26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pekan Bahasa dan Sastra Sumut 2019 Gelar Perlombaan, Diikuti 534 Peserta

KATA SAMBUTAN: Kepala Balai Bahasa Sumut Dr Maryanto MHum menyampaikan kata sambutannya dalam Pekan Bahasa dan Sastra 2019 yang digelar di halaman Kantor Balai Bahasa Sumut, Rabu (18/9).
M idris/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Balai Bahasa Sumatera Utara (Sumut) kembali menggelar Pekan Bahasa dan Sastra tahun ini, 2019. Ajang kegiatan tahunan yang menyambut bulan bahasa dan sastra tersebut, digelar berbagai perlombaan yang menuntut kreativitas para pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum selama dua hari (18-19 September).

Kepala Balai Bahasa Sumut Dr Maryanto MHum mengatakan, kegiatan ini rutin setiap tahun dilakukan hanya saja waktu pelaksanaannya berbeda karena tergantung dari kesiapan. Ada 7 cabang perlombaan yang diselenggarakan, antara lain lomba reportase (umum), debat bahasa Indonesia (SMA), cerdas cermat bahasa Indonesia (SMP), berbalas pantun (mahasiswa), mendongeng cerita rakyat (guru PAUD/TK), dan bermain membaca (SD) dan dendang tradisi lisan (umum).

“Peserta yang ikut tahun ini mencapai 534 orang, jumlah tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Para peserta berasal dari belasan kabupaten/kota yaitu Medan, Binjai, Deli Serdang, Langkat, Dairi, Karo, Mandailing Natal, Taput, Sibolga, Tobasa, Tapteng, Tebing Tinggi, Sergai, Simalungun, Asahan, Siantar dan Labuhan Batu,” ungkap Maryanto saat diwawancarai di sela-sela kegiatan.

Diutarakan Maryanto, tema yang diangkat tahun ini adalah ‘Pelangi Bahasa dan Sastra Sumatera Utara’. Tema itu dapat diartikan, bahwa bahasa dan sastra yang hadir lewat kegiatan tersebut sebagai ekspresi keberagaman. Namun, keberagaman ini disajikan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan Indonesia.

“Pelangi diartikan dari sisi keberagaman, di sisi lain pelangi ini juga untuk mempersatukan. Pekan bahasa dan sastra ini bukan kegiatan yang diada-adakan, melainkan sebuah pekerjaan yang diberikan dari para pendahulu kita. Artinya, mewarisi pesan-pesan mulia yang harus didukung dan dikembangkan setiap tahunnya,” terang dia.

Menurutnya, pekan bahasa dan sastra ini bukan sekadar rutinitas agenda tahunan saja, melainkan upaya pembinaan, pemasyarakatan, dan peningkatan kualitas berbahasa dan bersastra. “Kegiatan ini merupakan strategi yang kreatif dalam upaya pelindungan dan pelestarian eksistensi bahasa dan sastra Indonesia. Tujuannya adalah untuk meningkatkan apresiasi, sikap positif, dan kepedulian masyarakat terhadap bahasa dan sastra daerah sebagai akar kebudayaan nasional,” kata Maryanto.

Selain itu, sambung dia, lewat kegiatan ini juga ingin memastikan dan meyakinkan bahwa bahasa dan sastra hadir di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa serta bernegara. Dengan kata lain, bukan sekadar perlombaan atau kompetisi bahasa dan sastra saja, melainkan untuk membangun kualitas sumber daya manusia terutama generasi muda.

“Bahasa bukan sekadar alat untuk mengomunikasikan atau menyampaikan pesan, seni, dan budaya. Namun juga sebagai sarana untuk membangun pikiran secara kritis, sistematis hingga empiris. Sebab, dalam kegiatan ini merupakan hasil pengolahan data dan observasi,” tegasnya.

Kata Maryanto, perlu diingat bahwasanya Sumut ini boleh dibilang merupakan tempat pertama yang menjadi provinsi diselenggarakannya kegiatan kebahasaan secara nasional. “Kongres Bahasa Indonesia pertama setelah terbentuknya NKRI, digelar di Sumut pada 1954. Setelah itu, tidak ada lagi kecuali di DKI Jakarta,” imbuhnya.

Sementara itu, salah seorang peserta, Azrul Rasyid mengapresiasi digelarnya pekan bahasa dan sastra tersebut. Kata dia, lewat kegiatan ini bakat dan talenta yang dimiliki para pelajar maupun anak muda dapat tersalurkan.

“Kami berasal dari SMAN 1 Rantau Utara, Labuhanbatu, yang mendaftar beberapa cabang perlombaan salah satunya dendang tradisi lisan. Persiapannya sudah sekitar satu bulan lebih, dan berharap bisa menang. Kalau menang, tentunya prestasi yang membanggakan bagi kami karena baru tahun ini ikut kegiatannya,” ujar Azrul bersama teman-temannya. (ris/ila)

KATA SAMBUTAN: Kepala Balai Bahasa Sumut Dr Maryanto MHum menyampaikan kata sambutannya dalam Pekan Bahasa dan Sastra 2019 yang digelar di halaman Kantor Balai Bahasa Sumut, Rabu (18/9).
M idris/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Balai Bahasa Sumatera Utara (Sumut) kembali menggelar Pekan Bahasa dan Sastra tahun ini, 2019. Ajang kegiatan tahunan yang menyambut bulan bahasa dan sastra tersebut, digelar berbagai perlombaan yang menuntut kreativitas para pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum selama dua hari (18-19 September).

Kepala Balai Bahasa Sumut Dr Maryanto MHum mengatakan, kegiatan ini rutin setiap tahun dilakukan hanya saja waktu pelaksanaannya berbeda karena tergantung dari kesiapan. Ada 7 cabang perlombaan yang diselenggarakan, antara lain lomba reportase (umum), debat bahasa Indonesia (SMA), cerdas cermat bahasa Indonesia (SMP), berbalas pantun (mahasiswa), mendongeng cerita rakyat (guru PAUD/TK), dan bermain membaca (SD) dan dendang tradisi lisan (umum).

“Peserta yang ikut tahun ini mencapai 534 orang, jumlah tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Para peserta berasal dari belasan kabupaten/kota yaitu Medan, Binjai, Deli Serdang, Langkat, Dairi, Karo, Mandailing Natal, Taput, Sibolga, Tobasa, Tapteng, Tebing Tinggi, Sergai, Simalungun, Asahan, Siantar dan Labuhan Batu,” ungkap Maryanto saat diwawancarai di sela-sela kegiatan.

Diutarakan Maryanto, tema yang diangkat tahun ini adalah ‘Pelangi Bahasa dan Sastra Sumatera Utara’. Tema itu dapat diartikan, bahwa bahasa dan sastra yang hadir lewat kegiatan tersebut sebagai ekspresi keberagaman. Namun, keberagaman ini disajikan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan Indonesia.

“Pelangi diartikan dari sisi keberagaman, di sisi lain pelangi ini juga untuk mempersatukan. Pekan bahasa dan sastra ini bukan kegiatan yang diada-adakan, melainkan sebuah pekerjaan yang diberikan dari para pendahulu kita. Artinya, mewarisi pesan-pesan mulia yang harus didukung dan dikembangkan setiap tahunnya,” terang dia.

Menurutnya, pekan bahasa dan sastra ini bukan sekadar rutinitas agenda tahunan saja, melainkan upaya pembinaan, pemasyarakatan, dan peningkatan kualitas berbahasa dan bersastra. “Kegiatan ini merupakan strategi yang kreatif dalam upaya pelindungan dan pelestarian eksistensi bahasa dan sastra Indonesia. Tujuannya adalah untuk meningkatkan apresiasi, sikap positif, dan kepedulian masyarakat terhadap bahasa dan sastra daerah sebagai akar kebudayaan nasional,” kata Maryanto.

Selain itu, sambung dia, lewat kegiatan ini juga ingin memastikan dan meyakinkan bahwa bahasa dan sastra hadir di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa serta bernegara. Dengan kata lain, bukan sekadar perlombaan atau kompetisi bahasa dan sastra saja, melainkan untuk membangun kualitas sumber daya manusia terutama generasi muda.

“Bahasa bukan sekadar alat untuk mengomunikasikan atau menyampaikan pesan, seni, dan budaya. Namun juga sebagai sarana untuk membangun pikiran secara kritis, sistematis hingga empiris. Sebab, dalam kegiatan ini merupakan hasil pengolahan data dan observasi,” tegasnya.

Kata Maryanto, perlu diingat bahwasanya Sumut ini boleh dibilang merupakan tempat pertama yang menjadi provinsi diselenggarakannya kegiatan kebahasaan secara nasional. “Kongres Bahasa Indonesia pertama setelah terbentuknya NKRI, digelar di Sumut pada 1954. Setelah itu, tidak ada lagi kecuali di DKI Jakarta,” imbuhnya.

Sementara itu, salah seorang peserta, Azrul Rasyid mengapresiasi digelarnya pekan bahasa dan sastra tersebut. Kata dia, lewat kegiatan ini bakat dan talenta yang dimiliki para pelajar maupun anak muda dapat tersalurkan.

“Kami berasal dari SMAN 1 Rantau Utara, Labuhanbatu, yang mendaftar beberapa cabang perlombaan salah satunya dendang tradisi lisan. Persiapannya sudah sekitar satu bulan lebih, dan berharap bisa menang. Kalau menang, tentunya prestasi yang membanggakan bagi kami karena baru tahun ini ikut kegiatannya,” ujar Azrul bersama teman-temannya. (ris/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/