26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

RSU Adam Malik Belum Tentukan Jadwal Operasi Pemisahan Dempet Perut, Adam dan Malik Butuh Pampers

idris/sumut pos
BELUM DIOPERASI: Bayi kembar siam asal Taput, Adam dan Malik, tumbuh dalam kondisi sehat dalam perawatan RSU P H Adam Malik Medan. Kedua bayi dempet perut ini rencananya akan dioperasi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bayi kembar siam asal Tapanuli Utara (Taput), Adam dan Malik saat ini dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik. Bayi kembar berusia 7 bulan ini tumbuh dan berkembang dalam kondisi sehat. Mereka tengah menanti untuk dioperasi.

Kasubag Humas RSUP Haji Adam Malik, Rosario Dorothy Simanjuntak mengatakan bayi kembar yang dempet di bagian perut tersebut memiliki bobot tubuh yang gemuk. Selain itu, pergerakannya sangat aktif seperti bayi pada umumnya. “Berat badannya sudah mendekati 17 kg, tepatnya 16,7 kg dan panjang tubuhnya 65 cm. Kondisi bayi kembar itu sangat sehat, saat ini kita rawat di Ruang Perinatologi,” ungkap Rosa, kemarin.

Diutarakan Rosa, Tim medis pun telah dibentuk untuk melakukan operasi pemisahan pada bayi yang dikirim dari Rumah Sakit Sibolga pada November 2018 lalu. “Tim penanganan bayi kembar memang telah dibentuk dan diketuai oleh Prof dr Guslihan Dasa Tjipta SpA(K). Ketua tim penanganan bayi kembar ini, sama dalam pemisahan bayi kembar siam Sahira dan Fahira di 2017 lalu yang berusia 7 bulan,” ujarnya.

Kata Rosa, sebelum libur Lebaran 1440 Hijriah lalu, tim penanganan bayi sudah beberapa kali melakukan rapat. Tapi, sampai saat ini belum memutuskan tanggal operasi pemisahan. “Kalau rencana pemisahan sudah pasti, hanya saja tanggal belum ketemu karena kita harus melengkapi sarana dan prasarana untuk kebutuhan operasi,” ucapnya.

Lebih jauh Rosa mengatakan, bayi kembar siam ini membutuhkan perlengkapan kebutuhan bayi pada umumnya. Mulai dari penggunaan pampers yang semakin tinggi, minyak telon, tisu basah dan lain sebagainya. Sebab, kebutuhan umum tersebut tidak ditanggung oleh pihak rumah sakit.

“Kebutuhan perlengkapan bayi ini semakin tinggi lantaran tumbuh semakin besar, paling terasa kebutuhan pampersnya. Kita mengharapkan kerja sama orang tuanya karena posisi orangtuanya ini tidak selalu berada di rumah sakit sehingga kita kewalahan. Perawat tidak bisa lama-lama menangani bayi ini, karena banyak pasien juga yang mau dirawat. Dengan kata lain, tidak bisa seintens orangtua menjaga,” kata Rosa.

Ia menuturkan, alasan orang tua bayi kembar siam yang tak selalu di rumah sakit karena sang ibu, NS, memiliki dua anak lagi yang masih kecil-kecil. Sedangkan sang ayah, J Silitonga, tak memiliki pekerjaan dan tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga.

“Kita harapkan pemerintah setempat memperhatikan warganya ini. Mereka kan warga Tapanuli Utara. Semoga pemerintahnya peduli terhadap warganya yang sedang kesusahan karena keterbatasan ekonominya. Kami di rumah sakit juga terpaksa mencari donatur untuk beli pampers, bahkan pegawai rumah sakit juga inisiatif patungan untuk membelikan kebutuhan bayi ini,” beber Rosa.

Tak hanya itu, lanjutnya, saat ini juga perawat kewalahan untuk memperhatikan bayi kembar ini, sehingga pihak rumah sakit menyediakan satu orang perawat khusus menjaga bayi. “Susu mereka memang dari rumah sakit. Namun, kebutuhan pampers semakin besar termasuk baju, minyak angin, tisu basah. Sebab, tidak disediakan rumah sakit dan tidak ditanggung BPJS Kesehatan. Beda dengan kasus yang sama tahun 2017 lalu untuk bayi kembar siam Sahira dan Fahira, orang tuanya yang menyediakan,” jelasnya.

Dia berharap ada keluarga yang dengan rutin menjaga bayi. Hal ini untuk memudahkan berkoordinasi dengan keluarga dan mengambil tindakan. “Kita berharap kedua orang tua bayi kembar siam ini bisa bergantian menjaga bayinya. Apalagi dalam waktu dekat ini akan dilakukan operasi pemisahan mengingat usia bayi sudah cukup,” pungkasnya.

Seperti diketahui, bayi kembar siam ini tidak lahir di RSUP Haji Adam Malik. Melainkan, di RSUD Sibolga pada tanggal 22 November 2018 lalu. Bayi tersebut lahir dengan memiliki berat 4,7 kg dan tinggi 45,55 cm.

Sebelumnya, ayah bayi kembar siam, J Silitonga (29) mengaku tidak ada firasat dan tanda apapun mendapatkan anak kembar saat kehamilan sang istri. Hanya saja, kehamilan sekarang ini perut istri lebih besar dari kehamilan pada anak sebelumnya.

“Memang selama kehamilan istri saya tidak pernah diperiksa ke puskesmas atau bidan. Tapi, hanya dukun kampung saja yang memeriksa istri saya. Dukun kampung itu curiga dan menyarankan untuk di USG karena melihat perutnya lebih besar tak seperti kehamilan biasanya. Ternyata benar, hasil USG istri saya hamil bayi kembar siam sehingga melahirkan operasi di RSU Sibolga,” ujar J Silitonga. (ris/ila)

idris/sumut pos
BELUM DIOPERASI: Bayi kembar siam asal Taput, Adam dan Malik, tumbuh dalam kondisi sehat dalam perawatan RSU P H Adam Malik Medan. Kedua bayi dempet perut ini rencananya akan dioperasi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bayi kembar siam asal Tapanuli Utara (Taput), Adam dan Malik saat ini dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik. Bayi kembar berusia 7 bulan ini tumbuh dan berkembang dalam kondisi sehat. Mereka tengah menanti untuk dioperasi.

Kasubag Humas RSUP Haji Adam Malik, Rosario Dorothy Simanjuntak mengatakan bayi kembar yang dempet di bagian perut tersebut memiliki bobot tubuh yang gemuk. Selain itu, pergerakannya sangat aktif seperti bayi pada umumnya. “Berat badannya sudah mendekati 17 kg, tepatnya 16,7 kg dan panjang tubuhnya 65 cm. Kondisi bayi kembar itu sangat sehat, saat ini kita rawat di Ruang Perinatologi,” ungkap Rosa, kemarin.

Diutarakan Rosa, Tim medis pun telah dibentuk untuk melakukan operasi pemisahan pada bayi yang dikirim dari Rumah Sakit Sibolga pada November 2018 lalu. “Tim penanganan bayi kembar memang telah dibentuk dan diketuai oleh Prof dr Guslihan Dasa Tjipta SpA(K). Ketua tim penanganan bayi kembar ini, sama dalam pemisahan bayi kembar siam Sahira dan Fahira di 2017 lalu yang berusia 7 bulan,” ujarnya.

Kata Rosa, sebelum libur Lebaran 1440 Hijriah lalu, tim penanganan bayi sudah beberapa kali melakukan rapat. Tapi, sampai saat ini belum memutuskan tanggal operasi pemisahan. “Kalau rencana pemisahan sudah pasti, hanya saja tanggal belum ketemu karena kita harus melengkapi sarana dan prasarana untuk kebutuhan operasi,” ucapnya.

Lebih jauh Rosa mengatakan, bayi kembar siam ini membutuhkan perlengkapan kebutuhan bayi pada umumnya. Mulai dari penggunaan pampers yang semakin tinggi, minyak telon, tisu basah dan lain sebagainya. Sebab, kebutuhan umum tersebut tidak ditanggung oleh pihak rumah sakit.

“Kebutuhan perlengkapan bayi ini semakin tinggi lantaran tumbuh semakin besar, paling terasa kebutuhan pampersnya. Kita mengharapkan kerja sama orang tuanya karena posisi orangtuanya ini tidak selalu berada di rumah sakit sehingga kita kewalahan. Perawat tidak bisa lama-lama menangani bayi ini, karena banyak pasien juga yang mau dirawat. Dengan kata lain, tidak bisa seintens orangtua menjaga,” kata Rosa.

Ia menuturkan, alasan orang tua bayi kembar siam yang tak selalu di rumah sakit karena sang ibu, NS, memiliki dua anak lagi yang masih kecil-kecil. Sedangkan sang ayah, J Silitonga, tak memiliki pekerjaan dan tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga.

“Kita harapkan pemerintah setempat memperhatikan warganya ini. Mereka kan warga Tapanuli Utara. Semoga pemerintahnya peduli terhadap warganya yang sedang kesusahan karena keterbatasan ekonominya. Kami di rumah sakit juga terpaksa mencari donatur untuk beli pampers, bahkan pegawai rumah sakit juga inisiatif patungan untuk membelikan kebutuhan bayi ini,” beber Rosa.

Tak hanya itu, lanjutnya, saat ini juga perawat kewalahan untuk memperhatikan bayi kembar ini, sehingga pihak rumah sakit menyediakan satu orang perawat khusus menjaga bayi. “Susu mereka memang dari rumah sakit. Namun, kebutuhan pampers semakin besar termasuk baju, minyak angin, tisu basah. Sebab, tidak disediakan rumah sakit dan tidak ditanggung BPJS Kesehatan. Beda dengan kasus yang sama tahun 2017 lalu untuk bayi kembar siam Sahira dan Fahira, orang tuanya yang menyediakan,” jelasnya.

Dia berharap ada keluarga yang dengan rutin menjaga bayi. Hal ini untuk memudahkan berkoordinasi dengan keluarga dan mengambil tindakan. “Kita berharap kedua orang tua bayi kembar siam ini bisa bergantian menjaga bayinya. Apalagi dalam waktu dekat ini akan dilakukan operasi pemisahan mengingat usia bayi sudah cukup,” pungkasnya.

Seperti diketahui, bayi kembar siam ini tidak lahir di RSUP Haji Adam Malik. Melainkan, di RSUD Sibolga pada tanggal 22 November 2018 lalu. Bayi tersebut lahir dengan memiliki berat 4,7 kg dan tinggi 45,55 cm.

Sebelumnya, ayah bayi kembar siam, J Silitonga (29) mengaku tidak ada firasat dan tanda apapun mendapatkan anak kembar saat kehamilan sang istri. Hanya saja, kehamilan sekarang ini perut istri lebih besar dari kehamilan pada anak sebelumnya.

“Memang selama kehamilan istri saya tidak pernah diperiksa ke puskesmas atau bidan. Tapi, hanya dukun kampung saja yang memeriksa istri saya. Dukun kampung itu curiga dan menyarankan untuk di USG karena melihat perutnya lebih besar tak seperti kehamilan biasanya. Ternyata benar, hasil USG istri saya hamil bayi kembar siam sehingga melahirkan operasi di RSU Sibolga,” ujar J Silitonga. (ris/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/