26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tak Kuat ‘Bakar Duit’, Lippo Group Lepas Saham OVO

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Lippo Group mau tak mau mesti harus melepas sebagian sahamnya di dompet digital OVO. Kini, Lippo masih menggenggam saham OVO di bawah naungan PT Visionet International sekitar 30%.

Pelepasan sebagian saham ini diutarakan langsung oleh sang pendiri sekaligus Chairman Grup Lippo Mochtar Riady dalam acara Indonesia Digital Conference (IDC), Kamis (28/11/2019) dikutip dari CNBC Indonesia.

“Bukan melepas, adalah kita menjual sebagian. Sekarang kita tinggal sekitar 30-an persen atau satu pertiga. jadi dua pertiga kita jual,” ujar Mochtar.

Bukan tanpa alasan, Mochtar mengatakan, Lippo melepas sebagian sahamnya karena tak kuat terus membakar duit untuk kegiatan promosi.

“Terus bakar uang, bagaimana kita kuat?” tutur Mochtar.

Bakar duit sendiri merupakan istilah yang kerap disebut dalam pengembangan perusahaan rintisan atau startup. Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menjelaskan, startup apalagi yang menyandang status unicorn ataupun decacorn di Indonesia saat ini dalam posisi merugi.

“Kenapa merugi? Karena pendapatan dan pengeluaran lebih banyak pengeluaran,” katanya, Jumat (29/11).

Dia menjelaskan, pengeluaran perusahaan membengkak karena untuk berbagai keperluan seperti memberi diskon atau cashback.Tujuannya, untuk menarik pengguna dan mengembangkan pasar. Sejumlah pengeluaran untuk menarik pengguna inilah yang disebut bakar duit.

“Pengeluaran besar dipakai untuk akuisisi pengguna sekitar Rp 100-150 ribu per pengguna. Belum lagi untuk promo diskon atau cashback. Ini yang kemudian disebut bakar uang,” jelasnya.

Apakah Lippo rugi lepas sahamnya di OVO? Belum tentu. Heru mengatakan, ada dua kemungkinan. Pertama, memang Lippo melepas sahamnya agar tak terjebak ke lubang yang lebih dalam.

Kedua, Lippo bisa saja mendapat untung karena ia telah menempatkan modalnya lebih awal. Apalagi, OVO saat ini telah menyandang status unicorn yakni memiliki valuasi atau bernilai di atas US$ 1 miliar atau Rp 14 triliun (kurs Rp 14.000).

“Saya belum mendalami apa yang dilakukan Lippo. Bisa jadi benar bahwa ini strategi mereka upaya agar tidak terseret ke lubang bakar duit yang lebih dalam, atau meski lepas saham, Lippo sudah mengambil keuntungan dari saham yang dilepas dibanding ketika saat dulu investasi,” katanya. (dtc/ram)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Lippo Group mau tak mau mesti harus melepas sebagian sahamnya di dompet digital OVO. Kini, Lippo masih menggenggam saham OVO di bawah naungan PT Visionet International sekitar 30%.

Pelepasan sebagian saham ini diutarakan langsung oleh sang pendiri sekaligus Chairman Grup Lippo Mochtar Riady dalam acara Indonesia Digital Conference (IDC), Kamis (28/11/2019) dikutip dari CNBC Indonesia.

“Bukan melepas, adalah kita menjual sebagian. Sekarang kita tinggal sekitar 30-an persen atau satu pertiga. jadi dua pertiga kita jual,” ujar Mochtar.

Bukan tanpa alasan, Mochtar mengatakan, Lippo melepas sebagian sahamnya karena tak kuat terus membakar duit untuk kegiatan promosi.

“Terus bakar uang, bagaimana kita kuat?” tutur Mochtar.

Bakar duit sendiri merupakan istilah yang kerap disebut dalam pengembangan perusahaan rintisan atau startup. Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menjelaskan, startup apalagi yang menyandang status unicorn ataupun decacorn di Indonesia saat ini dalam posisi merugi.

“Kenapa merugi? Karena pendapatan dan pengeluaran lebih banyak pengeluaran,” katanya, Jumat (29/11).

Dia menjelaskan, pengeluaran perusahaan membengkak karena untuk berbagai keperluan seperti memberi diskon atau cashback.Tujuannya, untuk menarik pengguna dan mengembangkan pasar. Sejumlah pengeluaran untuk menarik pengguna inilah yang disebut bakar duit.

“Pengeluaran besar dipakai untuk akuisisi pengguna sekitar Rp 100-150 ribu per pengguna. Belum lagi untuk promo diskon atau cashback. Ini yang kemudian disebut bakar uang,” jelasnya.

Apakah Lippo rugi lepas sahamnya di OVO? Belum tentu. Heru mengatakan, ada dua kemungkinan. Pertama, memang Lippo melepas sahamnya agar tak terjebak ke lubang yang lebih dalam.

Kedua, Lippo bisa saja mendapat untung karena ia telah menempatkan modalnya lebih awal. Apalagi, OVO saat ini telah menyandang status unicorn yakni memiliki valuasi atau bernilai di atas US$ 1 miliar atau Rp 14 triliun (kurs Rp 14.000).

“Saya belum mendalami apa yang dilakukan Lippo. Bisa jadi benar bahwa ini strategi mereka upaya agar tidak terseret ke lubang bakar duit yang lebih dalam, atau meski lepas saham, Lippo sudah mengambil keuntungan dari saham yang dilepas dibanding ketika saat dulu investasi,” katanya. (dtc/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/