JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Standard Chartered membuka peluang melepas kepemilikan sahamnya di PT Bank Permata Tbk (BNLI). Standard Chartered memiliki 45% saham di Bank Permata dengan nilai US$ 835 juta.
Para investor mendukung langkah Chief Executive Standard Chartered Bill Winters merealisasikan strategi tersebut.
“Tidak pernah ada perbaikan yang cepat,” kata Direktur Pelaksana Asia Pasifik Aberdeen Standard Investments Hugh Young yang juga pemegang saham ketiga terbesar StanChart dikutip dari Reuters, Rabu (27/2).
Melepas saham Bank Permata diyakini bisa membuat pendapatan tumbuh double digit.
“Kombinasi dari efisiensi biaya dan Permata bisa membuat pendapatan tumbuh double digit,” ujarnya.
Perusahaan berupaya meningkatkan kinerja di India, Korea Selatan, Uni Emirat Arab dan Indonesia.
Keempat negara tersebut membebani biaya hingga 21% namun hanya berkontribusi 13% terhadap laba.
Saham StanChart telah jatuh 40% sejak Winters, mantan bankir JPMorgan Chase & Co, mengambil alih pada Juni 2015. Total pengembalian kepada pemegang saham juga turun 35%.
Winters dibayar US$ 7,82 juta pada 2018, naik 27% dari tahun sebelumnya karena insentif jangka panjang diberikan untuk pertama kalinya sejak ia bergabung dengan bank.
PermataBank dibentuk dari hasil merger 5 bank di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yakni PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot pada tahun 2002.
Di tahun 2004, Standard Chartered Bank dan PT Astra International Tbk mengambil alih PermataBank dan memulai proses transformasi di dalam organisasi. (dtc/ram)