa Pamah Semelir, Sei Bingai Langkat. Dikatakannya, untuk menuju Tanah Kar, hemat waktu 60 sampai 90 menit.
“Aspal sudah halus, kondisi akses lancar sampai Berastagi. Penerangan belum ada, signal di perbatasan juga belum, (galon) minyak belum ada,”kata warga yang sudah dua kali melintasi jalur alternatif tersebut.
Perekonomian Masyarakat Meningkat.
Dibukanya jalur alternatif Langkat-Karo, diyakini berdampak baik dengan perekonomian masyarakat sekitarnya.
Selain memanfaatkan jalur alternatif tersebut, pemandangan pegunungan dan udara yang sejuk sepanjang jalan menjadi potensi bagi masyarakat untuk membuat tempat persinggahan dan membuka warung bagi pelancong dan masyarakat yang melintas.
Seperti diungkapkan Menda Sembiring, salah satu pemilik warung di sepanjang jalur alternatif.
“Sekarang sudah ramai lewat sini. Yang berkunjung dan membeli semakin bertambah, lumayan lah bertambah omzet rezeki. Apalagi nanti kalau sudah ada lampu penerangan jalan, mungkin pada malam hari terus ramai yang melintasi jalan ini,”pungkasnya sambil tersenyum lebar. (ted/han)