Menteri BUMN yang baru saja ditunjuk Presiden SBY, Dahlan Iskan, menjanjikan satu hal terkait jabatan yang diembannya. Mantan Direktur Utama PLN ini menyatakan bahwa dia siap turun jika Presiden merasa tidak puas dengan kinerjanya.
“Kapan saja Presiden merasa tidak puas dengan kerja saya, ganti saja kapanpun Presiden mau. Tidak perlu nunggu enam bulan, satu tahun atau sebagainya. Bahkan kalau saya meneken (tanda tangan) di kertas kosong, saya bersedia,” ungkap Dahlan ketika menemui wartawan di kantor lamanya, PLN Pusat, kawasan Blok M, Jakarta, Selasa (18/10) malam.
Menurut Dahlan, saat dirinya diminta Presiden SBY menghadap ke kediamannya di Cikeas, Bogor, Sang Presiden memuji kinerjanya. “Saya enggak mau ngomong, itu membuat saya GR (gede rasa). Yang jelas, presiden minta menteri-menterinya harus action karena konsep Presiden itu bagus, tapi kurang action,” ungkap sosok yang akrab dengan sepatu kets dan kaos ini.
Ketika ditanya apakah ada semacam kontrak politik ketika menghadap Presiden kemarin, dia menjawab singkat. “Ada fakta integritas pasti, langsung saya tanda tangani tanpa saya liat dan baca, itu pasti kalau sudah bersedia, waktu di PLN dulu saya juga begitu,” tambah dia.
Begitulah, sosok Dahlan memang dikenal ceplas-ceplos dan berkelakar. Termasuk ketika menjawab pertanyaan wartawan usai pemeriksaan kesehatan kemarin pagi. “Tes kesehatan dan kesehatan jiwa, sampai telinga kanan telinga kiri teliti sekali, mungkin supaya bisa mendengar suara rakyat,” katanya di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
Dia juga mengaku diberi pertanyaan dalam jumlah ratusan, untuk menguji daya ingatnya. “Ada pertanyaan sampai 300 pertanyaan untuk menguji daya ingat, supaya ingat nasib rakyat, seperti yang disampaikan Bapak Presiden,” candanya sambil terus mengumbar senyum.
Namun, bukan berarti Dahlan tidak serius. Bahkan, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan Dahlan sebagai sosok yang tepat untuk pos Menteri BUMN.
“Saya melihat beliau memiliki kapasitas, integritas, dan merupakan pekerja keras,” kata Hatta.
Soal kerja keras, Wali Kota Sibolga Syarfi Hutauruk pun sempat melihat langsung kinerja Dahlan. Syarfi mengaku sudah kenal dengan Dahlan saat masih sama-sama sebagai jurnalis. “Saya sudah kenal lama dengan Pak Dahlan Iskan, pada 1980-an. Saat itu saya masih di Kartini Grup, yang kerja sama dengan Pak Dahlan, di Jawa Timur,” ujar Syarfi kepada Sumut Pos di Jakarta, kemarin.
Saat itu, kata Syarfi, dia sering berada di kompleks percetakan Dikara, Surabaya. Dari perkenalan tersebut, Syarfi yang lama berkiprah di partai Golkar itu, menyimpulkan bahwa Dahlan memang sosok pekerja keras. “Beliau pekerja keras dan tidak pernah mau formal-formalan. Saya pernah lihat beliau tidur di atas tumpukan koran,” kata Syarfi.
“Beliau rendah hati dan jujur,” imbuh mantan anggota DPR itu.
Dahlan, lahir pada 17 Agustus 1951 di Magetan, Jawa Timur, adalah CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos News Network yang bermarkas di Surabaya. Ia juga adalah Direktur Utama PLN sejak 23 Desember 2009. Dahlan menjadi Direktur Utama PLN menggantikan Fahmi Mochtar yang dikritik karena selama kepemimpinannya banyak terjadi mati lampu di daerah Jakarta.
Semenjak memimpin PLN, Dahlan membuat beberapa gebrakan, di antaranya bebas byar pet se-Indonesia dalam waktu enam bulan, gerakan sehari sejuta sambungan. Dahlan juga berencana membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011.
Karier Dahlan Iskan dimulai sebagai calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda, Kalimantan Timur, pada 1975. Ia menjadi wartawan majalah Tempo pada 1976. Sejak tahun 1982, Dahlan Iskan memimpin surat kabar Jawa Pos hingga sekarang.
Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 ekslempar, dalam waktu lima tahun, menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. (bbs/sam/jpnn)