29 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Polmed Kembangkan Usaha Unggulan Desa Mekar Sawit-Langkat

Kembangkan Produksi dan Hasilkan Paving Block

BERSAMA: Tim pengabdian Polmed foto bersama dengan BUMDes Mekar Sawit-Langkat seusai memberikan alat pencetak dan pengepres paving block untuk mengembangan usaha unggulan desa tersebut.
BERSAMA: Tim pengabdian Polmed foto bersama dengan BUMDes Mekar Sawit-Langkat seusai memberikan alat pencetak dan pengepres paving block untuk mengembangan usaha unggulan desa tersebut.

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Dosen Politeknik Negeri Medan (Polmed) melakukan pengabdian kemitraan masyarakat di Desa Mekar Sawit, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat, baru-baru ini. Dalam kegiatan tersebut, sejumlah dosen mengembangkan usaha unggulan desa yaitu memproduksi dan menghasilkan paving block.

“Kegiatan itu dilakukan bertujuan untuk mewujudkan fungsi tridharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat,” kata Wirdatun Nafiah Putri ST MT selaku ketua tim pengabdian.

Dijelaskannya, peran aktif Polmed dalam menciptakan usaha unggulan desa tersebut muncul ketika tim pengabdian berkunjung beberapa waktu lalu. Setelah melakukan wawancara dan observasi, ternyata desa itu memiliki penghasilan sumber alam berupa pasir karena wilayahnya yang berdekatan dengan sungai.

Namun, selama ini pasir yang ada hanya dijual kepada tengkulak untuk pembuatan paving block. Padahal, Desa Mekar Sawit sudah memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Akan tetapi, BUMDes hanya sebatas kerja sama dengan salah satu pihak perbankan yang bersifat bagi hasil untuk proses pembayaran tagihan dan usaha simpan pinjam.

“Usaha simpan pinjam ini tidak berjalan dengan baik karena pihak desa sangat berhati-hati sekali memberikan kredit kepada penduduknya. Selama ini pinjaman yang diberikan pihak desa kepada masyarakatnya adalah kredit macet. Peminjam tidak sanggup bayar, sehingga usaha simpan pinjam menjadi macet,” ungkap Wirdatun didampingi anggota tim, Muhammad Ari Subhan ST MT, Anggiat Situngkir SE Ak MSi, Surya Dharma ST MT dan seorang mahasiswa yang turut membantu sebagai petugas lapangan, Rabu (4/12).

Selain usaha tersebut, desa itu juga memiliki usaha toko menjual sembako murah yang harus menjual di bawah harga dari toko yang ada di sekitarnya. Namun, usaha toko belum berjalan maksimal dikarenakan belum ada kepercayaan dari suplayer untuk memasukkan barang ke BUMDes guna menjadi grosir di desa.

“Selama ini Desa memiliki dana BUMDes dari pemerintahan untuk tahun 2018 sebesar Rp 100 juta dan tahun 2019 turun menjadi Rp 50 juta. Menurut mereka, dana tersebut tidak cukup untuk pelaksanaan pengembangan desa karena dana sebesar itu hanya habis untuk operasional,” papar Wirdatun.

Diutarakannya, berdasarkan hasil wawancara juga dengan perangkat desa diketahui bahwa selama ini pasir yang keluar dari desa tersebut dijual keluar kepada para pengepul untuk ditolak lagi ke para pengusaha. Sayangnya, hasil penjualan pasir yang diterima oleh penambang sangat rendah. Sementara ketika pasir tadi yang sudah diolah menjadi produk jadi seperti paving block, mereka harus membayar mahal dengan harga 1 buah paving block sebesar Rp 1.800 ukuran 11 cm x 22 cm x 6 cm.

“Perangkat desa berasumsi agar hasil tambang pasir yang diambil alih oleh desa dan memperkerjakan penduduk desa yang putus sekolah untuk bekerja bersama-sama dengan pengurus Bumdes mengelola pembuatan paving block, bisa dijual keluar maupun kepada penduduk desa. Dengan demikian, hasil alam yang dihasilkan dikelola oleh desa dan dikembalikan lagi ke desa. Usaha tersebut menjadi usaha unggulan desa,” jelas Wirdatun.

Oleh sebab itu, sambungnya, tim merancang mesin untuk pencetak dan pengepres paving block. Kegiatan serah terima barang hasil rancangan tim pengabdian ini dilaksanaakan pada 30 November 2019.

“Mitra yang menerima alat pencetak paving block adalah BUMDes Mekar Sawit, yang akan memperkerjakan masyarakat sekitar seperti anak putus sekolah. Desa itu memiliki penghasilan pasir yang selama ini hanya dijual pada pengepul atau tengkulak dengan harga yang sangat murah. Padahal, semestinya berpotensi menghasilkan lebih dari itu,” terangnya.

Muhammad Ari Subhan ST MT selaku anggota tim pengabdian menambahkan, mitra juga mendapatkan tutorial cara penggunaan mesin paving block yang diberikan dari hasil pihaknya yang dibantu oleh tenaga ahli. “Tak hanya itu, mitra mendapatkan penjelasan mengenai manajemen usaha melalui pembukuan sederhana untuk kegiatan usaha paving block yang menjadi unggulan desa,” imbuhnya. (ris/ram)

Kembangkan Produksi dan Hasilkan Paving Block

BERSAMA: Tim pengabdian Polmed foto bersama dengan BUMDes Mekar Sawit-Langkat seusai memberikan alat pencetak dan pengepres paving block untuk mengembangan usaha unggulan desa tersebut.
BERSAMA: Tim pengabdian Polmed foto bersama dengan BUMDes Mekar Sawit-Langkat seusai memberikan alat pencetak dan pengepres paving block untuk mengembangan usaha unggulan desa tersebut.

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Dosen Politeknik Negeri Medan (Polmed) melakukan pengabdian kemitraan masyarakat di Desa Mekar Sawit, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat, baru-baru ini. Dalam kegiatan tersebut, sejumlah dosen mengembangkan usaha unggulan desa yaitu memproduksi dan menghasilkan paving block.

“Kegiatan itu dilakukan bertujuan untuk mewujudkan fungsi tridharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat,” kata Wirdatun Nafiah Putri ST MT selaku ketua tim pengabdian.

Dijelaskannya, peran aktif Polmed dalam menciptakan usaha unggulan desa tersebut muncul ketika tim pengabdian berkunjung beberapa waktu lalu. Setelah melakukan wawancara dan observasi, ternyata desa itu memiliki penghasilan sumber alam berupa pasir karena wilayahnya yang berdekatan dengan sungai.

Namun, selama ini pasir yang ada hanya dijual kepada tengkulak untuk pembuatan paving block. Padahal, Desa Mekar Sawit sudah memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Akan tetapi, BUMDes hanya sebatas kerja sama dengan salah satu pihak perbankan yang bersifat bagi hasil untuk proses pembayaran tagihan dan usaha simpan pinjam.

“Usaha simpan pinjam ini tidak berjalan dengan baik karena pihak desa sangat berhati-hati sekali memberikan kredit kepada penduduknya. Selama ini pinjaman yang diberikan pihak desa kepada masyarakatnya adalah kredit macet. Peminjam tidak sanggup bayar, sehingga usaha simpan pinjam menjadi macet,” ungkap Wirdatun didampingi anggota tim, Muhammad Ari Subhan ST MT, Anggiat Situngkir SE Ak MSi, Surya Dharma ST MT dan seorang mahasiswa yang turut membantu sebagai petugas lapangan, Rabu (4/12).

Selain usaha tersebut, desa itu juga memiliki usaha toko menjual sembako murah yang harus menjual di bawah harga dari toko yang ada di sekitarnya. Namun, usaha toko belum berjalan maksimal dikarenakan belum ada kepercayaan dari suplayer untuk memasukkan barang ke BUMDes guna menjadi grosir di desa.

“Selama ini Desa memiliki dana BUMDes dari pemerintahan untuk tahun 2018 sebesar Rp 100 juta dan tahun 2019 turun menjadi Rp 50 juta. Menurut mereka, dana tersebut tidak cukup untuk pelaksanaan pengembangan desa karena dana sebesar itu hanya habis untuk operasional,” papar Wirdatun.

Diutarakannya, berdasarkan hasil wawancara juga dengan perangkat desa diketahui bahwa selama ini pasir yang keluar dari desa tersebut dijual keluar kepada para pengepul untuk ditolak lagi ke para pengusaha. Sayangnya, hasil penjualan pasir yang diterima oleh penambang sangat rendah. Sementara ketika pasir tadi yang sudah diolah menjadi produk jadi seperti paving block, mereka harus membayar mahal dengan harga 1 buah paving block sebesar Rp 1.800 ukuran 11 cm x 22 cm x 6 cm.

“Perangkat desa berasumsi agar hasil tambang pasir yang diambil alih oleh desa dan memperkerjakan penduduk desa yang putus sekolah untuk bekerja bersama-sama dengan pengurus Bumdes mengelola pembuatan paving block, bisa dijual keluar maupun kepada penduduk desa. Dengan demikian, hasil alam yang dihasilkan dikelola oleh desa dan dikembalikan lagi ke desa. Usaha tersebut menjadi usaha unggulan desa,” jelas Wirdatun.

Oleh sebab itu, sambungnya, tim merancang mesin untuk pencetak dan pengepres paving block. Kegiatan serah terima barang hasil rancangan tim pengabdian ini dilaksanaakan pada 30 November 2019.

“Mitra yang menerima alat pencetak paving block adalah BUMDes Mekar Sawit, yang akan memperkerjakan masyarakat sekitar seperti anak putus sekolah. Desa itu memiliki penghasilan pasir yang selama ini hanya dijual pada pengepul atau tengkulak dengan harga yang sangat murah. Padahal, semestinya berpotensi menghasilkan lebih dari itu,” terangnya.

Muhammad Ari Subhan ST MT selaku anggota tim pengabdian menambahkan, mitra juga mendapatkan tutorial cara penggunaan mesin paving block yang diberikan dari hasil pihaknya yang dibantu oleh tenaga ahli. “Tak hanya itu, mitra mendapatkan penjelasan mengenai manajemen usaha melalui pembukuan sederhana untuk kegiatan usaha paving block yang menjadi unggulan desa,” imbuhnya. (ris/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/