28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Selamat meski Jantung Sempat tak Berdetak

Korban Jiwa Gempa Turki Dekati 500

ERCIS – Tidak sia-sia upaya tim SAR dan sukarelawan bekerja siang malam menyisir puing-puing bangunan akibat gempa bumi di Turki pada Minggu (23/10) lalu. Kemarin (26/10) tiga orang kembali berhasil dievakuasi dari balik reruntuhan bangunan dalam kondisi masih bernyawa. Sehari sebelumnya, petugas juga menyelamatkan sekitar 40 orang di Kota Ercis dan Van, timur Turki, dekat perbatasan dengan Iran.

Dua di antara tiga korban selamat (survivor) tersebut berprofesi sebagai guru. Yakni, Seniye Erdem (25), dan Gozde Bahar (27). Kemarin televisi NTV menayangkan detik-detik penyelamatan Erdem dari balik puing satu bangunan bertingkat di Kota Ercis. Tak lama kemudian, dari lokasi yang sama, tim  penyelamat mengangkat tubuh Bahar yang terkulai lemah.

Meski lemas karena tertimbun reruntuhan selama lebih dari tiga hari, Erdem dan Bahar masih bernapas. “Saya haus,’’ ucap Erdem setelah diangkat dari reruntuhan. Paramedis langsung memberi air minum. Detik itu juga Erdem menanyakan kabar suaminya. Sayangnya, sang suami tewas akibat gempa 7,2 Skala Richter (SR) itu.

Dibandingkan dengan Erdem, kondisi Bahar jauh lebih lemah. Begitu dia diangkat dari puing-puing, guru Bahasa Inggris tersebut langsung dibawa ke rumah sakit terdekat. Di dalam ambulance yang membawanya ke rumah sakit, jantung Bahar sempat berhenti berdetak selama beberapa detik. Tetapi, kemudian jantungnya berdetak normal lagi meski kondisinya kritis.

Tunangan Bahar, Hasan Gurcan, tidak henti bersyukur setelah dapat kabar bahwa sang kekasih selamat. Kemarin dia mengaku mengetahui kabar tersebut dari portal berita Turki. Lalu, dia bergegas ke rumah sakit untuk membesuk Bahar. ’’Tentu saya terus berharap (kesembuhannya),’’ kata pria 29 tahun tersebut.

Selain Erdem dan Bahar, tim SAR juga menyelamatkan seorang mahasiswa dari balik reruntuhan. Pemuda 18 tahun bernama Eyup dievakuasi beberapa jam sebelum tim SAR melacak lokasi Erdem atau Bahar. Dengan menggunakan kamera yang diletakkan di ujung tongkat, tim SAR berhasil menemukan lokasi Eyup.

Harapan untuk menemukan banyak lagi survivor gempa, terbit setelah tim SAR dan sukarelawan berhasil mengevakuasi bayi Azra Karaduman dalam kondisi hidup. Bayi perempuan berusia dua pekan itu selamat meski sudah terjebak puing selama sekitar 48 jam. Tak lama kemudian, petugas berhasil menyelamatkan ibu dan nenek Azra yang terkubur reruntuhan di lokasi tersebut.

’’Kami masih punya harapan. Keajaiban akan selalu ada. Normalnya, manusia tak akan bisa bertahan tanpa udara selama lebih dari 72 jam. Tapi, fakta yang ditemukan berkata lain,’’ kata anggota tim SAR.

Perdana Menteri (PM) Recep Tayyip Erdogan terus meng-update jumlah korban jiwa gempa Turki. Hingga kemarin, jumlah korban tewas mencapai 461 orang dan angkanya mendekati 500. Sedangkan korban terluka berjumlah sekitar 1.300 orang. Dia menyesalkan sikap pemilik bangunan dan gedung bertingkat yang mengabaikan standar keselamatan.
Seiring proses evakuasi, sukarelawan dari Bulan Sabit Merah Turki dan organisasi kemanusiaan negara tetangga juga terus sibuk mendistribusikan bantuan. (ap/afp/rtr/hep/dwi/jpnn)

Korban Jiwa Gempa Turki Dekati 500

ERCIS – Tidak sia-sia upaya tim SAR dan sukarelawan bekerja siang malam menyisir puing-puing bangunan akibat gempa bumi di Turki pada Minggu (23/10) lalu. Kemarin (26/10) tiga orang kembali berhasil dievakuasi dari balik reruntuhan bangunan dalam kondisi masih bernyawa. Sehari sebelumnya, petugas juga menyelamatkan sekitar 40 orang di Kota Ercis dan Van, timur Turki, dekat perbatasan dengan Iran.

Dua di antara tiga korban selamat (survivor) tersebut berprofesi sebagai guru. Yakni, Seniye Erdem (25), dan Gozde Bahar (27). Kemarin televisi NTV menayangkan detik-detik penyelamatan Erdem dari balik puing satu bangunan bertingkat di Kota Ercis. Tak lama kemudian, dari lokasi yang sama, tim  penyelamat mengangkat tubuh Bahar yang terkulai lemah.

Meski lemas karena tertimbun reruntuhan selama lebih dari tiga hari, Erdem dan Bahar masih bernapas. “Saya haus,’’ ucap Erdem setelah diangkat dari reruntuhan. Paramedis langsung memberi air minum. Detik itu juga Erdem menanyakan kabar suaminya. Sayangnya, sang suami tewas akibat gempa 7,2 Skala Richter (SR) itu.

Dibandingkan dengan Erdem, kondisi Bahar jauh lebih lemah. Begitu dia diangkat dari puing-puing, guru Bahasa Inggris tersebut langsung dibawa ke rumah sakit terdekat. Di dalam ambulance yang membawanya ke rumah sakit, jantung Bahar sempat berhenti berdetak selama beberapa detik. Tetapi, kemudian jantungnya berdetak normal lagi meski kondisinya kritis.

Tunangan Bahar, Hasan Gurcan, tidak henti bersyukur setelah dapat kabar bahwa sang kekasih selamat. Kemarin dia mengaku mengetahui kabar tersebut dari portal berita Turki. Lalu, dia bergegas ke rumah sakit untuk membesuk Bahar. ’’Tentu saya terus berharap (kesembuhannya),’’ kata pria 29 tahun tersebut.

Selain Erdem dan Bahar, tim SAR juga menyelamatkan seorang mahasiswa dari balik reruntuhan. Pemuda 18 tahun bernama Eyup dievakuasi beberapa jam sebelum tim SAR melacak lokasi Erdem atau Bahar. Dengan menggunakan kamera yang diletakkan di ujung tongkat, tim SAR berhasil menemukan lokasi Eyup.

Harapan untuk menemukan banyak lagi survivor gempa, terbit setelah tim SAR dan sukarelawan berhasil mengevakuasi bayi Azra Karaduman dalam kondisi hidup. Bayi perempuan berusia dua pekan itu selamat meski sudah terjebak puing selama sekitar 48 jam. Tak lama kemudian, petugas berhasil menyelamatkan ibu dan nenek Azra yang terkubur reruntuhan di lokasi tersebut.

’’Kami masih punya harapan. Keajaiban akan selalu ada. Normalnya, manusia tak akan bisa bertahan tanpa udara selama lebih dari 72 jam. Tapi, fakta yang ditemukan berkata lain,’’ kata anggota tim SAR.

Perdana Menteri (PM) Recep Tayyip Erdogan terus meng-update jumlah korban jiwa gempa Turki. Hingga kemarin, jumlah korban tewas mencapai 461 orang dan angkanya mendekati 500. Sedangkan korban terluka berjumlah sekitar 1.300 orang. Dia menyesalkan sikap pemilik bangunan dan gedung bertingkat yang mengabaikan standar keselamatan.
Seiring proses evakuasi, sukarelawan dari Bulan Sabit Merah Turki dan organisasi kemanusiaan negara tetangga juga terus sibuk mendistribusikan bantuan. (ap/afp/rtr/hep/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/