29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Harga Makanan dan Minum Mahal di Samosir Viral di Medsos, Pengusaha Diminta Cantumkan Daftar Harga Menu

Unggahan Struktur Pembayaran Yang di Upload Juliati Sagala di Facebooknya.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Baru-baru ini, masyarakat dihebohkan viralnya unggahan struk pembayaran harga makanan dan minuman yang dinilai mencekik leher wisatawan saat berkunjung di salah satu tempat wisata di Pulau Samosir.

Unggahan pemilik akun facebook Juliati Sagala, itupun mendapat kritik dan komentar dari para netizen.

Dalam unggahannya, Juliati Sagala yang menilai harga kuliner terlalu mahal, yakni Satu Set Meja Rp30 ribu, 1 Kopi Hitam Rp15 ribu, Teh Manis Rp15 Ribu x 3 gelas = Rp 45 ribu, dan Aqua Rp 10 ribu, total keseluruhannya berjumlah Rp115 ribu.

Menanggapi keluhan mahalnya harga makanan dan minuman tersebut, Kadis Pariwisata Pemkab Samosir Ombang Siboro mengaku telah menurunkan tim untuk melakukan klarifikasi terhadap pengelola tempat kuliner yang berada di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, persis di tepi Danau Toba.

“Kalau tidak membayar kita tidak dapat meja. Kalau memesan dulu, pasti ada meja. Tinggal perspektif kita bagaimana menilai harga itu,” ungkap Ombang saat dikonfirmasi Sumut Pos, Senin (7/1) siang.

Setelah dilakukan klarifikasi, Ombang menyebutkan, pemilik atau pengelola tempat kuliner tersebut, merupakan warga asal Jakarta. Jadinya pola pengelolaan usahanya disamakan seperti kafe di Jakarta.

“Orang Jakarta turun buka usaha di Nainggolan. Polanya sama lah dibuatnya seperti di Jakarta. Agak sedikit mahal memang. Kalau kita berpariwisata, tidak mahal itu. Kalau mau mengutang, itu kemahalan Rp100 ribu atau Rp 10 ribu,” jelas Ombang.

Dengan kejadian tersebut, Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir, mengeluarkan kebijakan kepada seluruh tempat kuliner yang ada di kawasan Danau Toba diwajibkan untuk membuat harga makan dan minuman di daftar menu yang disajikan.

“Dia (pengelola) percaya diri soal itu, tidak jadi masalah itu. Saya sudah turun tim soal itu. Kita diajarinya, wisatawa kita bukan recehan ini, tapi mahal bapak,” sebut Ombang.

Ia menjelaskan bila harga makanan dan minuman di menu diterahkan juga dengan harganya, tinggal wisatawan yang berpikir mau makan atau tidak. Bila harganya mahal atau murah menurutnya. Begitu juga, pihaknya tidak bisa melakukan intervensi soal harga makanan dan minuman tersebut.

“Kalau kita bicara itu, emang mahal. Solusi kita, buat daftar menu dengan mencantumkan harga setiap menunya. Berapa harga itu, terserah dia. Kalau kemahalan, orang bisa pulang. Biar lah pasar yang menentukan itu. Kita tidak tidak bisa intervensi harga dengan membuat standarisasi harga,” ucap Ombang.

Ia menambahkan kepada seluruh pelaku usaha kuliner di Kabupaten Samosir untuk jujur dan tidak mengecewakan wisatawan yang berkunjung ke Danau terbesar di Asian ini. Namun, pihak Dispar Kabupaten Samosir, tetap melakukan pengawasan keseluruhannya.

“Yang penting terbuka (jujur), harga berapa setiap menu. Kalau menunya mahal, bisa dipilih dengan menu yang murah,” tandasnya.(gus/han)

Unggahan Struktur Pembayaran Yang di Upload Juliati Sagala di Facebooknya.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Baru-baru ini, masyarakat dihebohkan viralnya unggahan struk pembayaran harga makanan dan minuman yang dinilai mencekik leher wisatawan saat berkunjung di salah satu tempat wisata di Pulau Samosir.

Unggahan pemilik akun facebook Juliati Sagala, itupun mendapat kritik dan komentar dari para netizen.

Dalam unggahannya, Juliati Sagala yang menilai harga kuliner terlalu mahal, yakni Satu Set Meja Rp30 ribu, 1 Kopi Hitam Rp15 ribu, Teh Manis Rp15 Ribu x 3 gelas = Rp 45 ribu, dan Aqua Rp 10 ribu, total keseluruhannya berjumlah Rp115 ribu.

Menanggapi keluhan mahalnya harga makanan dan minuman tersebut, Kadis Pariwisata Pemkab Samosir Ombang Siboro mengaku telah menurunkan tim untuk melakukan klarifikasi terhadap pengelola tempat kuliner yang berada di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, persis di tepi Danau Toba.

“Kalau tidak membayar kita tidak dapat meja. Kalau memesan dulu, pasti ada meja. Tinggal perspektif kita bagaimana menilai harga itu,” ungkap Ombang saat dikonfirmasi Sumut Pos, Senin (7/1) siang.

Setelah dilakukan klarifikasi, Ombang menyebutkan, pemilik atau pengelola tempat kuliner tersebut, merupakan warga asal Jakarta. Jadinya pola pengelolaan usahanya disamakan seperti kafe di Jakarta.

“Orang Jakarta turun buka usaha di Nainggolan. Polanya sama lah dibuatnya seperti di Jakarta. Agak sedikit mahal memang. Kalau kita berpariwisata, tidak mahal itu. Kalau mau mengutang, itu kemahalan Rp100 ribu atau Rp 10 ribu,” jelas Ombang.

Dengan kejadian tersebut, Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir, mengeluarkan kebijakan kepada seluruh tempat kuliner yang ada di kawasan Danau Toba diwajibkan untuk membuat harga makan dan minuman di daftar menu yang disajikan.

“Dia (pengelola) percaya diri soal itu, tidak jadi masalah itu. Saya sudah turun tim soal itu. Kita diajarinya, wisatawa kita bukan recehan ini, tapi mahal bapak,” sebut Ombang.

Ia menjelaskan bila harga makanan dan minuman di menu diterahkan juga dengan harganya, tinggal wisatawan yang berpikir mau makan atau tidak. Bila harganya mahal atau murah menurutnya. Begitu juga, pihaknya tidak bisa melakukan intervensi soal harga makanan dan minuman tersebut.

“Kalau kita bicara itu, emang mahal. Solusi kita, buat daftar menu dengan mencantumkan harga setiap menunya. Berapa harga itu, terserah dia. Kalau kemahalan, orang bisa pulang. Biar lah pasar yang menentukan itu. Kita tidak tidak bisa intervensi harga dengan membuat standarisasi harga,” ucap Ombang.

Ia menambahkan kepada seluruh pelaku usaha kuliner di Kabupaten Samosir untuk jujur dan tidak mengecewakan wisatawan yang berkunjung ke Danau terbesar di Asian ini. Namun, pihak Dispar Kabupaten Samosir, tetap melakukan pengawasan keseluruhannya.

“Yang penting terbuka (jujur), harga berapa setiap menu. Kalau menunya mahal, bisa dipilih dengan menu yang murah,” tandasnya.(gus/han)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/