30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

FDT ke-7 Resmi Dibuka, Raih Rekor MURI

REKOR
Gubsu, Edi Ramahyadi bersama Bupati Simalungun JR Saragih menunjukkan sertifikat MURI yang didapat setelah mencatatkan rekor memakai atau melipat Bulang Sullapei terbanyak, pada acara Festival Danau Toba ke-7 tahun 2019, di Parapat, Senin (9/12).
REKOR Gubsu, Edi Ramahyadi bersama Bupati Simalungun JR Saragih menunjukkan sertifikat MURI yang didapat setelah mencatatkan rekor memakai atau melipat Bulang Sullapei terbanyak, pada acara Festival Danau Toba ke-7 tahun 2019, di Parapat, Senin (9/12).

SIMALUNGUN, SUMUTPOS.CO – Festival Danau Toba (FDT) ke-7 tahun 2019 resmi dibuka di Oven Stage Pagoda, Kelurahan Tigaraja, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Senin (9/12) sore. Peresmian ditandai pemukulan gondang sabangunan dan pelepasan ratusan balon ke udara oleh Gubernur Sumatera Utara, Edy Ramahyadin

Saat memukul gondang, Edy didampingi Ketua TP PKK Sumut, Nawal Edy Rahmayadi, Bupati Simalungun JR Saragih, Walikota Siantar Hefriyansah, Kapolres Simalungun AKBP Heribertus Opungsunggu, Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT), Arie Prasetyo, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dr Ria Nofida Telaumbanua Mkes, Forkopimda Sumut dan Simalungun.

Saat tiba di Tano Habonaron do Bona, rombongan Gubsu disambut Tor-tor Simalungun dan Tor-tor Sawan yang dibawakan Yayasan Pusuk Buhit Sorimangaraja.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Utara, Ria Telaumbanua, dalam laporannya selaku ketua panitia menyebutkan, Festival Danau Toba merupakan event tetap tahunan yang dilaksanakan oleh Disbudpar Sumut. Festival Danau Toba kali ini mengusung tema ‘Inspiring Toba’. Maknanya, agar seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat bisa bekerja sama, berinspirasi, membuat ide, buah pikiran, gerak hati, kreatifitas terhadap pengembangan pariwisata di kawasan Danau Toba untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Tujuan dari FDT untuk memperkenalkan serta mempromosikan Danau Toba sebagai kawasan pariwisata Nasional di Indonesia, menyatukan budaya bangsa dan memperkuat persatuan bangsa, sekaligus mengenalkan keajaiban Danau Toba ke seluruh dunia, dan menambah jumlah wisatawan nusantara maupun mancanegara yang datang ke Danau Toba ini,” katanya.

Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, yakni 9-12 Desember. Acara akan diisi dengan Lomba Ucok Butet, Koor Raksasa, Tari Kolosal Saoan, Tari Kolosal Multi Etnik, Pelepasan Balon dan Lampion, Hiburan Rakyat, Lomba Paduan Suara, Lomba Solubolon, Lomba Fotografi, Lomba Vokal Grup, Pameran UKM dan lainnya.

Sebelum puncak acara berlangsung, menurut Ria, pihak panitia telah melaksanakan beberapa kegiatan, seperti festival solo, kayak, penanaman pohon, pembersihan kawasan Danau Toba, FGD Geopark dan lari 10 K.

Acara pembukaan FDT ke 7 tahun 2019 diisi dengan sejumlah tarian etnis yang berada di Sumatera Utara, dipadukan dalam satu kesatuan Bhineka Tunggal Ika. Di antaranya Tari Kolosal Saoan, Koor Raksasa, Rekor MURI seni melipat kain Bulang Sulappei, fashion show Etnic (Designer Lokal) dan tari Kolosal Multi Etnis.

Untuk pemecahan rekor MURI, sebanyak 1.024 para pelajar se Kabupaten Simalungun dikerahkan untuk memakai atau melipat bulang Sullapei, pada acara Festival Danau Toba. Pemecahan rekor MURI ini langsung disaksikan oleh Manajer MURI, Jusuf Ngadri, dari Jakarta.

Tujuan pemecahan rekor MURI, kata Ria, untuk melestarikan ulos Simalungun. Sebab, saat ini Bulang Sulappei sudah sangat jarang digunakan masyarakat setempat, bahkan hampir punah.

“Makin sedikitnya masyarakat yang mengenakan ulos itu, makin sedikut pula yang menenun. Pemerintah khawatir, jika hal ini berlangsung terus menerus, bisa jadi generasi penerus makin tak mengenal Bulang Sulappei,” terangnya.

Menurut sejarahnya Bulang Sulappei ini sudah semakin langka dannjarang dikenakan, karena dan masyarakat Simalungun lebih sering memakai Ulos Pamotting, Hio dan Bulang.

Nah Ulos Sulappei adalah Ulos yang dikenakan kaum perempuan dibagian kepala dan dipergunakan sehari-harinya disaat beraktifitasnya. Kisah lainnya di balik Bulang Sulappei ini adalah sebagai lambang bagi setiap Wanita yang telah menikah, secara khusus bagi ibu rumahtangga yang akan menghidangkan makanan, sehingga terhindar dari uraian rambut dan tidak jatuh ke dalam makanan.

Dalam sambutannya, Gubernur Sumut, Edy Ramahyadi mengatakan, masyarakat Sumatera Utara layak bersyukur karena bisa menikmati alam yang begitu indah di dunia, yaitu Danau Toba. “Di Indonesia ada lima tempat yang menjadi prioritas destinasi pariwisata. Yaitu Danau Toba di Sumatera Utara, kedua adalah di Jawa Tengah, ketiga di Sulawesi Utara, ke empat adalah di NTT dan Bali. Untuk itu masyarakat Sumut, ayo beramai-ramai mengunjungi kawasan Danau Toba,” katanya.

Selain lebih murah, keindahan alam di Danau Toba juga tidak kalah dengan destinasi wisata di luar negeri dan Danau Toba tidak kalah indahnya dengan danau atau objek wisata lainnya yang ada di dunia ini. “Mari kita ramaikan bersama Festival Danau Toba 2019 ini. Karena dari target nasional, 20 juta kunjungan wisatawan, Sumut ditargetkan dapat 1 juta kunjungan wisatawan,” ujarnya lagi.

Gubsu juga meminta kepada seluruh bupati/walikota serta masyarakat di pinggiran Danau Toba supaya tetap menjaga kelestarian alam Danau Toba ini. “Jangan membuang sampah dan limbah ke perairan Danau Toba. Mari kita jaga agar danau Toba bersih dari sampah dan limbah,” bilang Edy Ramahyadi.

Menurutnya, semakin lama turis tinggal di Danau Toba, maka semakin banyak pula uang yang dikeluarkan untuk berbelanja. (bbs)

REKOR
Gubsu, Edi Ramahyadi bersama Bupati Simalungun JR Saragih menunjukkan sertifikat MURI yang didapat setelah mencatatkan rekor memakai atau melipat Bulang Sullapei terbanyak, pada acara Festival Danau Toba ke-7 tahun 2019, di Parapat, Senin (9/12).
REKOR Gubsu, Edi Ramahyadi bersama Bupati Simalungun JR Saragih menunjukkan sertifikat MURI yang didapat setelah mencatatkan rekor memakai atau melipat Bulang Sullapei terbanyak, pada acara Festival Danau Toba ke-7 tahun 2019, di Parapat, Senin (9/12).

SIMALUNGUN, SUMUTPOS.CO – Festival Danau Toba (FDT) ke-7 tahun 2019 resmi dibuka di Oven Stage Pagoda, Kelurahan Tigaraja, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Senin (9/12) sore. Peresmian ditandai pemukulan gondang sabangunan dan pelepasan ratusan balon ke udara oleh Gubernur Sumatera Utara, Edy Ramahyadin

Saat memukul gondang, Edy didampingi Ketua TP PKK Sumut, Nawal Edy Rahmayadi, Bupati Simalungun JR Saragih, Walikota Siantar Hefriyansah, Kapolres Simalungun AKBP Heribertus Opungsunggu, Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT), Arie Prasetyo, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dr Ria Nofida Telaumbanua Mkes, Forkopimda Sumut dan Simalungun.

Saat tiba di Tano Habonaron do Bona, rombongan Gubsu disambut Tor-tor Simalungun dan Tor-tor Sawan yang dibawakan Yayasan Pusuk Buhit Sorimangaraja.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Utara, Ria Telaumbanua, dalam laporannya selaku ketua panitia menyebutkan, Festival Danau Toba merupakan event tetap tahunan yang dilaksanakan oleh Disbudpar Sumut. Festival Danau Toba kali ini mengusung tema ‘Inspiring Toba’. Maknanya, agar seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat bisa bekerja sama, berinspirasi, membuat ide, buah pikiran, gerak hati, kreatifitas terhadap pengembangan pariwisata di kawasan Danau Toba untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Tujuan dari FDT untuk memperkenalkan serta mempromosikan Danau Toba sebagai kawasan pariwisata Nasional di Indonesia, menyatukan budaya bangsa dan memperkuat persatuan bangsa, sekaligus mengenalkan keajaiban Danau Toba ke seluruh dunia, dan menambah jumlah wisatawan nusantara maupun mancanegara yang datang ke Danau Toba ini,” katanya.

Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, yakni 9-12 Desember. Acara akan diisi dengan Lomba Ucok Butet, Koor Raksasa, Tari Kolosal Saoan, Tari Kolosal Multi Etnik, Pelepasan Balon dan Lampion, Hiburan Rakyat, Lomba Paduan Suara, Lomba Solubolon, Lomba Fotografi, Lomba Vokal Grup, Pameran UKM dan lainnya.

Sebelum puncak acara berlangsung, menurut Ria, pihak panitia telah melaksanakan beberapa kegiatan, seperti festival solo, kayak, penanaman pohon, pembersihan kawasan Danau Toba, FGD Geopark dan lari 10 K.

Acara pembukaan FDT ke 7 tahun 2019 diisi dengan sejumlah tarian etnis yang berada di Sumatera Utara, dipadukan dalam satu kesatuan Bhineka Tunggal Ika. Di antaranya Tari Kolosal Saoan, Koor Raksasa, Rekor MURI seni melipat kain Bulang Sulappei, fashion show Etnic (Designer Lokal) dan tari Kolosal Multi Etnis.

Untuk pemecahan rekor MURI, sebanyak 1.024 para pelajar se Kabupaten Simalungun dikerahkan untuk memakai atau melipat bulang Sullapei, pada acara Festival Danau Toba. Pemecahan rekor MURI ini langsung disaksikan oleh Manajer MURI, Jusuf Ngadri, dari Jakarta.

Tujuan pemecahan rekor MURI, kata Ria, untuk melestarikan ulos Simalungun. Sebab, saat ini Bulang Sulappei sudah sangat jarang digunakan masyarakat setempat, bahkan hampir punah.

“Makin sedikitnya masyarakat yang mengenakan ulos itu, makin sedikut pula yang menenun. Pemerintah khawatir, jika hal ini berlangsung terus menerus, bisa jadi generasi penerus makin tak mengenal Bulang Sulappei,” terangnya.

Menurut sejarahnya Bulang Sulappei ini sudah semakin langka dannjarang dikenakan, karena dan masyarakat Simalungun lebih sering memakai Ulos Pamotting, Hio dan Bulang.

Nah Ulos Sulappei adalah Ulos yang dikenakan kaum perempuan dibagian kepala dan dipergunakan sehari-harinya disaat beraktifitasnya. Kisah lainnya di balik Bulang Sulappei ini adalah sebagai lambang bagi setiap Wanita yang telah menikah, secara khusus bagi ibu rumahtangga yang akan menghidangkan makanan, sehingga terhindar dari uraian rambut dan tidak jatuh ke dalam makanan.

Dalam sambutannya, Gubernur Sumut, Edy Ramahyadi mengatakan, masyarakat Sumatera Utara layak bersyukur karena bisa menikmati alam yang begitu indah di dunia, yaitu Danau Toba. “Di Indonesia ada lima tempat yang menjadi prioritas destinasi pariwisata. Yaitu Danau Toba di Sumatera Utara, kedua adalah di Jawa Tengah, ketiga di Sulawesi Utara, ke empat adalah di NTT dan Bali. Untuk itu masyarakat Sumut, ayo beramai-ramai mengunjungi kawasan Danau Toba,” katanya.

Selain lebih murah, keindahan alam di Danau Toba juga tidak kalah dengan destinasi wisata di luar negeri dan Danau Toba tidak kalah indahnya dengan danau atau objek wisata lainnya yang ada di dunia ini. “Mari kita ramaikan bersama Festival Danau Toba 2019 ini. Karena dari target nasional, 20 juta kunjungan wisatawan, Sumut ditargetkan dapat 1 juta kunjungan wisatawan,” ujarnya lagi.

Gubsu juga meminta kepada seluruh bupati/walikota serta masyarakat di pinggiran Danau Toba supaya tetap menjaga kelestarian alam Danau Toba ini. “Jangan membuang sampah dan limbah ke perairan Danau Toba. Mari kita jaga agar danau Toba bersih dari sampah dan limbah,” bilang Edy Ramahyadi.

Menurutnya, semakin lama turis tinggal di Danau Toba, maka semakin banyak pula uang yang dikeluarkan untuk berbelanja. (bbs)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/