MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kepala Perwakilan Bank Indonesia, Provinsi Sumut, Wiwiek Siswo Widayat mengatakan terus melakukan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tanah air, terutama di Sumatera Utara. Oleh karena itu, pihaknya saat ini terus menyiapkan sumber baru pertumbuhan ekonomi.
Wiwiek menyebutkan untuk pertumbuhan ekonomi dunia yang dulunya bisa tumbuh hampir mencapai 4 persen di 2019 ini hanya diperkirakan hanya tumbuh 3,2 persen. Permasalahan ini sangat berdampak pada Sumut, karena komoditi diekspor ke berbagai negara yang terkena resesi ini.
Ia menilai permasalahan ini tentunya sangat berdampak di zona-zona dunia seperti Amerika,
“Seperti kita tahu China merupakan pangsa pasar ekspor terbesar kita batubara dan sawit begitu juga ke India,” sebut Wiwiek kepada wartawan di Medan, Minggu (29/9).
Melihat hal itu, Wiwiek mengatakan pihaknya akan melakukan beberapa hal yang harus diperbaiki dalam pertumbuhan ekonomi yang menurun di Sumut.
“Identifikasi dulu lalu kita cari sumber berupa sektor yang memberikan kontribusi perekonomian di Sumut. Seperti sektor pertanian, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran lalu sektor jasa-jasa,” jelas Wiwiek.
Wiwiek mengungkapkan di Sumut yang menggantungkan kepada ekspor pada industri yang hanya di sisi hulu saja, dan ternyata Sumut juga mengalami ketimpangan yang sangat besar antara daratan dan kepulauan yang berbeda.
“Jadi harus juga dari sisi hilirnya. Lalu penilaian investasi yang ternyata memang kita itu dalam tanda petik kita kurang ramah terhadap investor. Maka kita juga harus mengembangkan ini kedepannya,” tutur Wiwiek.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Sumut pada kuartal kedua 2019 mencapai 5,25 persen (yoy). Perekonomian Sumut Triwulan II 2019 tumbuh 5,25 persen (yoy), sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yaitu 5,31 (yoy). Meskipun demikian, pencapaian tersebut di atas pertumbuhan ekonomi secara nasional dan Sumatra.
“Perlambatan disebabkan oleh kontraksi dari sisi ekspor sejalan dengan perlambatan ekonomi global serta penurunan harga komoditas kelapa sawit di pasar internasional . Namun demikian, perekonomian masih ditopang oleh perbaikan Konsumsi Rumah Tangga didukung oleh realisasi Tunjangan Hari Raya (THR) menjelang HKBN Ramadhan dan Idul Fitri,” jelasnya.
Tak hanya investasi juga meningkat terutama dari komponen bangunan seiring dengan realisasi belanja modal pemerintah yang sudah mulai berjalan. Dari sisi lapangan usaha, perlambatan ekonomi disebabkan oleh sektor industri pengolahan terutama subsektor industri makanan dan minuman serta tembakau.
“Pangsa ekonomi Sumatera Utara merupakan pangsa ekonomi terbesar diantara 10 provinsi di Sumatera. Untuk itu ekonomi Sumut bisa mempengaruhi ekonomi di Sumatera. Tahun ini prospek ekonomi menguat didukung oleh berkelanjutannya proyek-proyek strategis multiyears di Sumatera Utara serta perbaikan daya beli masyarakat,” tandasnya.
Resesi Makin Dekat
Resesi ekonomi digadang-gadang semakin dekat terjadi. Meski begitu Indonesia dinilai masih jauh dari tanda-tanda resesi.
Namun, layaknya sedia payung sebelum hujan banyak langkah antisipatif yang harus dilakukan sebelum resesi dan dampaknya terjadi ke Indonesia. Apa saja?
Wakil Ketua Umum Bidang Moneter, Fiskal, dan Kebijakan Publik Kamar Dagang Industri (Kadin) Raden Pardede menyatakan bauran kebijakan keuangan negara harus diperhatikan. Stimulus keuangan harus digalakkan.
“Bauran kebijakan fiskal dan moneter harus dilakukan secara serius. Stimulus fiskal dan penajaman belanja pemerintah, serta dukungan kebijakan moneter yang lebih longgar namun tetap hati-hati,” ujar Raden, Minggu (29/9).
Pemerintah juga diminta untuk memudahkan perizinan dan memperbaiki pelayanan. Sehingga dunia bergeliat karena hambatan usaha bisa terpangkas.
“Mempermudah segala izin, memperbaiki pelayanan, dan menghilangkan segala hambatan sehingga pelaku ekonomi atau pebisnis semangat untuk melakukan kegiatannya,” ucap Raden.
Dia juga meminta pemerintah menjaga iklim sosial dan politik agar tetap kondusif. Hal itu dilakukan agar dunia usaha merasa aman dan nyaman.
“Menciptakan suasana dan iklim berusaha dan bekerja yang aman dan nyaman. Termasuk memelihara lingkungan politik dan sosial yang kondusif,” kata Raden.
Lalu, bagi masyarakat Raden mengimbau agak bisa lebih bijak dalam berbelanja. Prioritas belanja rumah tangga harus diperhatikan, dia meminta masyarakat untuk berbelanja sesuatu yang lebih menghasilkan.
“Masyarakat, ikut menyumbang ketenangan dan iklim ekonomi dan bisnis yang baik. Masyarakat bisa membuat prioritas belanja rumah tangga,” imbau Raden.
“Belanjalah yang perlu, dan juga yang memberikan hasil di masa depan,” ucapnya.
Sebelumnya, sudah ada lima negara besar yang terancam terjun ke jurang resesi. Mulai dari Inggris, Italia, Jerman, Singapura, hingga Hong Kong. (gus/dtc/ram)