26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pulihkan Semangat Akibat Trauma, Emak-emak Gelar Ritual Jujung Beras

KARO, SUMUTPOS.CO – Bentrok maut antar penggarap asal Langkat dengan warga Desa Mbal-Mbal Petarum, Kecamatan Laubaleng, Kabupaten Karo, beberapa waktu lalu berbuntut panjang. Peristiwa yang menewaskan Batas Ukur Karo-Karo (49) dengan luka bacokan di kepala serta tangan itu, membuat para pelajar SDN Galunggung/Paya Mbelang trauma mendalam. Para pelajar terpaksa diliburkan sementara.

Bentrok menggunakan senjata tajam, antar dua kelompok tersebut terjadi tak jauh dari Sekolah Dasar Negeri Paya Mbelang. Bahkan para murid di sana sempat menyaksikan perkelahian itu. Insiden tersebut membuat mereka trauma.

Akibat trauma yang dialami para pelajar SDN Paya Mbelang, warga setempat mengelar ritual jujung beras, Senin (16/9) siang. Salah seorang warga Kevinda Tarigan mengatakan, anak-anak SDN Paya Mbelang tidak ada yang berani datang ke sekolah akibat melihat langsung konflik tersebut. Sehingga sekolah diliburkan sementara sampai keadaan sudah aman.

Menurut warga, konflik tersebut sangatlah tidak logis jika dikaitkan sengketa lahan. Sebab, para pelaku tidak satu pun dari warga Kecamatan Laubaleng.

“Kita tidak tahu maksud, dan tujuan dalang dari semua ini. Masyarakat Dusun Paya Mbelang menggelar aksi mengajukan tuntutan, agar kasus ini diusut tuntas sampai ke akar-akarnya,” sebut Kevinda.

Sebab menurut Kevinda, warga sangat resah jika kejadian tersebut terulang kembali.

“Kami berharap Pemkab Karo tidak tutup mata melihat kejadian ini dan menyelesaikan konflik yang sering terjadi di Desa Mbal-Mbal Nodi ini,” harapnya.

Kevinda mengatakan, sejak Kamis (12/9) para murid SDN Paya Mbelang tidak ada yang masuk sekolah. Begitu juga dengan guru mereka.

Sehingga hingga Senin (16/9), para siswa masuk sementara dan proses ritual jujung beras berlangsung. Dirinya bersama warga sekitar berharap, pihak Kepolisian dapat menuntaskan permasalahan yang terjadi di dusun mereka.

“Ritual jujung beras dilakukan puluhan warga dari kaum wanita. Tujuannya untuk mengembalikan semangat para pelajar SD tersebut, dengan cara ditabur ke atas dan diletakkan beras di kepala pelajar SD,” kata Kevinda.

Saat menggelar ritual, para pelajar juga membentangkan spanduk bertuliskan “Kami Takut Sekolah dan Meminta Perlindungan kepada Aparat Hukum”.

Sebelumnya, Polsek Mardingding mengamankan 12 orang. Mereka merupakan penggarap yang menimbulkan bentrokan dengan warga sekitar.

Mereka masing-masing, Beri Sembiring (20) warga Desa Berastepu, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo; Saifan Ginting (35) warga Kelurahan Limo Sungai, Kecamatan Binjai Kota; Haidir (25) warga Binjai; Irwan (48) warga Binjai; Priyono (27) warga Sei Bingei, Kabupaten Langkat; Mulianta Sitepu (32) warga Desa Telaga, Kabupaten Langkat; Rizki Sitepu (25) warga Desa Sukanalu Teran, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo; Alwin (45) warga Binjai; M. Rohim (27) warga Jalan Samura Kabanjahe; Edu Markoni Sembiring (31) warga Desa Berastepu, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo; Julkifli Rangkuti (39) warga Binjai dan Dionisius Ginting (23) Desa Dataran Tinggi, Binjai Timur. (deo/ala)

KARO, SUMUTPOS.CO – Bentrok maut antar penggarap asal Langkat dengan warga Desa Mbal-Mbal Petarum, Kecamatan Laubaleng, Kabupaten Karo, beberapa waktu lalu berbuntut panjang. Peristiwa yang menewaskan Batas Ukur Karo-Karo (49) dengan luka bacokan di kepala serta tangan itu, membuat para pelajar SDN Galunggung/Paya Mbelang trauma mendalam. Para pelajar terpaksa diliburkan sementara.

Bentrok menggunakan senjata tajam, antar dua kelompok tersebut terjadi tak jauh dari Sekolah Dasar Negeri Paya Mbelang. Bahkan para murid di sana sempat menyaksikan perkelahian itu. Insiden tersebut membuat mereka trauma.

Akibat trauma yang dialami para pelajar SDN Paya Mbelang, warga setempat mengelar ritual jujung beras, Senin (16/9) siang. Salah seorang warga Kevinda Tarigan mengatakan, anak-anak SDN Paya Mbelang tidak ada yang berani datang ke sekolah akibat melihat langsung konflik tersebut. Sehingga sekolah diliburkan sementara sampai keadaan sudah aman.

Menurut warga, konflik tersebut sangatlah tidak logis jika dikaitkan sengketa lahan. Sebab, para pelaku tidak satu pun dari warga Kecamatan Laubaleng.

“Kita tidak tahu maksud, dan tujuan dalang dari semua ini. Masyarakat Dusun Paya Mbelang menggelar aksi mengajukan tuntutan, agar kasus ini diusut tuntas sampai ke akar-akarnya,” sebut Kevinda.

Sebab menurut Kevinda, warga sangat resah jika kejadian tersebut terulang kembali.

“Kami berharap Pemkab Karo tidak tutup mata melihat kejadian ini dan menyelesaikan konflik yang sering terjadi di Desa Mbal-Mbal Nodi ini,” harapnya.

Kevinda mengatakan, sejak Kamis (12/9) para murid SDN Paya Mbelang tidak ada yang masuk sekolah. Begitu juga dengan guru mereka.

Sehingga hingga Senin (16/9), para siswa masuk sementara dan proses ritual jujung beras berlangsung. Dirinya bersama warga sekitar berharap, pihak Kepolisian dapat menuntaskan permasalahan yang terjadi di dusun mereka.

“Ritual jujung beras dilakukan puluhan warga dari kaum wanita. Tujuannya untuk mengembalikan semangat para pelajar SD tersebut, dengan cara ditabur ke atas dan diletakkan beras di kepala pelajar SD,” kata Kevinda.

Saat menggelar ritual, para pelajar juga membentangkan spanduk bertuliskan “Kami Takut Sekolah dan Meminta Perlindungan kepada Aparat Hukum”.

Sebelumnya, Polsek Mardingding mengamankan 12 orang. Mereka merupakan penggarap yang menimbulkan bentrokan dengan warga sekitar.

Mereka masing-masing, Beri Sembiring (20) warga Desa Berastepu, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo; Saifan Ginting (35) warga Kelurahan Limo Sungai, Kecamatan Binjai Kota; Haidir (25) warga Binjai; Irwan (48) warga Binjai; Priyono (27) warga Sei Bingei, Kabupaten Langkat; Mulianta Sitepu (32) warga Desa Telaga, Kabupaten Langkat; Rizki Sitepu (25) warga Desa Sukanalu Teran, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo; Alwin (45) warga Binjai; M. Rohim (27) warga Jalan Samura Kabanjahe; Edu Markoni Sembiring (31) warga Desa Berastepu, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo; Julkifli Rangkuti (39) warga Binjai dan Dionisius Ginting (23) Desa Dataran Tinggi, Binjai Timur. (deo/ala)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/