26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dialog Publik Benah-benah PSMS, Suarakan Perombakan Manajemen

istimewa
DISKUSI: Suasana diskusi publik bertajuk Benah-Benah PSMS, di Wisma Al Kahfi Martubung, Medan Labuhan, Senin (7/1).

Para pecinta PSMS Medan menggelar diskusi publik bertajuk Benah-benah PSMS, Senin (7/1), di Wisma Al Kahfi Martubung, Medan Labuhan.

Diskusi menghadirkan Mantan Kapten PSMS era 83 dan 85, Sunardi B, Indra Efendi Rengkuti (pemerhati PSMS), Beni Tomasoa (eks manager PSMS), Andry Mahyar Matondang (eks manajer dan eks dirtek PSMS), Taufik Azhari (mantan pemain PSMS) dan Abdi Panjaitan (wartawan olahraga).

Namun, Manajer PSMS T Rendi dan CEO Doddi Tahir yang diundang diskusi itu tidak hadir. Namun sebelumnya keduanya sudah menyatakan mundur dari manajemen.

Pengurus PSMS hanya dihadiri Fitra yang mewakili Sekretaris Julius Raja. Fitra dalam surat mandat yang diterima dari Julius Raja membacakan alasan ketidakhadiran Julius Raja, yakni karena tugas negara di kantor pajak tempat Julius bekerja.

Dalam diskusi, peserta yang lebih banyak didominasi kelompok suporter PSMS menginginkan manajemen mundur. Mereka menyorot satu sosok yakni Julius Raja. “Pertanyaannya tanggal berapa Julius Raja mundur karena gagal di PSMS. Pertanyaan ini sebagai bentuk kepedulian kami terhadap Julius Raja yang sudah berpuluh tahun tanpa prestasi di kepengurusan PSMS,” kata Ucok Palembang, suporter PSMS yang hadir.

Pada kesempatan itu, mantan pemain PSMS, Sunardi B banyak menjelaskan kondisi manajemen saat PSMS menjuarai kompetisi pada 1983 dan 1985. Di tempat serupa, mantan Manajer PSMS saat juara Piala Presiden Andry Mahyar Matondang mengaku miris dengap konsep korporasi yang diterapkan manajemen PSMS.

“Yang namanya Perseroan Terbatas, itu tak ada istilah Sekretaris Umum atau Sekum yang sekarang diemban Julius Raja. CEO itu juga bukan disematkan pada Dodi Taher, karena seharusnya CEO itu adalah Letjen (Purn) TNI Edy Rahmayadi sebagai pemegang saham mayoritas PSMS,” katanya.

Benny Tomasoa, mantan manajer PSMS menyatakan punya kepedulian yang sama dengan nasib PSMS. “Hasil diskusi ini harus punya catatan untuk direkomendasikan kepada pengurus PSMS. Catatan ini sangat penting bagi masa depan PSMS ke depan,” kata pria yang akrab disapa Bento itu.

Muhammad Asril, pembanding dari Medan Utara Institute menegaskan manajemen harus sadar diri dengan kegagalan PSMS, yang kembali turun kasta ke Liga 2.

“Jika pun dirimu mengerti sepakbola, lalu tak mau belajar dari kesalahan dan anti kritik serta mengadu domba suporter dengan preman, maka kau tak layak berada di arena sportivitas,” katanya. (rel/prn)

istimewa
DISKUSI: Suasana diskusi publik bertajuk Benah-Benah PSMS, di Wisma Al Kahfi Martubung, Medan Labuhan, Senin (7/1).

Para pecinta PSMS Medan menggelar diskusi publik bertajuk Benah-benah PSMS, Senin (7/1), di Wisma Al Kahfi Martubung, Medan Labuhan.

Diskusi menghadirkan Mantan Kapten PSMS era 83 dan 85, Sunardi B, Indra Efendi Rengkuti (pemerhati PSMS), Beni Tomasoa (eks manager PSMS), Andry Mahyar Matondang (eks manajer dan eks dirtek PSMS), Taufik Azhari (mantan pemain PSMS) dan Abdi Panjaitan (wartawan olahraga).

Namun, Manajer PSMS T Rendi dan CEO Doddi Tahir yang diundang diskusi itu tidak hadir. Namun sebelumnya keduanya sudah menyatakan mundur dari manajemen.

Pengurus PSMS hanya dihadiri Fitra yang mewakili Sekretaris Julius Raja. Fitra dalam surat mandat yang diterima dari Julius Raja membacakan alasan ketidakhadiran Julius Raja, yakni karena tugas negara di kantor pajak tempat Julius bekerja.

Dalam diskusi, peserta yang lebih banyak didominasi kelompok suporter PSMS menginginkan manajemen mundur. Mereka menyorot satu sosok yakni Julius Raja. “Pertanyaannya tanggal berapa Julius Raja mundur karena gagal di PSMS. Pertanyaan ini sebagai bentuk kepedulian kami terhadap Julius Raja yang sudah berpuluh tahun tanpa prestasi di kepengurusan PSMS,” kata Ucok Palembang, suporter PSMS yang hadir.

Pada kesempatan itu, mantan pemain PSMS, Sunardi B banyak menjelaskan kondisi manajemen saat PSMS menjuarai kompetisi pada 1983 dan 1985. Di tempat serupa, mantan Manajer PSMS saat juara Piala Presiden Andry Mahyar Matondang mengaku miris dengap konsep korporasi yang diterapkan manajemen PSMS.

“Yang namanya Perseroan Terbatas, itu tak ada istilah Sekretaris Umum atau Sekum yang sekarang diemban Julius Raja. CEO itu juga bukan disematkan pada Dodi Taher, karena seharusnya CEO itu adalah Letjen (Purn) TNI Edy Rahmayadi sebagai pemegang saham mayoritas PSMS,” katanya.

Benny Tomasoa, mantan manajer PSMS menyatakan punya kepedulian yang sama dengan nasib PSMS. “Hasil diskusi ini harus punya catatan untuk direkomendasikan kepada pengurus PSMS. Catatan ini sangat penting bagi masa depan PSMS ke depan,” kata pria yang akrab disapa Bento itu.

Muhammad Asril, pembanding dari Medan Utara Institute menegaskan manajemen harus sadar diri dengan kegagalan PSMS, yang kembali turun kasta ke Liga 2.

“Jika pun dirimu mengerti sepakbola, lalu tak mau belajar dari kesalahan dan anti kritik serta mengadu domba suporter dengan preman, maka kau tak layak berada di arena sportivitas,” katanya. (rel/prn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/