Tanjungbalai tak Aman, Sindikat Narkoba Jadikan Aceh sebagai Transit
MEDAN-Bandara Polonia Medan tampaknya tak lagi sekadar pintu masuk bagi narkotika dan obat-obatan terlarang. Kemarin, Jumat (4/11), bandara ini malah menjadi pintu keluar sabu yang akan dibawa menuju Pulau Jawa.
Adalah Nurdin Muhammad Amin (42), warga Jalan Antareja, Kramat Jati, Bekasi, Jawa Barat yang membuktikan hal ini. Lelaki kelahiran Aceh ini ditangkap petugas officer in charge di Terminal Keberangkatan Domestik Bandara Polonia Medan, tepatnya pukul 4.40 WIB. Nurdin yang membawa sabu-sabu seberat 7 kilogram ini rencananya terbang ke Jakarta dengan pesawat Garuda Indonesia, GA 181, yang akan lepas landas pukul 05.52 WIB.
Manajer Officer in Charge Bandara Polonia Medan, Djamal, mengakui penangkapan Nurdin. Menurut Djamal, barang-barang haram bawaan Nurdin diketahui ketika dilakukan pemeriksaan pertama di ruang pemeriksaan bagasi bawaan penumpang. Nurdin kemudian diamankan di Kantor Pengamanan Bandara Polonia.
Direktur Narkoba Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Komisaris Besar Polisi Andjar Dewanto, mengakui modus yang melibatkan Nurdin tergolong baru. Biasanya narkoba dibawa masuk ke Medan, tapi kali ini dibawa keluar Medan dengan jumlah yang besar. “Kualitasnya juga bagus,” paparnya.
Andjar menduga Nurdin berperan sebagai kurir dari sindikat narkoba asal Aceh. Namun, sabu-sabu tersebut diperkirakan berasal dari luar negeri, seperti Malaysia. “Keterangan dari tersangka, barang tersebut bukan milikinya. Tersangka mengaku hanya disuruh jemput ke Aceh untuk dibawa ke Jakarta. Karena itu, untuk mengetahui siapa pemilik dan siapa pemesan dan jaringannya, beberapa petugas ikut memboyong tersangka ke Jakarta untuk melakukan penyelidikan,” terang Andjar.
Petugas sengaja membawa tersangka untuk memancing jaringannya keluar dari tempat persembunyian. “Kita kan tidak tahu di mana dan siapa jaringan tersangka ini,” tambah Andjar.
Beberapa waktu ke belakang memang marak penyeludupan sabu yang melibatkan warga keturunan Aceh. Menurut Andjar, jaringan narkoba antarnegara kini memang menggunakan Aceh sebagai tempat transit. “Biasanya jaringan narkoba memasukan narkobanya dari Tanjungbalai. Mereka kan berpindah-pindah, kebanyakan sabu-sabu masuk dari Thailand dan Malaysia. Mereka memilih Aceh karena Tanjungbalai sudah tak aman, begitu juga kalau Aceh sudah tak aman mereka akan pindah lagi,” terang Andjar.
Dari informasi yang didapat Sumut Pos, Nurdin tiba di Bandara Polonia Medan menggunakan sedan pribadi miliknya. Kasus terungkap ketika perangkat pemindai mendeteksi sabu yang dimasukkan dalam tas dan kardus yang dibawa Nurdin. Petugas menanyakan isi tas dan kardus tersebut. Nurdin menjawab berisi kopi. “Tapi di monitor warnanya hijau. Biasanya kalau kopi warnanya cokelat,” kata petugas yang menolak disebutkan identitasnya.
Tas dan kardus tersebut dibuka dan diperiksa. Petugas menemukan lima bungkus plastik berisi kristal putih. Selain itu, dari tas sandang Nurdin ditemukan dua bungkus barang serupa. Sayangnya, petugas melarang untuk mengambil foto Nurdin. “Tidak bisa masuk dan memfoto tersangka karena tersangka masih diperiksa dan memang berdasarkan perintah dilarang masuk, Bang,” kata A Azis, petugas gerbang Bea dan Cukai Bandara Polonia Medan.
Tidak berapa lama kemudian, Kasubdit I Ditnarkoba Polda Sumut, AKBP Andi Rian muncul. “Rencananya siang ini tersangka akan dibawa ke Jakarta untuk dilakukan pengembangan karena temannya yang memesan sabu tersebut ada di Jakarta. Tidak diekspose kepada rekan-rekan media karena ditakutkan teman tersangka akan melarikan diri. Jadi hanya itu yang bisa saya katakan,” ujar Andi Rian sambil berlalu dengan mobil pribadinya.
Tersangka dibawa ke Polda Sumut dalam mobil yang diiringi dua mobil lain meninggalkan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Medan, yakni Suzuki Esteem BK 1446 DN, CRV Silver BK 188 QQ, dan Avanza Silver BK 1917 ZA sekitar pukul 11.20. Belasan wartawan yang sejak pagi menunggu di Kantor Bea Cukai tak menyangka bahwa tiga kendaraan yang melintas membawa tersangka dan barang bukti. (jon/mag-5)