31 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Dikabarkan Lulusan USU, Abu Rara Mahir Bahasa Asing

MINTA KETERANGAN: Kapolsek Medan Labuhan AKP Edy Safari memintai keterangan kakak ipar Syahrial Alamsyah, penyerang Meko Polhukam, Kamis (10/10).
Fachril syahputra/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Warga Jalan Alfakah V, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, Sumatera Utara, heboh dengan tertangkapnya Syahrial Alamsyah alias Alam alias Abu Rara (31), pelaku penusukan Menkopolhukam, Wiranto. Warga tidak menyangka, karena sosok Alam dikenal baik, rajin beribadah, dan sopan.

Seorang warga bernama Ismawati (54) mengaku kaget dan berkali-kali mengucap istighfar mengetahui Syahrial si penusuk Wiranto adalah tetangganya sendiri.

“Astaghfirullah, astagfirullah. Itu dia? Yang tadi di berita sama Pak Wiranto? Astaghfirullah, anaknya baik loh. Dia sopan kali,” kata Ismawati.

Menurut Ismawati, Syahrial adalah penduduk asli di tempat tinggalnya. Orangtua SA juga dikenalnya dengan baik. Namun, kedua orangtuanya sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Rumah Syahrial juga sudah digusur sejak 2016, untuk pembangunan jalan tol.

Pria kelahiran tahun 1988 ini diketahui tamatan SMA Negeri 3 Medan dan lulusan S1 dari Universitas Sumatera Utara (USU). Jurusannya belum diketahui. Alam juga diketahui mahir berbagai bahasa asing. Dari identitas di e-KTP, Syahril menyandang gelar SH atau Sarjana Hukum.

Kepala Humas USU, Elvi Sumanti mengatakan, sudah berkoordinasi dengan pihak Fakultas Hukum USU. “Kalau dari sistem informasi akademik, tidak ditemukan datanya. Kami sedang mencoba kroscek secara manual di Fakultas (Hukum). Kroscek akan dilakukan fakultas,” sebut Elvi kepada Sumut Pos, Kamis (10/10) malam.

Hasil kroscek secara online terhadap data mahasiswa USU, tidak ditemukan mahasiswa atau alumni USU atas nama Syahril Alamsyah. “Kalau dari tahun lahirnya, berarti dia angkatan 80-an. Itupun kalau benar di USU,” sebut Elvi.

Warga lainnya Mirah (70) mengatakan, selain baik dan sopan, warga mengenal Syahril sebagai sosok yang taat beribadah. “Selalu pakai baju jubah si Alam itu. Taat kali orangnya, sering nyeramahin tetangga-tetangga sini juga dia. Tapi dia ada pengajian sendiri. Pengajiannya lain dia,” ujar dia.

Syahrial sempat berpamitan berangkat ke Kalimantan untuk bekerja sebagai anak buah kapal (ABK). “Aku arek lungo bulek (aku mau pergi bu), mau ke Kalimantan jadi anak kapal. Makan ditanggung, tempat tinggal ditanggung,” kata Mirah, menirukan Alam.

“Terkejut kali, karena waktu sebelum pindah itu dia bilang ditawari kerja itu. Dia pengin kali jadi orang sukses,” ujar Mirah.

Kepala Lingkungan V, Rizaldi mengatakan SA adalah orang yang lahir di Tanjung Mulia Hilir. Dia sudah dua kali berumah tangga dan dikaruniai dua orang anak perempuan. Perilaku keseharian Syahrial biasa-biasa saja.

“Tahun 2016-2017 dia merantau, tak tahu ke mana,” katanya, Kamis (10/10).

Menurutnya, selama di Medan, Syahrial tidak bekerja. “Bantu-bantu orang saja. Nah, ini kita berada di rumah kakak iparnya Risnawati, istri abangnya yang paling tua bernama Sukarman,” katanya.

Hal senada diungkapkan Agus Salim. Menurutnya, di tahun 2010 dia mendapat tugas dari kelurahan untuk melakukan pendataan penduduk. “Dia rumah hanya dengan dua putrinya. Tidak ada istrinya. Itu rumah punya orangtuanya. Kecil dan sudah tergusur karena pembangunan jalan tol,” katanya.

Selama menetap di Medan, Syahrial Alamsyah punya kemahiran mengoperasikan komputer. “Saya tahu kali, dia sering kami panggil Alam. Sebelum rumahnya digusur kena pembebasan tol, dia (Alam) sehari-hari pandainya main komputer. Tapi dia jarang bergaul keluar rumah,” kata Ani warga sekitar.

Selama ini, pria yang telah memiliki 2 orang anak perempuan, ia telah bercerai dengan istrinya yang diduga akibat tidak memiliki pekerjaan menetap. Untuk aktivitas kesehariannya mengikuti jamaah pengajian yang tidak diketahui warga.

“Dulu, sebelum dia (Alam) cerai dengan istrinya, sempat buka mesin judi dindong. Pernah pun digerebek polisi. Setelah itu, kami lihat dia (Alam) memilih untuk menekuni main laptop dan komputer di rumah,” beber warga yang heboh.

Setelah kabar perceraiannya, Alam tinggal bersama dengan 2 orang anaknya. Warga sekitar hanya mengetahui Alam rajin beribadah.

Pascapenikaman Menkopolhukam, Wiranto, petugas Polres Pelabuhan Belawan mendatangi rumah kakak ipar pelaku, Trisnawati (54) di Jalan Alfakah V, Lingkungan V, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, Kamis (10/10) siang vpukul 14.00 WIB.

Kedatangan polisi dipimpin Kapolsek Medan Labuhan, AKP Edy Safari untuk meminta keterangan terhadap Trisna. Tampak dari dalam rumah bercat kuning, wanita mengenakan baju daster warna merah merupakan kakak ipar dari Syahrial Alamsyah alias Abu Rara menjawab seputaran pertanyaan dari polisi.

Kepling setempat, Rizaldi membenarkan Trina adalah kakak ipar dari Syahrial Alamsyah alias Abu Rara. Tetapi, suami Trisna yang tak lain abang kandung Alam sudah lama meninggal dunia.

“Selama ini Bu Trisna memang tidak pernah komunikasi dengan si Alam. Bahkan, Bu Trisna tidak tahu keseharian si Alam dan telah pindah ke mana. Kejadian ini membuat Bu Trisna terkejut, makanya dia tidak tahu jauh tentang si Alam,” pungkas Kepling.

Trisnawati, saat diwawancarai mengatakan tidak pernah berkomunikasi dengan Alam. Pasalnya, sebelum meninggal abang kandungnya, Alam tidak pernah berkunjung ke rumah kakak iparnya tersebut. Bahkan, Alam juga tidak melihat jenazah kematian abang kandungnya.

“Saya tidak pernah komunikasi dengan si Alam. Si Alam anak nomor 8 dari 9 bersaudara. Selama ini, saudara mereka tidak tahu entah dimana semua, yang jelas saya sejak dia (Alam) tinggal dekat sini sampai pindah tidak pernah ke rumah. Jadi, komunikasi kami renggang,” cerita Trisna.

Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto, menegaskan pihaknya turut menindaklanjuti kasus itu. “Ya lah bang (menindaklanjutinya),” ujar Agus singkat melalui pesan whatsapp kepada wartawan.

Agus menuturkan, pelaku sudah pindah sejak 2 tahun lalu atau tahun 2017 dari tempat tinggalnya di Medan, Jalan Alfakah V Kecamatan Medan Deli. “Sudah pindah, karena rumahnya terkena pembangunan jalan tol,” ucapnya.

Disinggung lebih jauh mengenai langkah selanjutnya yang akan dilakukan Polda Sumut, Agus belum mau memberikan jawaban. (fac/ris/bbs)

MINTA KETERANGAN: Kapolsek Medan Labuhan AKP Edy Safari memintai keterangan kakak ipar Syahrial Alamsyah, penyerang Meko Polhukam, Kamis (10/10).
Fachril syahputra/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Warga Jalan Alfakah V, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, Sumatera Utara, heboh dengan tertangkapnya Syahrial Alamsyah alias Alam alias Abu Rara (31), pelaku penusukan Menkopolhukam, Wiranto. Warga tidak menyangka, karena sosok Alam dikenal baik, rajin beribadah, dan sopan.

Seorang warga bernama Ismawati (54) mengaku kaget dan berkali-kali mengucap istighfar mengetahui Syahrial si penusuk Wiranto adalah tetangganya sendiri.

“Astaghfirullah, astagfirullah. Itu dia? Yang tadi di berita sama Pak Wiranto? Astaghfirullah, anaknya baik loh. Dia sopan kali,” kata Ismawati.

Menurut Ismawati, Syahrial adalah penduduk asli di tempat tinggalnya. Orangtua SA juga dikenalnya dengan baik. Namun, kedua orangtuanya sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Rumah Syahrial juga sudah digusur sejak 2016, untuk pembangunan jalan tol.

Pria kelahiran tahun 1988 ini diketahui tamatan SMA Negeri 3 Medan dan lulusan S1 dari Universitas Sumatera Utara (USU). Jurusannya belum diketahui. Alam juga diketahui mahir berbagai bahasa asing. Dari identitas di e-KTP, Syahril menyandang gelar SH atau Sarjana Hukum.

Kepala Humas USU, Elvi Sumanti mengatakan, sudah berkoordinasi dengan pihak Fakultas Hukum USU. “Kalau dari sistem informasi akademik, tidak ditemukan datanya. Kami sedang mencoba kroscek secara manual di Fakultas (Hukum). Kroscek akan dilakukan fakultas,” sebut Elvi kepada Sumut Pos, Kamis (10/10) malam.

Hasil kroscek secara online terhadap data mahasiswa USU, tidak ditemukan mahasiswa atau alumni USU atas nama Syahril Alamsyah. “Kalau dari tahun lahirnya, berarti dia angkatan 80-an. Itupun kalau benar di USU,” sebut Elvi.

Warga lainnya Mirah (70) mengatakan, selain baik dan sopan, warga mengenal Syahril sebagai sosok yang taat beribadah. “Selalu pakai baju jubah si Alam itu. Taat kali orangnya, sering nyeramahin tetangga-tetangga sini juga dia. Tapi dia ada pengajian sendiri. Pengajiannya lain dia,” ujar dia.

Syahrial sempat berpamitan berangkat ke Kalimantan untuk bekerja sebagai anak buah kapal (ABK). “Aku arek lungo bulek (aku mau pergi bu), mau ke Kalimantan jadi anak kapal. Makan ditanggung, tempat tinggal ditanggung,” kata Mirah, menirukan Alam.

“Terkejut kali, karena waktu sebelum pindah itu dia bilang ditawari kerja itu. Dia pengin kali jadi orang sukses,” ujar Mirah.

Kepala Lingkungan V, Rizaldi mengatakan SA adalah orang yang lahir di Tanjung Mulia Hilir. Dia sudah dua kali berumah tangga dan dikaruniai dua orang anak perempuan. Perilaku keseharian Syahrial biasa-biasa saja.

“Tahun 2016-2017 dia merantau, tak tahu ke mana,” katanya, Kamis (10/10).

Menurutnya, selama di Medan, Syahrial tidak bekerja. “Bantu-bantu orang saja. Nah, ini kita berada di rumah kakak iparnya Risnawati, istri abangnya yang paling tua bernama Sukarman,” katanya.

Hal senada diungkapkan Agus Salim. Menurutnya, di tahun 2010 dia mendapat tugas dari kelurahan untuk melakukan pendataan penduduk. “Dia rumah hanya dengan dua putrinya. Tidak ada istrinya. Itu rumah punya orangtuanya. Kecil dan sudah tergusur karena pembangunan jalan tol,” katanya.

Selama menetap di Medan, Syahrial Alamsyah punya kemahiran mengoperasikan komputer. “Saya tahu kali, dia sering kami panggil Alam. Sebelum rumahnya digusur kena pembebasan tol, dia (Alam) sehari-hari pandainya main komputer. Tapi dia jarang bergaul keluar rumah,” kata Ani warga sekitar.

Selama ini, pria yang telah memiliki 2 orang anak perempuan, ia telah bercerai dengan istrinya yang diduga akibat tidak memiliki pekerjaan menetap. Untuk aktivitas kesehariannya mengikuti jamaah pengajian yang tidak diketahui warga.

“Dulu, sebelum dia (Alam) cerai dengan istrinya, sempat buka mesin judi dindong. Pernah pun digerebek polisi. Setelah itu, kami lihat dia (Alam) memilih untuk menekuni main laptop dan komputer di rumah,” beber warga yang heboh.

Setelah kabar perceraiannya, Alam tinggal bersama dengan 2 orang anaknya. Warga sekitar hanya mengetahui Alam rajin beribadah.

Pascapenikaman Menkopolhukam, Wiranto, petugas Polres Pelabuhan Belawan mendatangi rumah kakak ipar pelaku, Trisnawati (54) di Jalan Alfakah V, Lingkungan V, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, Kamis (10/10) siang vpukul 14.00 WIB.

Kedatangan polisi dipimpin Kapolsek Medan Labuhan, AKP Edy Safari untuk meminta keterangan terhadap Trisna. Tampak dari dalam rumah bercat kuning, wanita mengenakan baju daster warna merah merupakan kakak ipar dari Syahrial Alamsyah alias Abu Rara menjawab seputaran pertanyaan dari polisi.

Kepling setempat, Rizaldi membenarkan Trina adalah kakak ipar dari Syahrial Alamsyah alias Abu Rara. Tetapi, suami Trisna yang tak lain abang kandung Alam sudah lama meninggal dunia.

“Selama ini Bu Trisna memang tidak pernah komunikasi dengan si Alam. Bahkan, Bu Trisna tidak tahu keseharian si Alam dan telah pindah ke mana. Kejadian ini membuat Bu Trisna terkejut, makanya dia tidak tahu jauh tentang si Alam,” pungkas Kepling.

Trisnawati, saat diwawancarai mengatakan tidak pernah berkomunikasi dengan Alam. Pasalnya, sebelum meninggal abang kandungnya, Alam tidak pernah berkunjung ke rumah kakak iparnya tersebut. Bahkan, Alam juga tidak melihat jenazah kematian abang kandungnya.

“Saya tidak pernah komunikasi dengan si Alam. Si Alam anak nomor 8 dari 9 bersaudara. Selama ini, saudara mereka tidak tahu entah dimana semua, yang jelas saya sejak dia (Alam) tinggal dekat sini sampai pindah tidak pernah ke rumah. Jadi, komunikasi kami renggang,” cerita Trisna.

Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto, menegaskan pihaknya turut menindaklanjuti kasus itu. “Ya lah bang (menindaklanjutinya),” ujar Agus singkat melalui pesan whatsapp kepada wartawan.

Agus menuturkan, pelaku sudah pindah sejak 2 tahun lalu atau tahun 2017 dari tempat tinggalnya di Medan, Jalan Alfakah V Kecamatan Medan Deli. “Sudah pindah, karena rumahnya terkena pembangunan jalan tol,” ucapnya.

Disinggung lebih jauh mengenai langkah selanjutnya yang akan dilakukan Polda Sumut, Agus belum mau memberikan jawaban. (fac/ris/bbs)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/