JAKARTA, SUMUTPOS.Co – Upaya Satgas Antimafia Bola memberantas match fixing dan match setting di sepak bola Indonesia didukung salah satu kontestan Liga 3, PS Kwarta. Klub berjuluk Burung Sumatera ini berharap sepak bola Indonesia benar-benar tanpa rekayasa ke depannya.
CEO Kwarta, Muhammad Arief Fadillah mengatakan, terbongkarnya kasus pengaturan skor yang menyeret beberapa petinggi PSSI dan Exco membuka mata jika harus ada reformasi di tubuh PSSI.
“Ini saatnya kalau mau reformasi total di tubuh PSSI. 5 September 2016 kami sudah mencoba untuk reformasi ini, dengan tagline kami “sepakbola tanpa rekayasa”. Dan sekarang yg terjadi kita lihat ternyata sepakbola itu di rekayasa dlm arti negatif contoh pengaturan skor, penyuapan,” kata Arief.
Ya, Kwarta sebelumnya mengusung nama Kurniawan Dwi Yulianto sebagai sosok yang diyakini bisa membawa perubahan di sepak bola Indonesia pada Kongres PSSI 2016 lalu. Namun Kurniawan gagal maju karena tidak menjadi pilihan voter yang dominan memilih Edy Rahmayadi sebagai ketua umum.
“Kita doakan satgas mafia bola yang dibentuk Polri dapat bekerja sebaik-baiknya dan tuntas, sehingga akan muncul orang-orang baru, bersih dan tulus terhadap kemajuan sepakbola kita,” tambahnya.
Menyoal ramainya bursa calon ketua umum PSSI pengganti Edy Rahmayadi yang mundur, Arief mengatakan sosok KDY layak menjadi sosok yang dicoba. “Kalau dari pandangan saya, tetap Kurniawan wajib dicoba, dia paham betul tentang sepakbola. Kami sudah berdiskusi panjang mengenai pembinaan, pembangunan sistem kompetisi dan lainnya, tapi dia harus didampingi orang-orang yang benar-benar ahli di bidangnya, baik bidang organisasi dan lainnya,” bebernya.
“Kalaupun tidak dia, ada alternatif lain. Boleh profesional ataupun yg lain, tapi hendaknya dilibatkan mantan pemain dalam susunan organisasi. Pemain paling tahu masalah sepakbola ini. Mereka aktor langsung yang melakukan kegiatan persepakbolaan dan tahu seluk beluknya,” pungkasnya. (don)