BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Wacana pembangunan tanggul rob sepanjang 12 km sudah diwacanakan sejak tahun 2016, sampai sekarang belum juga terealisasi.
Tokoh Pemuda Belawan, Alfian MY, mengatakan, permasalahan banjir pasang tidak ada selesai, selagi pemerintah selaku pemilik kewenangan tidak membatasi peri-zinan terhadap beberapa perusahaan yang telah menimbun sejumlah resapan air di Belawan.
Artinya, dampak itu akan menimbulkan masalah baru bagi masyarakat Belawan. Kondisi air pasang akan mengalami peningkatan. Untuk itu, wacana pembangunan tanggul rob yang dianggap solusi sangat didukung oleh masyarakat Belawan. Asalkan, pemerintah merelokasi warga yang tinggal di pinggir pantai dengan memberikan ganti untung. “Bayangkan saja, air pasang sudah sangat parah. Ini tidak boleh dibiarkan terus. Belawan pasti akan tenggelam 5 atau 10 tahun lagi. Lebih baik relokasi pemukiman warga dengan memberikan ganti untung, agar masyarakat bisa pindah ke kawasan yang lebih aman dan nyaman,” ucap Alfian.
Sekretaris Aliansi Masyarakat Nelayan Sumatera Utara (Amansu) ini mendukung program modernisasi kawasan pesisir Pantai Belawan, asalkan pemerintah tidak merugikan masyarakat secara sepihak. “Silahkan kembangkan pelabuhan, perbanyak perusahaan agar Belawan tampak modren. Tapi, jangan kesampingkan masyarakat kecil. Silahkan bangun, tapi pikirkan juga kami ini,” tegas Alfian.
Ketua Aliansi Nelayan Selat Malaka Sumut (ANSM -SU), Abdul Rahman mengaku, pembangunan benteng sepanjang 12 Km di pesisir pantai Belawan terkesan sia – sia dan tidak bermanfaat. Karena, pembangunan benteng itu tidak menutup seluruh pinggiran Pantai Belawan, sehingga air pasang tetap saja masuk ke daratan dan bakal sulit kembali surut ke laut. “Kita tahu, pinggiran pesisir kita ini ada lebih dari 20 km. Kalau hanya 12 km yang dibangun sama aja, air pasti masuk ke pinggiran pantai yang tidak terutup benteng. Jadi air yang masuk bisa tergenang tidak kembali ke laut,” ujarnya. (fac/ila)
BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Wacana pembangunan tanggul rob sepanjang 12 km sudah diwacanakan sejak tahun 2016, sampai sekarang belum juga terealisasi.
Tokoh Pemuda Belawan, Alfian MY, mengatakan, permasalahan banjir pasang tidak ada selesai, selagi pemerintah selaku pemilik kewenangan tidak membatasi peri-zinan terhadap beberapa perusahaan yang telah menimbun sejumlah resapan air di Belawan.
Artinya, dampak itu akan menimbulkan masalah baru bagi masyarakat Belawan. Kondisi air pasang akan mengalami peningkatan. Untuk itu, wacana pembangunan tanggul rob yang dianggap solusi sangat didukung oleh masyarakat Belawan. Asalkan, pemerintah merelokasi warga yang tinggal di pinggir pantai dengan memberikan ganti untung. “Bayangkan saja, air pasang sudah sangat parah. Ini tidak boleh dibiarkan terus. Belawan pasti akan tenggelam 5 atau 10 tahun lagi. Lebih baik relokasi pemukiman warga dengan memberikan ganti untung, agar masyarakat bisa pindah ke kawasan yang lebih aman dan nyaman,” ucap Alfian.
Sekretaris Aliansi Masyarakat Nelayan Sumatera Utara (Amansu) ini mendukung program modernisasi kawasan pesisir Pantai Belawan, asalkan pemerintah tidak merugikan masyarakat secara sepihak. “Silahkan kembangkan pelabuhan, perbanyak perusahaan agar Belawan tampak modren. Tapi, jangan kesampingkan masyarakat kecil. Silahkan bangun, tapi pikirkan juga kami ini,” tegas Alfian.
Ketua Aliansi Nelayan Selat Malaka Sumut (ANSM -SU), Abdul Rahman mengaku, pembangunan benteng sepanjang 12 Km di pesisir pantai Belawan terkesan sia – sia dan tidak bermanfaat. Karena, pembangunan benteng itu tidak menutup seluruh pinggiran Pantai Belawan, sehingga air pasang tetap saja masuk ke daratan dan bakal sulit kembali surut ke laut. “Kita tahu, pinggiran pesisir kita ini ada lebih dari 20 km. Kalau hanya 12 km yang dibangun sama aja, air pasti masuk ke pinggiran pantai yang tidak terutup benteng. Jadi air yang masuk bisa tergenang tidak kembali ke laut,” ujarnya. (fac/ila)